
Mujadid
Mengenal Mbah Son, Guru Spiritual Gus Dur
Mbah Son adalah salah satu dari para kiai yang dipatuhi Gus Dur.
KH Abdurrahman Wahid merupakan seorang ulama yang berpengaruh besar di Indonesia. Gus Dur, demikian sapaan akrabnya, tidak hanya berkiprah di dunia keislaman. Presiden keempat RI itu juga dikenang sebagai seorang negarawan dan bahkan guru bangsa.
Alim yang wafat pada 30 Desember 2009 itu tidak terlepas dari tradisi pesantren. Cucu perintis Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari itu dalam berbagai kesempatan sering menyatakan, dirinya adalah seorang santri. Karena itu, kepatuhan pada para kiai besar atau tokoh yang dianggap sepuh mesti ditunjukkan.
Penghormatan Gus Dur pada sejumlah alim ulama sepuh seperti yang dilakukan seorang santri kepada kiainya. Di antara para kiai besar yang dipatuhi suami Sinta Nuriyah itu adalah KH Shonhaji Chasbullah. Sosok yang akrab disapa Mbah Son itu bahkan disebut-sebut sebagai guru spiritualnya.
Kiai Shonhaji alias Mbah Son merupakan salah satu “Lima Kiai Khos NU” yang selalu dipatuhi titahnya oleh Gus Dur.
Kiai Shonhaji alias Mbah Son merupakan salah satu “Lima Kiai Khos NU” yang selalu dipatuhi titahnya oleh Gus Dur. Mbah Son dikenal sebagai guru spiritual atau guru mursyid sang mantan presiden RI.
Mbah Son lahir di Kebumen sekitar 1916 M. Secara nasab, Mbah Son masih keturunan ulama-ulama besar, berdarah biru, yang bersambung ke para sunan (Wali Songo) penyebar Islam di Nusantara ini.
Kendati demikian, saat ada seorang kiai penghafal Alquran sowan menanyakan silsilahnya, maka Mbah Son hanya menjawab, “Inna akramakum ‘indallahi atqakum.” Artinya, sesungguhnya paling mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Pada kutipan surah al-Hujurat ayat 13 itu diawali dengan penegasan Allah bagaimana manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Amal saleh lebih utama ketimbang membanggakan nasab mulia.
Jawaban di atas mencerminkan kesederhanaan Mbah Son yang tidak mau terlena dengan membanggakan nasabnya sendiri, sedang amal salehnya terabaikan.
Mbah Son adalah ulama besar dari Kebumen yang menjadi wali mursyid tarekat Naqsabandiyah Qodiriyah. Masa kecilnya ia dilalui dengan belajar agama di beberapa pesantren. Di antaranya, Pesantren Lerap, Pesantren Jetis, dan Pesantren Sumolangu yang semuanya masih dalam wilayah Kebumen.
Menginjak usia remaja, ia pun mulai melakukan rihlah keilmuan di sejumlah pesantren di Tanah Jawa. Tercatat, Mbah Son pernah berguru ke pesantren Mbah Nahrowi Dalhar Watu Congol Magelang, Mbah Muhajir ayah dari Syekh Hayat Bendo Pare Kediri, dan masih banyak lagi pesantren lainnya.
Mbah Son juga dikenal dengan Mbah Jimbun Kebumen. Ia merupakan besan dari Hadhratus Syekh KH M Utsman bin Nadi al-Ishaqi Jatipurwo, di samping juga berguru tarekat hingga disempurnakan sampai mendapatkan “Ijazah Kemursyidan dan Izin” dari Mbah Utsman al-Ishaqi.
Mbah Son mulai diketahui khalayak umum sebagai gurunya Gus Dur setelah pengakuan Gus Dur sendiri saat Istighatsah Akbar di Gelora Bung Karno.
Mbah Son mulai diketahui khalayak umum sebagai gurunya Gus Dur setelah pengakuan Gus Dur sendiri saat berlangsung Istighatsah Akbar di Gelora Bung Karno. Mbah Son adalah guru Gus Dur dalam bidang tarekat atau tasawuf. Maka, Gus Dur sangat patuh terhadap gurunya ini.
Saat dukungan semakin santer pada Gus Dur sebagai Rais Aam PBNU, Mbah Son salah satu ulama NU yang secara terang-terangan meminta mantan presiden itu bersedia menjadi Rais Aam. Bahkan, Mbah Son berkirim surat langsung kepada Gus Dur yang dititipkan melalui salah satu direktur dan peneliti pada Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) saat itu, Umarudin Masdar.
Mengenai sosok Gus Dur, Mbah Son pernah mengungkapkan bahwa Gus Dur adalah orang yang beretika. Saat akan masuk ke tarekat yang lain saja dia masih sempat meminta izin dengan berkirim surat kepada Mbah Son.
Mbah Son adalah sosok ulama besar yang bersahaja. Ia selalu mengajarkan tentang kesederhanaan kepada murid-muridnya. Ajaran tentang kesederhanaan hidup ini bukan hanya secara lisan, tapi juga diajarkan melalui tindak lakunya. Karena, baginya pembelajaran yang terbaik adalah teladan langsung melalui tingkah laku.
Salah satu ajaran Mbah Son yang didengar oleh salah satu cucunya, Gus Ahmad Danyalin al-Ishaqi, dan sering didawuhkan saat beberapa bulan menjelang kewafatannya yaitu sabda Nabi SAW, “Hendaklah engkau selalu bersama Allah. Jika tidak mampu, berusahalah selalu bersama orang-orang yang dekat dengan Allah. Karena sesungguhnya orang itulah yang akan menyampaikanmu kepada Allah.” (HR Abu Daud).
Ulama sepuh dan ahli tawasuf ini wafat pada 17 Maret 2008 pada usia 92 tahun. Jenazahnya dimakamkan kesokan harinya di Jimbun, Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah. Haul Mbah Son diperingati pada bulan Rabiul Awal tiap tahun sekali.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Telusur Sejarah Pembukuan Alquran
Pembukuan Alquran dimulai pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW.
SELENGKAPNYABahasa Arab Terpelihara Berkat Islam
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Samawi (Semit) tertua yang paling banyak digunakan.
SELENGKAPNYAMemohon Doa di Mihrab
Mihrab merupakan salah satu tempat beribadah di dalam Alquran selain mushala dan masjid.
SELENGKAPNYA