IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Bahasa Arab Terpelihara Berkat Islam

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Samawi (Semit) tertua yang paling banyak digunakan.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Ayah kami dulu pernah menegur adik perempuan saya agar tidak memakai handuk yang ada tulisan Arabnya. Katanya bisa kualat!

Handuk itu sesungguhnya tidak bertuliskan ayat Alquran atau Hadis Nabi Muhammad SAW. Ia hanya bertuliskan namanya dengan tulisan Arab, yang ia bawa ketika liburan pulang kuliah di Malang. Waktu itu kami tinggal di Kediri. Handuk itu lantas diambil ayah dan dijadikan sebagai sajadah, yang ia bawa setiap kali shalat ke masjid.

Kala itu, lagu-lagu Arab juga sering diperdengarkan manakala ada hajatan, atau bahkan di acara-acara keagamaan. Saya baru tahu ketika sudah kuliah di Al-Azhar, Kairo, bahwa lagu-lagu itu dibawakan oleh Umi Kaltsum, Abdul Halim Hafiz, Fairuz, Sobah, Magda Rumi, dan seterusnya. Saya juga baru tahu para penyanyi Arab itu ada yang beragama Kristen. Bahkan, di antara lagu-lagu Arab yang diputar di kampung itu mungkin saja lagu-lagu rohani. 

Saya selalu teringat peristiwa sekian puluh tahun lalu itu, setiap kali berlangsung peringatan Hari Bahasa Arab sedunia pada pertengahan Desember. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Samawi (Semit) tertua yang paling banyak digunakan. Maknanya, bahasa Arab sudah digunakan semenjak ribuan tahun lalu. Bahkan, sejak sebelum datangnya agama Islam. 

Kini bahasa Arab dituturkan oleh lebih dari 467 juta orang. Ia menjadi bahasa percakapaan sehari-hari di 24 negara yang tergabung dalam Liga Arab, yang wilayahnya terbentang dari Samudra Atlantik di barat hingga Laut Arab di timur, dari Laut Tengah di utara hingga Tanduk Afrika dan Samudra Hindia di tenggara. Ia juga menjadi bahasa umat Islam di berbagai belahan dunia. Menurut Aljazeera, bahasa Arab pun merupakan salah satu dari empat bahasa yang paling banyak dipakai di Internet.

 
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Samawi (Semit) tertua yang paling banyak digunakan.
 
 

Namun, peringatan Hari Bahasa Arab sedunia baru berlangsung sekitar 1970-an. Tepatnya sejak Resolusi Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) Nomor 3190, tanggal 18 Desember 1973, yang menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di lembaga internasional itu. Sejak itu, setiap tanggal 18 Desember diperingati sebagai Hari Bahasa Arab sedunia.

Berbagai seminar tentang bahasa Arab pun digelar — di Riyadh, Abu Dhabi, Kairo, Rabat (Maroko), bahkan di luar negara-negara Arab. Yang banyak disoroti adalah mengenai pengaruh bahasa ‘aamiyah (logat lokal/bahasa prokem) di tiap-tiap negara pada bahasa Arab fusha alias bahasa yang benar seperti dalam Alquran — bahasa Arab yang mengikuti gramatika, juga tentang pengaruh bahasa asing. Sejumlah seminar menyerukan agar para pejabat publik dan akademisi selalu menggunakan bahasa fusha, sebagai upaya untuk selalu menjaga bahasa Arab.

Dari sekian seminar dan makalah tentang bahasa Arab, ada satu tulisan menarik dari kolumnis Asma Ragheb Nawar di Aljazeera. Menurut dia, perkembangan bahasa Arab sangat ditentukan oleh perkembangan umat Islam. Katanya, selama agama Islam paling cepat berkembang, bahasa Arab akan mengikutinya. Ini karena Islam dan bahasa Arab adalah dua pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang beragama Islam tidak mungkin beribadah shalat misalnya, kecuali dalam bahasa Arab. Juga ketika membaca Alquran yang merupakan bagian dari ibadah. Karena itu, selama ada umat Islam, bahasa Arab juga tidak akan musnah di muka bumi.

 
Perkembangan bahasa Arab sangat ditentukan oleh perkembangan umat Islam.
 
 

Ragheb Nawar pun mengutip dari buku the Death of Language, yang ditulis ahli bahasa dari Inggris, David Crystal. Menurut Crystal, bahasa akan mati ketika tidak ada yang pernah berbicara (dengan bahasa) itu. Agar bahasa tetap hidup, jumlah yang berbicara dengan bahasa tersebut tidak boleh kurang dari 500 penutur. Kini hanya tersisa 600 bahasa — dari total sekitar 6.000 bahasa di dunia — yang dianggap masih aman dari kepunahan. 

Lalu bagaimana perkembangan umat Islam, yang disebut terkait erat dengan bahasa Arab? Sebuah laporan oleh American Pew Research Institute menyatakan, agama Islam adalah yang paling cepat berkembang dibandingkan agama-agama lain. Menurut laporan di laman BBC Arabic, pada 2070 agama Islam akan menjadi agama yang paling tersebar luas di dunia. Masih berdasarkan laporan itu, kendati jumlah penduduk Muslim Indonesia terbesar di dunia, pada 2050 diperkirakan penduduk Muslim di India akan menjadi yang terbesar.

Sementara di negara-negara Eropa, terutama Eropa Barat, diperkirakan, jumlah umat Islam pada 2050 akan mencapai 10 persen dari seluruh populasi. Sedangkan di Amerika Serikat pada tahun yang sama diperkirakan dari setiap 50 orang warga AS, seorang di antaranya adalah Muslim. Menurut hasil sensus yang diterbitkan Kantor Statistik Nasional Inggris pada 2021, populasi Muslim di negara Perdana Menteri Rishi Sunak pada 2011 berjumlah dua juta tujuh ratus ribu. Sepuluh tahun kemudian, jumlah itu telah menjadi tiga juta sembilan ratus ribu jiwa.

Jadi, selama agama Islam paling cepat berkembang, bahasa Arab juga akan berkembang paling luas. Ini karena umat Islam harus bisa minimal mengucapkan bahasa Arab, yang merupakan keharusan dalam beribadah, terutama saat shalat dan membaca Alquran.

 
Jadi, selama agama Islam paling cepat berkembang, bahasa Arab juga akan berkembang paling luas.
 
 

Dalam buku Mu’jam al Firdaus, Dr Muhannad al Faluji menjelaskan, Alquran dan Hadis selain menjadi sumber utama ajaran Islam, juga merupakan ensiklopedia dan referensi bahasa Arab, antara lain kosa kata dan tata bahasa. Dengan begitu, ia menambahkan, kedua sumber utama hukum dalam Islam itu juga berfungsi menjaga dan melestarikan bahasa Arab, sehingga menjadi bahasa yang banyak digunakan selama lebih dari 14 abad. Alquran dan Hadis juga telah membuka mata dan pikiran orang-orang Arab terhadap pengetahuan dan peradaban yang luas.

Al Faluji menambahkan, banyak kata Arab memperoleh makna religius baru sejak kedatangan Islam, seperti shalat, shaum (puasa), al hajj (haji), zakat, jihad, dan kata-kata semacamnya. Juga kata-kata, seperti mukmin, muslim, kafir, maksiat, dan munafik. Kepemimpinan umat Islam pun melahirkan istilah-istilah administratif, seperti khilafah, daulah (negara), wazir (menteri), hijab (cadar), dan seterusnya.

Tentang hubungan Islam dengan bahasa Arab, Imam Tha’alabi dalam pengantar kitab ‘Fiqh al Lughah wa Sirr al ‘Arabiyah’ (Fikih Bahasa dan Rahasia Bahasa Arab) mengatakan, barang siapa mencintai Allah SWT, dia akan mencintai utusan-Nya Muhammad SAW. Barang siapa yang mencintai Rasul dari Arab ini akan mencintai Arab. Barang siapa mencintai Arab berarti mencintai bahasa Arab, bahasa di mana diturunkan sebaik-baik kitab (Alquran).

Imam Ta’alabi adalah ulama besar di bidang tafsir. Nama lengkapnya Abdul Malik bin Muhammad bin Isma’il Abu Manshur al-Tsa’alaby an-Naisabury (350 H-429 H). Dari nama belakangnya diketahui ia lahir Nisyapur atau Naisabur, yang merupakan sebuah kota di Provinsi Razavi Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibu kota dari Khurasan, di timur laut Iran. 

 
Dengan begitu, bahasa Arab adalah sangat istimewa dibandingkan bahasa-bahasa lain di muka bumi.
 
 

Menurut ulama dari Persia — kini Iran — ini, siapa pun yang mencintai bahasa Arab, dia akan mempelajari dan memahaminya seperti kalau Arab bahasa sehari-harinya. Bahasa Arab adalah alat untuk memahami agama dan ilmu pengetahuan.

Dengan begitu, bahasa Arab adalah sangat istimewa dibandingkan bahasa-bahasa lain di muka bumi. Ia adalah bahasa yang terkait langsung dengan agama Islam. Ketika Allah SWT berjanji akan memelihara Alquran, otomatis bahasa Arab juga akan terpelihara dan terjaga. Firman Allah SWT dalam surah al Hijr, ayat 9: ‘’Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.’’

Jadi, sebenarnya peringatan Hari Bahasa Arab sedunia tidak penting-penting amat, juga seminar-seminar. Sebab, bahasa Arab akan terus terpelihara berkat adanya agama Islam. Termasuk oleh orang-orang semacam ayah saya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Memohon Doa di Mihrab

Mihrab merupakan salah satu tempat beribadah di dalam Alquran selain mushala dan masjid.

SELENGKAPNYA

Lirih Ratapan Buruh Migran Indonesia

Seorang pekerja migran asal Indramayu tujuh tahun tak digaji.

SELENGKAPNYA

MK di Antara PDIP Vs Delapan Parpol

Sistem proporsional tertutup adalah sebuah langkah mundur.

SELENGKAPNYA