
Internasional
Gaza Resmi Kelaparan
PBB menyatakan kelaparan buatan Israel di Gaza adalah kejahatan perang.
GAZA – Lembaga pemantau kelaparan yang didukung PBB menyatakan kelaparan telah melanda wilayah Gaza dan kemungkinan akan menyebar pada bulan depan. Penilaian yang diumumkan pada Jumat ini akan meningkatkan tekanan terhadap Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina yang dilanda perang.
Sumber medis di Jalur Gaza mengumumkan kematian dua warga Palestina dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan kekurangan gizi di Jalur Gaza. Dengan demikian jumlah total korban jiwa akibat kelaparan menjadi 271 orang, termasuk 212 anak-anak.
Sistem Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu mengatakan 514.000 orang – hampir seperempat warga Palestina di Gaza – mengalami kelaparan dan jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 641.000 pada akhir September.
Sekitar 280.000 orang di antaranya berada di wilayah utara yang mencakup Kota Gaza – yang dikenal sebagai Kegubernuran Gaza. Menurut IPC wilayah itu sedang dilanda bencana kelaparan pertama yang terjadi di daerah kantong tersebut. Sisanya berada di Deir al-Balah dan Khan Younis – wilayah tengah dan selatan yang diproyeksikan IPC akan dilanda kelaparan pada akhir bulan depan.

Agar suatu wilayah dapat diklasifikasikan sebagai daerah kelaparan, setidaknya 20 persen penduduknya harus mengalami kekurangan pangan yang parah. Selain itu satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 orang meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi dan penyakit.
Sekalipun suatu wilayah belum diklasifikasikan sebagai wilayah kelaparan karena ambang batas tersebut belum terpenuhi, IPC dapat menentukan bahwa rumah tangga di wilayah tersebut menderita kondisi kelaparan, yang digambarkan sebagai kelaparan, kemelaratan, dan kematian.
Analisis IPC muncul setelah Inggris, Kanada, Australia dan banyak negara Eropa mengatakan krisis kemanusiaan mencapai “tingkat yang tidak terbayangkan” setelah hampir dua tahun perang antara Israel dan militan Palestina Hamas. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah lama memperingatkan akan adanya "bencana kemanusiaan yang besar" di wilayah kantong berpenduduk lebih dari 2 juta orang tersebut.
Presiden AS Donald Trump bulan lalu mengatakan banyak orang di sana kelaparan, sehingga membuatnya berselisih dengan beberapa anggota partai Republik, yang sangat mendukung posisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa tidak ada kelaparan.

COGAT, badan militer Israel yang mengoordinasikan bantuan, pada Kamis menuduh Hamas melakukan “kampanye kelaparan palsu”. Mereka juga mengatakan PBB dan pihak lain menyebarkan klaim tidak berdasar tentang kelaparan di Gaza.
PBB telah lama mengeluhkan hambatan dalam menyalurkan bantuan ke Gaza dan mendistribusikannya ke seluruh zona perang, serta menyalahkan Israel dan pelanggaran hukum atas hambatan tersebut. Israel mengkritik operasi yang dipimpin PBB dan menuduh Hamas mencuri bantuan, namun kelompok militan tersebut menyangkalnya.
IPC mengatakan analisis yang dirilis pada hari Jumat hanya mencakup orang-orang yang tinggal di Gaza, Deir al-Balah dan Khan Younis. Mereka tidak dapat mengklasifikasikan provinsi Gaza Utara karena pembatasan akses dan kurangnya data. Mereka juga mengecualikan populasi yang tersisa di wilayah selatan Rafah karena sebagian besar tidak berpenghuni.
Ini adalah kelima kalinya dalam 14 tahun terakhir kelaparan ditentukan oleh IPC – sebuah inisiatif yang melibatkan 21 kelompok bantuan, badan-badan PBB dan organisasi regional yang didanai oleh Uni Eropa, Jerman, Inggris dan Kanada.

IPC sebelumnya telah menilai bahwa terjadi kelaparan di wilayah Somalia pada tahun 2011, Sudan Selatan pada tahun 2017 dan 2020, serta Sudan pada tahun 2024. IPC menyatakan bahwa mereka tidak menyatakan kelaparan, namun memberikan analisis kepada pemerintah dan pihak lain untuk melakukan hal tersebut.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis minggu ini menemukan bahwa 65 persen warga Amerika percaya Amerika Serikat harus membantu mereka yang kelaparan di Gaza. Israel telah lama mengandalkan AS, sekutu terkuatnya, untuk mendapatkan bantuan militer dan dukungan diplomatik.
Hilangnya dukungan publik AS akan menjadi tanda yang mengkhawatirkan bagi Israel karena Israel tidak hanya menghadapi militan Hamas di Gaza tetapi juga konflik yang belum terselesaikan dengan Iran, musuh bebuyutan regionalnya.
Perang di Gaza dipicu pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas membunuh 1.200 orang di Israel selatan dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel. Sejak itu, kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa munculnya kelaparan di Gaza utara adalah “akibat langsung dari tindakan yang diambil oleh pemerintah Israel” dan mengatakan bahwa kematian akibat kelaparan mungkin merupakan kejahatan perang.
“Kelaparan yang diumumkan hari ini di Kegubernuran Gaza oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) adalah akibat langsung dari tindakan yang diambil oleh pemerintah Israel,” kata Volker Turk dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, merujuk pada laporan pemantau kelaparan global.
“Merupakan kejahatan perang jika menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan, dan kematian yang diakibatkannya mungkin juga merupakan kejahatan perang yaitu pembunuhan yang disengaja,” tambahnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.