Cincin dari masa abad kesembilan yang ditemukan di makam seorang wanita Viking. | DOK Swedish History Museum

Dunia Islam

Persentuhan Awal Rusia dan Islam

Salah satu catatan terawal mengenai hubungan bangsa Rusia dan Islam termaktub dalam Risalah Ibnu Fadhlan.

Pada medio 2015, penelitian atas sebuah cincin mengejutkan dunia. Perhiasan yang berbahan perak dengan batu berwarna ungu itu ternyata berukiran aksara Arab: “ilaa Allah". Artinya bila diterjemahkan adalah “untuk Allah".

Kalau ditemukan di tanah Arab, benda itu barangkali tidak akan memicu berita. Faktanya, cincin tersebut berasal dari makam kuno seorang wanita Viking yang digali para arkeolog pada akhir abad ke-19 M. Kini, artefak itu menjadi koleksi Museum Sejarah Nasional Swedia, Stockholm.

Dalam sebuah artikel ilmiah yang terbit tanggal 23 Februari 2015, para arkeolog mengungkapkan, cincin “ilaa Allah” itu melekat pada jasad seorang wanita Viking. Mayat itu sendiri diduga berasal dari masa sekira abad kesembilan Masehi.

Pakaian yang dikenakan jasad itu dalam kuburnya menunjukkan ciri khas tradisional Skandinavia. Bagaimanapun, para periset sukar memastikan asal etnis ataupun keyakinan yang dipeluk sang mendiang.

Sederet pertanyaan lainnya juga belum terjawab. Dari mana wanita ini mendapatkan cincin berukiran Arab? Apakah perhiasan itu termasuk rampasan perang? Ataukah ia memang beragama Islam sehingga memilikinya?

Penemuan itu kemudian mengingatkan publik pada legasi dari seorang pengelana Muslim yang hidup antara abad kesembilan dan 10 Masehi. Ahmad bin Fadhlan, demikian namanya. Lengkapnya adalah Ahmad bin Fadhlan bin al-Abbas bin Rasyid bin Hammad Maula Muhammad bin Sulaiman. Ia semasa dengan Kekhalifahan Abbasiyah ketika dipimpin Muqtadir Billah.

photo
Salah satu bagian dari manuskrip ar-Risalah karya Ibnu Fadhlan. - (DOK WIKIPEDIA)

Ibnu Fadhlan masyhur karena bukunya yang berjudul Fi Wasf ar-Rihlah ilaa Bilad at-Turki wa al-Khazar wa ar-Ruus wa as-Saqalibah. Karyanya itu populer dengan sebutan ar-Risalah. Di dalamnya, ia menuliskan catatan perjalanan yang dilakukannya dari Baghdad ke Varangia.

Negeri itu berpusat di Kiev—kini ibu kota Ukraina. Ibnu Fadhlan menyebut penduduk setempat sebagai orang-orang Rus atau Rusya. Pada masanya, mereka dikenal pula sebagai suku Norse. Secara nasab, mereka tergolong kelompok etnis Viking.

Dalam ar-Risalah, Ibnu Fadhlan mencatat kesannya saat mengunjungi negeri di utara Laut Hitam itu. Menurut dia, kaum wanita mereka gemar memakai cincin emas dan perak. Ornamen yang paling sering ditemuinya adalah manik-manik kaca berwarna hijau. “Mereka mengikatnya seperti kalung,” tulis sang pelancong Muslim.

Ar-Risalah merupakan salah satu tulisan etnografis paling awal yang mendeskripsikan masyarakat Viking-Rusia. Buah pena sarjana Arab itu menjadi rujukan banyak sejarawan, bahkan hingga era modern. Tidak sedikit karya sastra dan seni yang terinspirasi darinya. Sebut saja, novel Eaters of the Dead karya Michael Crichton (1976) dan film The 13th Warrior garapan sutradara John McTiernan (1999).

Orang-orang Rusya memiliki leluhur bangsa Viking yang gemar menaklukkan daerah-daerah sekitar. Pada masa ketika Ibnu Fadhlan hidup, mereka menghuni kawasan luas di sepanjang rute perdagangan Volga. Wilayah itu meliputi negara-negara modern Belarusia, Rusia, dan Ukraina kini.
Sejak abad kesembilan, kerajaan Kiev Rusy berdiri. Rajanya yang paling dikenang adalah Vladimir Agung (958-1015). Ia berjasa dalam memperkenalkan agama Kristen Ortodoks kepada bangsa Rusya.

Konon, sebelum memilih Nasrani, Vladimir dengan sadar hendak meninggalkan kepercayaan leluhurnya yang paganis. Ia lalu mengutus sejumlah dutanya yang tepercaya ke berbagai negeri di Eropa, Anatolia, dan Asia barat. Mereka disuruh untuk mempelajarai agama masyarakat lokal masing-masing.

Usai dengan misi mereka, para utusan itu kembali dan memberikan laporan kepada sang raja. Empat agama tersedia untuk dipilih Vladimir: Yahudi, Islam, Katolik, dan Kristen Timur. Vladimir menolak Yahudi karena tidak terkesan kondisi kaum Yahudi yang tanpa tanah air. Islam ditolaknya karena agama ini melarang khamar. Mengonsumsi minuman keras, baginya, adalah tradisi yang tak mungkin ditinggalkan. Katolik tidak pula menarik hatinya. Akhirnya, pilihan jatuh pada Kristen Ortodoks.

photo
Lukisan kapal-kapal yang dipakai bangsa Rusy untuk berdagang di rute Volga. - (DOK WIKIPEDIA)

Kiev Rusy membuka hubungan dagang dengan para saudagar Arab. Dari para pedagang Muslim ini, kerajaan Kristen Ortodoks tersebut memperoleh banyak komoditas, termasuk perak, kain dari Asia timur, dan rempah-rempah. Adapun orang-orang Arab mendapatkan barang-barang khas Nordik, termasuk es batu yang disimpan dalam peti-peti.

Rute pedagangan di wilayah Kiev Rusy sepenuhnya mengandalkan Sungai Volga, sungai terpanjang di seluruh Eropa, dan anak-anak sungai yang mengalir darinya. Mereka menggunakan perahu yang berbentuk panjang dan dangkal. Titik perjumpaannya dengan para saudagar Muslim adalah pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pesisir Laut Hitam dan Anatolia utara.

Ustaz Sayid Qutub: Tumbuhkan Generasi Qur'ani

Menurut Ustaz Sayid Qutub, menumbuhkan generasi qur'ani dirumuskan dengan 8M.

SELENGKAPNYA

Cukupkah Aset First Travel Ganti Rugi Korban?

Eks agen First Travel mengkhawatirkan penagihan dari korban.

SELENGKAPNYA

Wajah Muslim Amerika yang Kian Cerah

Komunitas Muslim telah mengambil bagian terpenting dari kehidupan publik Amerika.

SELENGKAPNYA