
Internasional
Jurnalis Kembali Berguguran di Gaza
Sedikitnya 240 orang wartawan meninggal dunia akibat genosida Israel.
GAZA – Jurnalis terus berguguran dibunuh Israel di Jalur Gaza. Pada Senin tiga jurnalis kembali syahid akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Mereka di antara 14 orang yang syahid dalam serangan Israel terhadap rumah sakit Nasser di Gaza selatan.
Serangan itu dilancarkan dengan drone bunuh diri Israel. Agresi tersebut menargetkan bagian atas Rumah Sakit Nasser, termasuk atap tempat beberapa jurnalis berdiri.
Juru kamera Hussam al-Masri, kontributor Reuters, syahid dalam serangan itu. Yang juga syahid adalah jurnalis perempuan Maryam Abu Daqqa. Amal Baddah, juru kamera Palestine Today TV, juga jadi korban serangan.
Ketika staf medis datang untuk memberikan bantuan, serangan lain terjadi di sana, melukai beberapa orang, termasuk dua jurnalis. Diantaranya fotografer Hatem Khaled, yang juga seorang kontributor Reuters. Jurnalis Hatem Omar dan Mohammad Salama juga jadi korban serangan itu.

Kematian mereka menambah jumlah pekerja media yang menjadi sasaran dan dibunuh selama perang – setidaknya 240 orang, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza. Jumlah tersebut termasuk sejumlah jurnalis Al Jazeera, diantaranya koresponden Anas al-Sharif, yang tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit al-Shifa dua minggu lalu.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam tindakan Israel yang menargetkan jurnalis di Gaza, di mana para jurnalis menghadapi bahaya yang lebih besar dibandingkan di tempat lain di dunia.
“Tidak ada konflik dalam sejarah modern yang menyebabkan jumlah jurnalis terbunuh lebih banyak dibandingkan genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza,” kata Amnesty International.
Banyak jurnalis di Gaza terbunuh di Palestina. Koresponden Al Jazeera Hind Khoudary mengatakan hal ini karena setelah perang selama dua tahun listrik dan internet tidak tersedia. Ini sehingga jurnalis Palestina menggunakan layanan ini di rumah sakit untuk terus melaporkan.
“Kami selalu memantau kasus-kasus warga Palestina yang terluka, pemakaman, dan malnutrisi yang selalu dipindahkan ke rumah sakit. Itulah sebabnya jurnalis Palestina menjadikan rumah sakit sebagai basis mereka dan akhirnya menjadi sasaran.”
During a live broadcast on Al-Ghad TV, civil defense teams came under an Israeli airstrike in a second attack on Nasser Hospital, killing journalist and Reuters photographer Hussam Al-Masri along with others. pic.twitter.com/QbCFPIYPDN — Quds News Network (QudsNen) August 25, 2025
Jumlah jurnalis yang gugur akibat serangan militer Israel (IDF) di Jalur Gaza, Palestina, kini mencapai 240 orang. Data itu dihimpun oleh otoritas Palestina setempat sejak Oktober 2023, yakni momen pecahnya genosida di wilayah yang terkepung itu.
Hingga Sabtu (23/8/2025), sebanyak 240 orang wartawan meninggal dunia dalam genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Korban terakhir sebelum serangan pada Senin ialah Khaled Mohammed al-Madhoun, seorang juru kamera Palestine TV.
Pada 11 Agustus 2025, Al Jazeera melaporkan kematian empat stafnya akibat dibunuh IDF. Di antara adalah seorang reporter yang dikenal luas publik dunia, yakni Anas al-Sharif. Pria tersebut gugur setelah IDF menyerang tenda jurnalis yang berdiri dekat sebuah rumah sakit di Kota Gaza.
IDF mengakui telah melakukan serangan itu. Dalihnya, al-Sharif bekerja untuk kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Belakangan, Al Jazeera memperbarui laporannya dengan menyebutkan, jumlah stafnya yang gugur akibat serangan Israel itu menjadi lima orang. Wakil Ketua Serikat Jurnalis Palestina Tahsin al-Astal mengatakan, jumlah jurnalis yang tewas saat itu telah bertambah menjadi enam orang.
Kematian 240 wartawan menjadikan genosida Israel di Jalur Gaza sebagai konflik yang paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah. Sebab, angka kematian jurnalis di sana telah melampaui jumlah wartawan yang gugur selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II (total 68). Bahkan, itu pun telah melewati jumlah di Perang Vietnam (63 orang) dan Perang Afghanistan (127 orang).
Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) menyatakan, Israel terus berupaya untuk membungkam kebenaran. Salah satu caranya dengan membantai para jurnalis yang berjuang melaporkan fakta dan situasi di Jalur Gaza kepada masyarakat dunia.
Ketua Komite Pelaksana ARI-BP Zaitun Rasmin mengatakan, pembunuhan terhadap jurnalis oleh Israel adalah tindakan yang sangat keji. "Ini menunjukkan, mereka bukan saja membunuh manusia, tapi ingin membunuh, membungkam, kebenaran. Mereka tidak mau ada suara-suara, kecuali suara-suara mereka," kata dia dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis (14/8/2025) lalu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Anak-Anak Terus Bertumbangan Kelaparan di Gaza
Kondisi kelaparan di Jalur Gaza makin parah.
SELENGKAPNYAPejuang Palestina Terus Adang IDF di Kota Gaza
Israel terus membombardir Jalur Gaza dari utara ke selatan.
SELENGKAPNYABukti Terbaru Genosida, Korban di Gaza 80 Persen Sipil
Israel hanya berhasil membunuh sebagian kecil pejuang Palestina.
SELENGKAPNYA