Ustaz Sayid Qutub. | DOK IST

Hiwar

Ustaz Sayid Qutub: Tumbuhkan Generasi Qur'ani

Menurut Ustaz Sayid Qutub, menumbuhkan generasi qur'ani dirumuskan dengan 8M.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya” (HR Bukhari). Hadis tersebut menegaskan kemuliaan generasi qur’ani, yakni mereka yang kesibukannya tidak terlepas dari Kitabullah.

Menurut Ustaz Sayid Qutub, pembibitan generasi qur’ani seyogianya dilakukan sedini mungkin. Masa anak-anak adalah periode terbaik untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Alquran. Karena itu, dai nasional tersebut mengajak setiap orang tua Muslim untuk membiasakan buah hati mereka dengan tadarus, tahsin, dan tahfiz.

“Membentuk generasi qur’ani harus dilakukan sejak dini, yaitu misalnya dari masa taman kanak-kanak dan sekolah dasar,” ujar pendiri Berkah Mutiara Qur’an (BMQ) ini.

Ketua Yayasan El Fawaz ini melanjutkan, pembentukan generasi qur’ani bervisi jangka panjang. Dalam arti, tujuannya bukan hanya duniawi, melainkan juga ukhrawi. Sebab, lapisan generasi ini menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama, Rasulullah SAW satu-satunya teladan, dan akhirnya Alquran sebagai pedoman.

Lantas, bagaimana cara membentuk generasi qur’ani? Apa saja ciri-ciri mereka? Untuk menjawabnya, berikut ini petikan wawancara yang dilakukan wartawan Republika, Muhyiddin, dengan Ustaz Sayid Qutub, beberapa waktu lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sayid Qutub (Official) (sayidqutubofficial)

Bagaimana Anda melihat perkembangan pendidikan al-Qur’an di Indonesia?

Alhamdulillah, rasanya senang melihat perkembangan yang ada. Sejak usia dini, anak-anak Indonesia sudah diperkenalkan dan diakrabkan dengan Alquran. Di negeri kita, setiap masjid umumnya menyelenggarakan pendidikan Alquran. Kalangan orang tua pun, saya kira, sudah sadar dan paham akan pentingnya Alquran.

Bahkan, bukan hanya terkait tadarus. Tahfiz Alquran kian gencar dalam beberapa tahun terakhir. Banyak sekali kita temukan para hafiz dari kalangan anak-anak, dewasa, dan orang tua. Banyak MHQ (musabaqah hifzil Qur’an), di samping MTQ (musabaqah tilawatil Qur’an), digelar di mana-mana; mulai dari lingkup kecil, daerah, nasional, hingga internasional.

Ditambah lagi dengan tumbuhnya komunitas-komunitas tahfiz di Tanah Air. Kemudian, stasiun-stasiun televisi pun mulai konsisten mengadakan program semisal hafiz Indonesia.

Kita menyambut semua itu dengan senang dan bahagia sekali. Masya Allah, tabarakallah. Harapannya, semua rakyat Indonesia menjadi ahlul Qur’an, yakni semakin akrab dan mengenal Alquran secara lebih mendalam, baik pada sisi tadarus, mutqin hafalan, hingga pengamalan.

Menurut Anda, seperti apakah karakteristik generasi qur’ani?

Generasi qur’ani adalah mereka yang menjadikan Allah SWT sebagai tujuannya, Rasulullah SAW sebagai teladannya, dan Alquran sebagai pedomannya. Setiap langkahnya sesuai dengan tuntunan Alqura ndan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pada intinya, mereka bertakwa. Dalam arti, melakukan apa-apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.

Bagaimana menumbuhkan watak qur’ani dalam diri kolektif generasi muda?

Ada banyak cara untuk membentuk generasi qur’ani. Di antaranya adalah, keluarga atau lingkungan harus melakukan “8 M". Itu terdiri atas tindakan-tindakan mendapatkan mushaf Alquran, mengambil air wudhu, membaca Alquran, menghafalkan Alquran, mengulang-ulang hafalan Alquran, memahami Alquran, mengamalkan Alquran, serta mendakwah dengan Alquran.

Kalau kedelapan poin itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten, insya Allah akan terwujudlah generasi qur’ani, ahlul Qur’an.

Dan, saya kira, penting untuk menumbuhkan generasi qur’ani, terutama pada masa kini. Jika hidup ingin selamat, bahagia, dan sukses di dunia-akhirat, berpegang teguhlah pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya, yaitu Alquran dan Sunnah. Selama konsisten pada keduanya, kita tidak akan pernah celaka dan sesat selama-lamanya.

Bagaimana semestinya negara dan masyarakat berperan dalam mewujudkan generasi qur’ani?

Sering saya katakan, mari mulai dari diri sendiri. Mulailah dari hal-hal kecil, saat ini, dan rutin. Jangan menunda-nunda kebaikan. Segera tumbuhkanlah kecintaan terhadap Alquran. Jadikan kitab ini sebagai petunjuk hidup, niscaya Alquran akan menjadi penolong di dunia maupun akhirat kelak.

Maka dari itu, keberkahan dari Allah SWT akan mudah digapai oleh siapapun yang berdekatan dengan Alquran. Baik instrumen negara, pejabat, maupun masyarakat Muslim pada umumnya, kalau selalu dekat dengan Alquran, insya Allah akan dinaungi keberkahan dari langit maupun bumi oleh Allah. Itulah jaminan Allah.

Sebagai seorang hafiz dan pendiri gerakan cinta Alquran, bagaimana pengalaman keberkahan yang Anda rasakan?

Masya Allah, tabarakarrahman. Semakin dekat dengan Alquran, maka semakin berkah hidup kita. Itulah rumusnya. Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT dan doa orang tua serta tahadduts bin ni’mah, delapan gelar yang diberikan kepada saya—sejak S1 hingga S3—berjalan dengan mudah dan berkah.

Bahkan, saat saya memperoleh double doktor, baik dari negeri maupun swasta, mendapatkan nilai cumlaude. Termasuk doktor hafiz yang termuda, yaitu 28 tahun. Ini merupakan karunia dan keberkahan dari Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihaat. Segala puji hanya milik Allah SWT yang dengan segala nikmat-Nya, segala kebaikan menjadi sempurna.

Bagaimana latar berdirinya El Fawaz dan BMQ yang Anda gagas?

Awalnya, kami terlebih dahulu membangun Rumah al-Qur’an El Fawaz (RQL). Alhamdulillah, santrinya begitu banyak. Memang, kami gratiskan (biaya-biaya) agar anak-anak muda kian banyak menjadi generasi qur’ani dan mencintai Sunnah Nabi SAW.

Seiring berjalannya waktu, kami merasa perlu adanya pendidikan Alquran yang lebih formal. Akhirnya, kami pun membangun TK Islam terpadu dan SD Islam terpadu Alquran, yakni El Fawaz di Jakarta Selatan. Alhamdulillah, sambutan masyarakat juga begitu baik.

Pendidikan di El Fawaz mempunyai ciri khas, yaitu sekolah para hafiz. Siswa dan siswi kami berprestasi dalam bidang Alquran maupun bidang ilmu-ilmu umum. Terbukti, tidak sedikit siswa dan siswi kami yang mengikuti ajang perlombaan Hafiz Indonesia yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta.

Begitu pula dengan ajang-ajang perlombaan lainnya, dengan pelbagai prestasi yang diraih. Hingga saat ini, tercatat ada siswa dan siswi kami yang mencapai hafalan Alquran sebanyak 23 juz saat masih di bangku sekolah dasar.

Kemudian, kami kembangkan itu dengan membentuk Berkah Mutiara Qur’an (BMQ) di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Saat ini, kami sedang memproses pembangunan Masjid Haji Muhammad Toha. Insya Allah, ke depannya akan dibuatkan hal yang serupa, yaitu sekolah para hafiz untuk level TK, SD, SMP, SMA boarding school, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi.

Apa pesan Anda untuk kalangan orang tua?

Hikmah menjadi ahlul Qur’an adalah agar kita bisa menjadi keluarga yang diberkahi Allah di dunia dan sekaligus dimuliakan di akhirat. Bahkan, orang tua nanti akan dipakaikan oleh Allah SWT mahkota dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Orang tua pun diberikan dua pakaian yang tidak bisa dibandingkan dengan seisi dunia. Itu semua disebabkan anak mereka menjadi hafiz atau ahlul Qur’an selama di dunia.

Dekat dengan Alquran adalah sebuah kenikmatan, yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh mereka yang akrab dengan Alquran. Kitabullah bisa dinikmati dari berbagi sisi: tadarus, tahfiz, mengulang-ulang hafalan, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkannya. Alhamdulillah bila rumah kita menjadi ramai oleh semua kegiatan qur’ani itu.

Supaya hafalan lancar, seringlah mengulangi-ulang. Tiada bacaan, kecuali pemahaman. Tiada hafalan, kecuali kelancaran. Saat sudah menghafal Alquran, apalagi telah mutqin, kita tidak akan rela bila hafalan Alquran dihilangkan dari memori. Sebab, itu adalah sebuah kenikmatan.

Dengan Alquran berada dalam diri dan keluarga kita, insya Allah Alquran menyelamatkan kita di dunia-akhirat.

photo
Menurut Ustaz Sayid Qutub, generasi qurani dapat ditumbuhkan dengan rumus 8M. - (DOK IST)

Menjadi Hafiz Sejak Muda

Ustaz Sayid Qutub lahir di Jakarta, pada 22 Mei 1985. Anak bungsu dari 18 bersaudara itu telah dekat dengan Alquran sejak masih kecil. Kedua orang tuanya mengajarkan seluruh anak untuk disiplin mengaji dan melakukan tahfiz.

Hasilnya, ia menjadi seorang hafiz sejak muda. “Saya tumbuh di lingkungan yang qur’ani, keluarga yang mencintai Alquran. Guru-guru saya adalah abang dan kakak kandung saya sendiri. Saya juga belajar Alquran dengan guru-guru mulia, para huffazh bersanad," kata putra pasangan H Muhammad Toha dan Ibu Hajjah Maimunah itu kepada Republika, Kamis (5/1/2023).

Saat duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah diperkenalkan dengan Alquran. Ia mulai berupaya menjadi tahfiz di Lembaga Tahfizh Qur’an Al-Hikmah di Jakarta Selatan. Setiap hari bakda Ashar, ia dibimbing oleh para gurunya.

Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Jakarta Selatan pada 1997, ia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Hikmah Jakarta pada 2000 dan ke Madrasah Aliyah (MA) Al-Hikmah Jakarta pada 2003.

“Alhamdulillah saat sekolah menengah atas dengan izin Allah SWT saya telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz,” ucap Ustaz Sayid Qutub.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sayid Qutub (Official) (sayidqutubofficial)

Setelah itu, Ustaz Sayid Qutub melanjutkan kuliah S1 di Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2004-2009. Kemudian, ia menempuh S2 di Sekolah Pascasarjana di Institut Agama Islam Al-Aqidah Jakarta pada 2008-2010 jurusan Politik Islam.

Pada 2011-2013, ia kemudian melanjutkan S3-nya ke Sekolah Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor Program Doktor konsentrasi Pendidikan Islam. Saat bersamaan, ia juga menempuh S3 di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Program Doktor konsentrasi Syari’ah pada 2010-2014.

Ustaz Sayid Qutub sudah mendapatkan penghargaan wisudawan doktor Hafizh Alquran 30 Juz dan menjadi wisudawan doktor termuda di usia 28 tahun. Ia juga mendapatkan predikat cumlaude di dua strata tiganya, serta mengikuti program sanad Alquran Syathibiyah dalam bacaan Hafsh dari ‘Ashim sampai kepada Rasulullah SAW di bawah asuhan KH Ahsin Sakho Muhammad.

Pada 2021 lalu, ia pun mendapatkan Syahadah Standardisasi Da’i Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain sibuk berdakwah, ia juga menjadi dosen di Pascasarjana Universitas Islam Jakarta (UIJ), Dosen di Universitas Budi Luhur, dosen di STID DI Al-Hikmah Jakarta.

Ustaz Sayid Qutub juga merupakan Ketua Yayasan El Fawaz, yang bergerak dalam bidang pendidikan tingkat dasar, TKIT dan SDIT Al-Qur’an El Fawaz “Sekolah Para Hafizh”.

Selain itu, ia adalah pendiri Berkah Mutiara Qur’an (BMQ), Ketua Dewan Kota Jakarta Selatan, Ketua Bidang Yayasan Al Hikmah, serta Ketua Bidang Kajian dan Diklat HDMI Pusat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pekan Pertama 2023, Rupiah dan IHSG Tertekan

The Fed berencana menaikkan lagi suku bunga acuannya.

SELENGKAPNYA

Palestina, Abadi dalam Penderitaan

Kita berutang kepada Palestina, negara pertama yang mengakui kemerdekaan kita.

SELENGKAPNYA

Perbaiki Citra Islam di Tengah Islamofobia

Banyak momentum yang membuat citra Islam perlahan bangkit di tengah pandangan ‘nyinyir’ segelintir media.

SELENGKAPNYA