
Khazanah
Wasathiyah Kuatkan Keindonesiaan
Dengan wasathiyah, bangsa ini tak memberi ruang kepada ekstremisme.
BOGOR — Wasathiyah (moderasi) beragama merupakan narasi strategis yang menguatkan rasa cinta kepada Tanah Air. Setiap orang yang berpaham moderat, merangkul dan bersinergi dengan kelompok lain akan mengeratkan persatuan dan membawa Indonesia kepada kemajuan.
Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Kemenag) Prof Nizar Ali mengimbau seluruh masyarakat, baik yang tergabung dalam ormas keagamaan maupun ormas lainnya, untuk memperkuat pemahaman moderasi beragama. Moderasi beragama harus menjadi gerakan masif, tertanam dalam hati setiap warga, diresapi kearifannya, dan diamalkan dalam keseharian.
Warga Muslim membantu warga beragama lain dalam kehidupan sosial. Warga penganut selain Islam berkolaborasi dengan Muslim. Semuanya sama-sama menguatkan empati. Saling mendukung untuk memajukan negeri.

Dengan wasathiyah, Prof Nizar optimistis bangsa ini tak memberi ruang kepada ekstremisme. Kalau sudah begitu, tak ada lagi niat untuk melakukan tindakan terorisme seperti yang terjadi di Mapolsek Astanaanyar Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Menurut Prof Nizar, ada empat indikator masyarakat moderat. Pertama, memiliki komitmen kebangsaan. Jika ada masyarakat yang cinta tanah airnya minim, masuk dalam kategori kurang moderat atau bahkan mengarah kepada pemahaman radikal.
"Kalau ada orang ingin mengganti ideologi negara dengan ideologi lain, khilafah misalnya, ini komitmen kebangsaannya perlu dipertanyakan karena komitmen kebangsaannya kurang," kata Nizar dalam acara Media Gathering Berperspektif Moderasi Beragama di Bogor, akhir pekan lalu.
Kalau ada orang ingin mengganti ideologi negara dengan ideologi lain, khilafah misalnya, ini komitmen kebangsaannya perlu dipertanyakan.PROF NIZAR ALI Sekjen Kementerian Agama
Kedua, memiliki toleransi. Jika ada orang yang tidak toleran atau intoleran, masuk dalam kategori ekstremis. Dia mencontohkan kehidupan ulama dahulu. Mereka telah mengajarkan toleransi kepada masyarakat luas. Imam Syafi'i misalkan, pernah menyatakan bahwa pendapatnya bisa mengandung kebenaran dan mungkin mengandung kesalahan.
"Inilah pengakuan atas keterbatasan manusia dalam konteks nalar. Tapi beliau (Imam Syafi'i) sangat toleran terhadap pendapat lain. Pendapat orang lain itu salah, tapi juga ada benarnya. Ini pesan moral untuk menggelorakan toleransi," kata Nizar.
Ketiga, antikekerasan. Kalau ada masyarakat yang menggunakan cara-cara kekerasan, itu termasuk dalam kelompok radikal dan tidak toleran. Keempat, adaptif terhadap tradisi lokal. Ada orang-orang yang tidak ramah terhadap tradisi lokal. Terlalu mudah menganggap hal tersebut berseberangan dengan pemahaman teologis.
Padahal tak ada dalil teologis yang secara spesifik menolak tradisi lokal. Ini berarti, menolak atau mengharamkan tradisi lokal dengan menyeret atau memaksakan dalil keagamaan menjadi tanda intoleran. “Maka, dia masuk ke dalam konteks radikal," kata Nizar.
Untuk menggelorakan toleransi, tambah dia, Kemenag telah mencanangkan tahun 2022 ini sebagai Tahun Toleransi. Salah satu tujuannya untuk menyongsong tahun politik yang semakin dinamis pada 2023.
Waspadai radikalisme
Pemkab Semarang mengimbau masyarakat mewaspadai konten digital berbau radikalisme. Ada saja pihak tak bertanggung jawab menyebarkan informasi destruktif dengan maksud merusak semangat toleransi antarumat beragama.
“Jangan sampai terpengaruh oleh ajaran-ajaran radikal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain," kata Kepala Kesbangpol Kabupaten Semarang, Petrus Triono dalam bincang malam dengan tema Generasi Muda Forum Kerujunan Antar Umat Beragama (Gema-FKUB) Kabupaten Semarang, di Desa Wisata Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (10/12).
Pihaknya mengimbau generasi muda lintas agama harus bermedia sosial dengan bijak, saling memperkuat komunikasi dan kolaborasi memperkuat nilai persatuan, keharmonisan, dan kebinekaan.
Dalam forum yang sama, Wakil Bupati (Wabup) Semarang M Basari menganjurkan adanya jalinan komunikasi antargenerasi muda FKUB. Wabup ingin agar mereka menggencarkan acara atau kegiatan bersama yang melibatkan berbagai pihak.
Dengan begitu, akan terjadi dialog yang positif, saling menghormati dan memahami perbedaan dan akan terbangun komitmen bersama untuk saling memperkuat semangat kerukunan antarumat beragama.
Lebih Sehat dengan Bedah Bariatrik
Kasus obesitas kalangan dewasa di Indonesia berlipat ganda selama dua dekade terakhir.
SELENGKAPNYAHikmah Erupsi Gunung Api
Material hasil letusan gunung api kaya akan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
SELENGKAPNYA