
Modis
Menyorot Keindahan Kain Toraja
Kain dan motif kain tradisional dapat diwujudkan menjadi busana dengan menggunakan gaya modern.
OLEH SANTI SOPIA, UMI NUR FADHILAH
Kekhasan kain dari setiap daerah menjadi daya tarik tersendiri untuk dieksplorasi. Salah satunya kain asal Toraja, Sulawesi Selatan, yang disebut punya identitas sendiri, seperti warnanya yang mencolok.
Ciri khas kain Toraja inilah yang diangkat desainer Dwi Iskandar dalam karya “Exotic Toraja”. Dia melihat bahwa dari segi tekstur, corak, warna, dan padu padan, kain Sulawesi itu kontras, misalnya warna ungu bisa dipadu dengan biru, oranye. “Secara kebetulan saya suka oranye. Ada warna gelap, saya padukan dengan cerah,” kata Dwi di The Apurva Kempinski Bali, bulan lalu.
Koleksi tersebut merupakan wujud inspirasi dari Toraja yang merupakan warisan budaya dari Pulau Sulawesi. Pendopo lobi yang megah di resor Apurva Kempinski Bali menjadi latar belakang dari kolaborasi spektakuler. Sebanyak 30 pakaian dalam koleksi tersebut hadir dengan pertunjukan musik dan tarik khas dari daerah tersebut.
Dwi memilih sendiri koleksinya dengan bantuan komunitas Toraja yang diubah menjadi sebuah koleksi pakaian resor yang sesuai dengan gaya hidup daerah tropis. Dengan menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat, beberapa model difabel turut berpartisipasi, sementara siswa Institut Seni Indonesia Denpasar dan Institut Desain dan Bisnis Bali juga diundang untuk mengambil peran dalam proses kreatif.
View this post on Instagram
Dwi yang telah banyak hadir dalam berbagai peragaan busana di Indonesia, San Francisco, Hong Kong, Vietnam, dan Seychelles itu sempat merancang gaun para kontestan dari Malta dan Georgia pada Miss World Event 2013 di Bali. Dia biasa memadukan pola etnis pada bahan dalam kain tradisional dengan desain kontemporer yang unik.
Untuk koleksi “Exotic Toraja”, bahannya tak seluruhnya menggunakan tenun, melainkan kombinasi. Dia menekankan gaya kasual dengan konsep berkelanjutan (sustainability) yang less waste, bukan zero waste.
“Tenun itu mahal dan saya mengajarkan agar sisa koleksi sekecil apa pun diolah kembali menjadi bagian dari detail itu sendiri, mengurangi limbah dan dari produksi.” Koleksinya diarahkan untuk usia penggunaan yang lebih lama.
Ada total 55 tampilan dengan siluet dress, blouse, dan lainnya. Dalam satu model, pakaian bisa dipakai untuk beberapa kali atau gaya. Hal itu juga termasuk dalam elemen penting keberlanjutan yang menerapkan konsep reuse, reduce, dan recycle. Dalam koleksinya terdapat motif pabunga, pabinti, dan banyak garis yang mewakili gaya modern. Meski begitu, Dwi menilai perlu ada pengembangan kualitas kain Toraja, seperti dalam kain, motif, dan pewarnaannya.

Konsep keberlanjutan yang Dwi garap merupakan kolaborasi dengan pengusaha kelahiran Toraja, Yohan Tangkesalu. CEO of Genus Group Indonesia itu menyatakan keinginannya untuk mengurangi kemiskinan, baik melalui kolaborasi maupun inovasi industri.
Menurut dia, ternyata pakaian adat Toraja bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari. “Itu akhirnya menambah pemasukan masyarakat lokal, tujuannya menjawab banyak sekali tujuan itu,” kata dia.
Untuk mendukung program tersebut, Dwi mengambil peran dalam menciptakan seragam khusus yang eksklusif digunakan oleh Lady in Red dari The Apurva Kempinski Bali. Lady in Red adalah duta representatif dari Hotel Kempinski yang ada di setiap hotel Kempinski di seluruh dunia.
“Kami benar-benar merasa terhormat dapat bekerja dengan Dwi Iskandar,” kata General Manager The Apurva Kempinski Bali Vincent Guironnet.
Director Marketing Communications The Apurva Kempinski Bali Danti Yuliandari menyadari, kekayaan Indonesia banyak sekali, terutama kekayaan atau cerita yang belum disentuh lebih dalam lagi. Hal itu yang ingin dibawa dalam perayaan yang digelar dua bulan sekali.
“Diawali Februari dari segala aspek, sisi daerah, dari Sumatra, Nusa Tenggara, Kalimantan, sampai November ini khusus Sulawesi dan Desember luar daerah eksotik merayakan Maluku dan Papua,” kata Danti.
Jaga Warisan Budaya Lewat Busana
Setiap budaya daerah memiliki kecantikan dan keelokannya sendiri. Contoh saja budaya Betawi dari Jakarta yang punya motif batik dalam kemasan modern dengan elemen tradisional. Kemasan itu ditampilkan dalam produk premium Kami, Kami First, dalam koleksi Sloka Jakarta.
View this post on Instagram
CEO Kami Istafiana Candarini menjelaskan, kolaborasinya dengan Sarah Sofyan adalah untuk mengenalkan keindahan budaya Betawi lewat koleksi busana tersebut. “Motif karya ini menggambarkan harmonisasi motif Jakarta yang saling melengkapi dan membentuk keindahan komposisi ilustrasi batik,” kata Istafiana dalam jumpa pers di gerai Kami, Senayan City, Jakarta, Jumat (25/11).
Creative Director of Kami Nadya Karina mengatakan, Sloka Collection memiliki nuansa yang berbeda dari koleksi sebelumnya. Kata Sloka diambil dari bahasa Sanskerta, yaitu puisi Melayu (pantun). Sloka Collection merupakan harmonisasi elemen tradisional dan modern pada motif batik Jakarta.
Desainnya diambil dari elemen-elemen representasi Kota Jakarta dalam bentuk pola desain, seperti motif Buketan, Geometri Kembang Kelapa, Bondol, Monogram Bondol, serta Monogram Lace. Karina mengatakan, koleksinya itu berdesain simpel, tetap terkesan mewah dari busana luaran, atasan, atau baju panjang berbahan ceruty, lace, satin, dan lain-lain.
Untuk kolaborasi kali ini, Kami dan Sarah Sofyan menghadirkan warna yang lebih beragam. “Kami itu biasanya warna-warna everyday, gampang mix and match. Kalau Sarah, lebih suka warna yang meledak-ledak untuk aksen atau statement. Jadi, (koleksi ini) ada warna oranye, kuning, biru, merah,” ujar Karin.
Meskipun menghadirkan koleksi yang lebih berwarna, Karin mengatakan, Sloka Collection ini tidak lari dari nilai tradisional Betawi. “Kita ingin ini menjadi bagian dari lifestyle (gaya hidup),” kata Karin.
Soalnya, selama ini, wastra sangat identik dengan acara tematik atau formal saja. Itu sebabnya, Sarah dan Kami ingin mengenalkan Jakarta lebih luas lagi dengan sebuah karya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap identitas dan warisan budaya, terutama budaya Betawi.
Sarah mengatakan, Sloka Collection mengusung model ready to wear sehingga bisa dipakai untuk kondisi apa saja, baik formal maupun informal. Untuk daily, Sloka bisa dipadukan dengan jins, kemeja putih, dan lain-lain. Untuk formal, Sloka bisa dipadukan dengan kain-kain Indonesia.
Jihad untuk Kemaslahatan
Jihad yang elegan bagi setiap Muslim adalah perbuatan mulia yang menghadirkan kemaslahatan bagi alam semesta.
SELENGKAPNYABerhubungan Intim tanpa Ejakulasi, Wajibkah Mandi Junub?
Jika terjadi kesepakatan bertemunya dua jenis alat kelamin yang berbeda, hal itu mewajibkan mandi janabah.
SELENGKAPNYANotaris Meng-imla'-kan Perjanjian
Perlu juga untuk memastikan bahwa yang dibacakan itu tersampaikan dan dipahami.
SELENGKAPNYA