Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) menyampaikan pidato iftitah pada pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Auditorium Muhammad Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (18/11/2022). Tanwir merupakan salah satu agen | Republika/Wihdan Hidayat

Kabar Utama

Muktamar Muhammadiyah Harus Bermartabat

Muhammadiyah tidak mengajarkan kadernya untuk mencari jabatan.

SURAKARTA – Kiprah Muhammadiyah selama lebih dari satu abad terbukti mampu menjaga sekaligus mengembangkan Islam rahmatan lil alamin tanpa tercerabut dari keislaman dan keindonesiaan.

Persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut akan meneguhkan komitmennya untuk terus berkhidmat memberdayakan umat dan kemajuan bangsa melalui Muktamar ke-48 yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari ini.

“Dengan semangat yang sama, mari kita jadikan muktamar besok (hari ini) tetap menjadi bermartabat, uswah hasanah, serta membawa kemajuan bagi umat dan bangsa,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, di lokasi muktamar, di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (18/11).

Haedar menjelaskan, Muhammadiyah membangun keseimbangan di antara keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta. Dengan cara seperti itu, umat akan bisa maju, bangsa bisa maju, sekaligus peran-peran kesemestaan global bisa dijalankan secara tersistem. Ia meyakini, peran-peran besar itu akan mampu dijalankan Muhammadiyah ke depan. 

Dia mengatakan, Muhammadiyah juga akan terus melakukan reformasi organisasi dan kaderisasi sekaligus beradaptasi dengan teknologi informasi yang semakin canggih. Menurutnya, pemilihan dalam tanwir maupun muktamar akan dilakukan melalui e-voting sepenuhnya.

Artinya, Muhammadiyah menjadi pelopor organisasi yang menerapkan sistem tersebut, dan membuktikan Muhammadiyah tidak pernah cemas dengan hal-hal negatif yang ada.

photo
Peserta sidang mengikuti pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Auditorium Muhammad Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (18/11/2022). Tanwir merupakan salah satu agenda akbar Muhammadiyah di bawah Muktamar. Salah satu agenda Tanwir nanti yakni pemilihan formatur PP Muhammadiyah. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Haedar melanjutkan, integrasi amal usaha harus dilakukan Muhammadiyah. Sebab, amal usaha merupakan modal besar yang tidak dimiliki organisasi lain. Ketika amal usaha maju, maka persayrikatan maju. Ketika yang lain bicara Islam rahmatan lil alamin, Muhammadiyah senantiasa membuktikan lewat amal-amal usahanya yang inklusif untuk semua.

Di sisi lain, kekuatan ekonomi akan sangat mempengaruhi politik. Karenanya, menurut Haedar, melalui kekuatan ekonomi yang mumpuni, umat Islam dapat diangkat martabatnya menjadi umat yang yadul ulya atau tangan di atas. “Insya Allah, kita akan mampu menggerakkan itu, secara sistemik, perlahan tapi pasti tanpa perlu cara-cara instan,” kata Haedar.

Haedar mengatakan, gerak Muhammadiyah saat ini dan ke depan akan menghadapi banyak tantangan baru seperti globalisasi, modernisasi abad 21, revolusi teknologi informasi, hingga geopolitik ekonomi, budaya, global dan regional. Karena itu, kata dia, nilai-nilai religiusitas harus semakin kokoh, mencerdaskan, dan mencerahkan.

“Masyarakat kini banyak yang haus nilai-nilai agama, spiritual yang dalam lalu lintas paham keagamaan begitu luas spektrumnya. Muhammadiyah ke depan harus hadir menanamkan nilai-nilai Islam yang meneduhkan dan mencerahkan,” ujar dia.

Muhammadiyah saat ni telah berusia 110 tahun sejak didirikan pada November 1912. Sejarawan Islam, Mu’arif mengatakan, ide dan gerakan yang digagas KH Ahmad Dahlan berkontribusi besar dalam membangun kesadaran berbangsa. Terutama dalam ide persatuan dan berbagai gerakan di bidang dakwah dan pendidikan yang diakui sejarah.

Gerakan dakwah dan pendidikan Muhammadiyah disebut Mu’arif adalah yang paling ekeftif membangun kesadaran berbangsa. Karena melalui gerakan ini, seruan tentang kemerdekaan mulai diajarkan kepada masyarakat saat itu.

“Tapi bukan kemerdekaan dalam artian seperti layaknya negara merdeka, tapi bisa diartikan kebebasan menenetukan nasib sendiri. Ini sangat penting jadi prototipe kesadaran nasionalisme di Indonesia,” ujar Mu’arif yang juga anggota majelis pustaka dan informasi PP Muhammadiyah.

photo
Peserta sidang merekam dengan gawai pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Auditorium Muhammad Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (18/11/2022). - (Republika/Wihdan Hidayat)

Hasil tanwir

Sidang Tanwir yang menjadi rangkaian pelaksanaan Muktamar ke-48 di Surakarta telah memilih 39 nama dari 92 nama calon ketua umum. 39 nama tersebut akan dibawa dalam muktamar untuk dipilih hingga mengerucut menjadi 13 nama yang akan menjadi anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Mereka inilah yang akan memilih Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022-2027.

Pemilihan tersebut berlangsung 1,5 jam dan dilakukan melalui e-voting. 10 orang dari 39 orang yang mendapat suara terbanyak yakni Anwar Abbas 190 suara, Syamsul Anwar 182 suara, Haedar Nashir 175 suara, Saad Ibrahim 170 suara, Abdul Mu’ti 166 suara, Dadang Kahmad 165 suara, Hilman Latief 165 suara, Syafiq A Mughni 164 suara, Amirsyah Tambunan 164 suara, Busyro Muqoddas 164 suara.

Ketua Panitia Pemilihan, Dahlan Rais mengatakan, pelaksanaan e-voting selesai tepat waktu. Ia bersyukur, tanwir berjalan seperti yang direncanakan. “Insya Allah hasil ini bisa dipertanggungjawabkan karena memenuhi persyaratan yang semestinya,” kata Dahlan.

Buya Anwar Abbas turut mengapresiasi penggunaan sistem e-voting dalam tanwir tersebut. Ia merasa, ini merupakan salah satu kabar yang menggembirakan. Bagi Anwar, siapapun yang terpilih nanti sebagai ketua umum harus mampu meniru sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Apalagi, memimpin organisasi bernama Muhammadiyah yang harus sangat lekat dengan Rasulullah. “Siddiq, amanah, fatonah, tablig,” kata dia.

Sementara Prof Haedar mengatakan, di balik sistem e-voting tersebut ada kepercayaan, amanah, dan integritas warga, kader, serta pimpinan Muhammadiyah. Sebagai pimpinan, ia merasa tidak ada yang abadi, termasuk posisi dan jabatan.

“Kita diajari di Muhammadiyah jangan mencari jabatan, sekali diberi amanah tunaikan dengan baik, dan ketika tidak diberi amanah tetap berkhidmat,” kata Haedar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Abdullah bin Rawahah Menolak Suap dari Wajib Pajak

Suap termasuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan cara batil.

SELENGKAPNYA

Kala Ibnu Sina Menjawab Fenomena Penyakit Epilepsi

Para dokter Muslim membangun penelitian medis yang lebih maju untuk mengurai hal ihwal epilepsi.

SELENGKAPNYA

Sidang Tanwir Muhammadiyah Dimulai

Beberapa ruas jalan di Solo akan disterilkan saat pembukaan muktamar.

SELENGKAPNYA