Presiden AFC Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa (kiri) dan Qatar Football Association (QFA) Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani (kanan) | EPA-EFE/ASIAN FOOTBALL CONFEDERATION HANDOUT

Sepak Bola

FIFA dan AFC Bantu Qatar dari Tekanan

Aktivis HAM mengeluhkan perlakuan Qatar terhadap pekerja asing

DOHA -- Piala Dunia 2022 di Qatar berlangsung dua pekan lagi. Jutaan mata penikmat seniman lapangan hijau beraksi membela negaranya bakal tertuju ke Qatar. 

Saat seharusnya pembicaraan mulai mengarah ke pertandingan atau bintang-bintang yang akan berlaga di sana, pemberitaan ajang sepak bola terbesar sejagat itu justru diwarnai tekanan kepada tuan rumah. Isu HAM dalam persiapan negara Asia Barat itu diangkat, terutama oleh negara-negara Barat. Ajakan boikot menguat.

photo
Pemain Cile Alexis Sanchez terjatuh saat bertanding melawan Brasil dalam kualifikasi piala dunia 2022. - (AP Photo/Silvia Izquierdo)

FIFA akhirnya merespons situasi itu. Induk organisasi sepak bola dunia tersebut melayangkan surat yang ditandatangani Presiden Gianni Infantino dan Sekretaris Jenderal Fatma Samoura. Isinya membantu Qatar keluar dari tekanan bertubi-tubi.

 

 

 

Tolong jangan biarkan sepak bola terseret ke dalam pertarungan ideologis atau politik yang ada

 

FIFA
 

 

Dalam surat tersebut, dua petinggi FIFA mengaku memahami bahwa sepak bola tidak hidup dalam ruang hampa. Ada banyak tantangan dan kesulitan yang bersifat politis di sekitarnya. "Namun, tolong jangan biarkan sepak bola terseret ke dalam pertarungan ideologis atau politik yang ada," demikian petikan surat FIFA untuk semua pemangku kepentingan terkait, khususnya kontestan Piala Dunia 2022, dikutip dari BBC, akhir pekan lalu.

Dalam lanjutan surat itu, FIFA menghormati semua pendapat dan keyakinan. Tidak ada satu pun budaya atau bangsa yang lebih baik dari lainnya. Prinsip demikian menjadi fondasi agar tercipta sikap saling menghormati dan tidak diskriminatif. "Ini juga salah satu inti sepak bola. Jadi, tolong ingat itu semua, dan biarkan sepak bola menjadi pusat perhatian," demikian petikan lainnya di surat organisasi yang bermarkas di Zurich, Swiss, tersebut.

Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) juga menyerukan hal senada. Presiden AFC Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa mendesak football family global untuk bersatu menyukseskan gelaran di Qatar tersebut. Ini kedua kalinya negara Asia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia. 

 

 

 

AFC berdiri bersama Qatar, Asosiasi Sepak Bola Qatar, dan FIFA, menjanjikan dukungan penuh dan komitmen yang teguh untuk kesuksesan Piala Dunia Qatar 2022

 

SHEIKH SALMAN BIN EBRAHIM AL KHALIFA Presiden AFC
 

 

Pertama-tama, Salman dan jajarannya menyinggung nilai sepak bola yang memiliki pengaruh luar biasa. Olahraga terbesar dengan kekuatan menyatukan semua kalangan dalam semangat kegembiraan serta optimisme positif, terutama ketika dunia menghadapi situasi yang penuh tantangan seperti sekarang. "AFC berdiri bersama Qatar, Asosiasi Sepak Bola Qatar, dan FIFA, menjanjikan dukungan penuh dan komitmen yang teguh untuk kesuksesan Piala Dunia Qatar 2022," kata Salman.

 

Sebelumnya, tuan rumah Qatar mendapatkan kritikan tajam karena berbagai alasan. Dimulai dari sikap mereka terhadap kaum LGBTQ, kemudian dugaan pelanggaran hak asasi manusia, serta perlakuan terhadap pekerja migran. 

Beberapa pesepak bola memilih melakukan protes damai. Harry Kane dari Inggris dan sejumlah kapten tim Eropa akan mengenakan ban di lengan bertuliskan 'One Love'. Australia merilis video mendesak Qatar menghapus undang-undang tentang hubungan sesama jenis. Prancis menolak menayangkan pertandingan di tempat umum. 

Direktur Human Rights Watch Inggris Yasmine Ahmed menyebut surat FIFA sangat mengerikan. Felix Jackens dari Amnesty International merasa ini momen yang tepat untuk berbicara seputar persoalan hak asasi manusia di negara yang berbatasan dengan teluk Persia itu. "Sekarang waktunya untuk memberi tekanan pada masalah ini. Setelah Piala Dunia bergulir, apakah kita masih akan berbicara tentang Qatar? Saya rasa tidak," ujar Jakens kepada BBC Radio.

Aktivis HAM mengeluhkan perlakuan Qatar terhadap pekerja asing. Pada Februari 2021, the Guardian menuliskan, sebanyak 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh meninggal sejak Qatar terpilih sebagai tuan rumah. Jumlah tersebut didasarkan pada angka yang diberikan kedutaan negara-negara itu di Qatar.

Pemerintah Qatar membantah. Menurut mereka, tidak semua kematian yang tercatat merupakan individu yang bekerja di proyek-proyek untuk Piala Dunia. Meski demikian, Asosiasi Sepak Bola Inggris mendukung seruan yang meminta agar ada kompensasi terhadap siapa pun yang mengalami cedera atau kematian karena aktivitas proyek konstruksi Piala Dunia.

Ada delapan arena yang disiapkan untuk perhelatan akbar kali ini. Menurut BBC, sebanyak tujuh stadion baru dibangun. Ada juga bandara, jalan, dan sekitar 100 hotel disiapkan. Penyelenggara Piala Dunia Qatar menyatakan, semua orang dipersilakan untuk mengunjungi negara itu dan menonton sepak bola. Tidak seorang pun akan didiskriminasi. 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by World Cup 2022 Official