
Teraju
Gapai Dunia dari Kota Santri
Program audisi merupakan pijakan awal proses pembinaan secara komprehensif yang dilakukan PB Djarum.
OLEH NURUL S HAMAMI
Pukul 06.00. Kawasan Simpang 7, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (20/10) pekan lalu belum terlalu ramai dari aktivitas warga. Di salah satu sudut samping mal terlihat sekelompok polisi lalu lintas sedang berkumpul untuk bersiap mengikuti apel pagi.
Belum banyak warga yang memanfaatkan trotoar lebar di pinggiran simpang tersebut untuk berolahraga. Beberapa berlari-lari kecil mengelilingi kawasan yang tengahnya ditumbuhi rumput hijau. Namun, ada pula yang sekadar berjalan cepat mengitari simpang searah berlawanan dengan jarum jam.
Tak jauh dari tulisan Simpang 7 Kudus, di sudut dekat Jalan Sunan Kudus dan Jalan Dr Ramelan, empat bocah tekun melakukan lompat tali setelah berlari mengelilingi lapangan. Tawa lepas sesekali meningkahi mereka.
“Mereka sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Audisi PB Djarum,” kata Robby Chandra, salah satu orang tua yang mendampingi bocah-bocah asal Bayuwangi itu.

Sejak Rabu (19/10) hingga Ahad (23/10) lalu Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum kembali menggelar audisi setelah dua tahun vakum karena situasi pandemi Covid-19. Mereka yang lulus audisi selanjutnya akan menjalani karantina selama tiga pekan untuk dinilai dari tiga aspek yakni fisik, kesehatan, dan psikologi. Setelah lolos tahapan inilah mereka resmi menyandang gelar sebagai atlet PB Djarum.
Sebagai atlet PB Djarum nantinya mereka akan tinggal di asrama yang letaknya masih satu komplek dengan GOR Djarum, Jati, Kudus. Para atlet baru ini akan mendapat latihan serta segala fasilitas asrama secara gratis seperti halanya atlet yang telah lebih dulu bergabung. Dalam perjalanannya mereka pun akan diikutsertakan dalam turnamen-turnamen di tingkat nasional.
Muaranya adalah bisa masuk menjadi atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Pusat Bulutangkis Indonesia (PBI), Cipayung, Jakarta Timur. Saat ini tercatat sekitar 36 atlet asal PB Djarum menghuni pelatnas yang diisi 88 atlet berdasarkan surat keputusan Ketua Umum PBSI Agung Firman Saputra pada 24 Januari 2022 lalu. Di antara ke-36 atlet tersebut yakni Shesar Hiren Rhustavito, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Bagas Maulana, Leo Rolly Carnando, Daniel Marthin, Siti Fadia Silva Ramadhanti, Rinov Rivaldi, Rehan Naufal Kusharjanto.
“Tentu saja pencapaian puncak atlet-atlet yang kami bina di sini adalah terpilih masuk pelatnas. Di sanalah nantinya mereka diharapkan dapat melangkah lebih jauh lagi hingga menjadi juara di level internasional atau dunia,” kata Koordinator Atlet Putra Tim Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum 2022, Fung Permadi, dalam perbincangan dengan Republika di sela-sela pemantauan peserta audisi yang sedang bertanding.
Menurut mantan pemain nasional itu, proses selanjutnya sejak sang atlet bergabung di PB Djarum hingga pelatnas sangat tergantung pada atlet itu sendiri. “Konsistensi dan daya juang adalah kuncinya. Mereka harus sudah memilih untuk konsisten berkarier di bulu tangkis sehingga tekadnya sudah jelas dan tidak terbagi. Sedangkan daya juang akan menambah konsistensi mereka saat berlatih maupun di lapangan pertandingan,” katanya.
Berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, audisi tahun ini hanya diadakan sekali yakni di Kudus sebagai “kandangnya” PB Djarum. Biasanya kota berjulukan Kota Santri ini –merujuk pada ratusan pesantren di daerah itu serta kehadiran Sunan Kudus dan Sunan Muria dalam pengembangan agama Islam di sana pada abad pertengahan-- menjadi tempat audisi final dari rangkaian audisi yang tersebar di sejumlah kota. Situasi yang masih pandemi Covid-19 membuat pelaksanaannya hanya sekali.
“Ya situasinya kan masih belum pulih benar dari Covid-19 sehingga kami memutuskan penyelenggaraannya hanya satu kali dan hanya di Kudus,” kata Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, kepada media di Kudus, Selasa (18/10).
Pihak PB Djarum belum bisa memastikan menggelar audisi di beberapa kota tahun depan. “Kalau memang belum memungkinkan, ya kita tetap menyelenggarakan satu kali di Kudus seperti sekarang,” ungkap Yoppy.
Seleksi ketat
Program audisi, kata Yoppy, merupakan pijakan awal dalam proses pembinaan secara komprehensif yang dilakukan oleh pihaknya. “Oleh karenanya proses seleksi akan berlangsung ketat demi menemukan bibit-bibit berkualitas yang kelak ditempa di asrama PB Djarum,” ujarnya.
Khusus penyelenggaraan tahun ini pun hanya diperuntukkan mereka yang berada dalam rentang usia di bawah sebelas tahun (U-11) dan di bawah tiga belas tahun (U-13). “Kita perlu regenerasi sejak dini untuk kemudian mengisi lapisan atasnya,” kata Yoppy yang juga menjabat Ketua PB Djarum.
Berbeda dengan audisi terakhir di 2019, kali ini diawali dengan dua tahap screening, yaitu bermain lima menit pada 19 Oktober dan bermain sepuluh menit keesokan harnya. Perbaruan ini bertujuan agar kualitas atlet dapat terlihat dengan jelas. Setelah tahap screening, proses seleksi berlanjut ke tahap turnamen dari tanggal 21 Oktober hingga 23 Oktober 2022.
Untuk kategori putra, para semifinalis di kelompok usia U-11 dan U-13 akan masuk ke tahap karantina. Sedangkan, di sektor putri mereka yang berhak melaju ke tahap karantina adalah yang berhasil masuk ke babak final turnamen.
Tahap karantina kali ini cukup berbeda dibanding audisi tahun-tahun sebelumnya, dari yang semula hanya satu pekan menjadi tiga pekan. Selama rentan waktu tersebut, calon atlet PB Djarum akan dinilai melalui tiga aspek yakni tes fisik, tes kesehatan dan psikotes.
Tes fisik dilaksanakan guna mengukur daya tahan atlet dalam bertanding dan tes kesehatan untuk melihat apakah atlet rawan cedera atau tidak. Sementara psikotes terbagi menjadi dua, yakni tes penalaran untuk mengukur taraf kecerdasan dan tes sosio-emosional sebagai tolak ukur kondisi sosio-emosi atlet dalam memecahkan permasalahan.
Rangkaian tes bagi para atlet tersebut nantinya menjadi salah satu bahan pertimbangan Tim Pencari Bakat untuk meloloskan para atlet sebagai atlet PB Djarum, serta panduan bagi pelatih dalam menyusun program pembinaan.
“Kami berharap dengan berbagai elemen yang diterapkan dari jajaran tim pencari bakat pada audisi ini, kami bisa mendapatkan atlet berkarakter yang memiliki bakat dan skill mumpuni serta semangat juang dan mental sebagai calon juara,” ungkap Ketua Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum, Sigit Budiarto.
Koordinator Atlet Putri Tim Pencari Bakat, Yuni Kartika, mengatakan konsistensi dan teknik mumpuni ditopang dengan semangat juang serta mental yang kokoh merupakan hal mutlak yang wajib dimiliki oleh calon atlet PB Djarum. Dia pun menjelaskan pembinaan atlet usia dini serta menempa talenta dan mental atlet setidaknya butuh waktu 10 tahun, sampai mereka siap membela nama bangsa di kancah dunia.
“Selain itu kriteria lainnya adalah bakat, footwork, pukulan, dan kepandaian. Diharapkan atlet tersebut nantinya dapat konsisten dan memiliki kemauan serta impian yang kuat untuk menjadi juara di kelompok usianya lalu berlanjut menjadi juara di kejuaraan internasional. Kenapa konsisten? Karena jangka waktunya untuk mereka menjadi juara dunia itu panjang,” ucap Yuni, mantan pebulu tangkis nasional di era 90-an.
Tawa dan air mata
Ketatnya persaingan terjadi di lapangan pertandingan. Para peserta audisi jatuh bangun mengumpulkan poin untuk memenangkan pertandingan.
“Hajar, Ken!”
“Tahan, Zio!”
Teriakan dukungan sahut-menyahut itu menggema di pinggi lapangan 1 GOR Djarum, Sabtu (22/10) siang. Datangnya dari para pendukung kedua pemain yang tak lain para orang tua dan teman-teman satu klub. Anak yang dipanggil Zio adalah Lorenzio Juvian asal klub Sari Agung (Banyuwangi), sementara Ken adalah Kenzie Abyaz Rayyan dari klub Champion Dakota (Jakarta).
Zio langsung menerlentangkan badannya begitu pukulannya gagal dikembalikan oleh Ken. Itulah akhir gim ketiga yang berkesudahan 21-16 untuk Zio. Dia pun tertawa lepas begitu keluar arena dan disambut sang ibu serta teman-temannya.
Di lapangan, Ken menutup muka dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis. Sebelum meninggalkan lapangan, ibunya langsung menghampiri dan memeluknya. Sampai di luar arena Ken masih belum bisa berhenti menangis.
Zio pantas bersuka cita, sebaliknya Ken larut dalam kesedihan. Sebabnya, pertandingan tersebut merupakan babak ketiga fase turnamen. Sejauh itu keduanya sudah melewati empat hari audisi mulai dari tahapan screening dan dua langkah lagi sampai ke semifinal sekaligus memastikan satu tiket ke fase karantina.
Zio ternyata satu dari empat bocah yang bertemu dengan Republika di lapangan Simpang 7 beberapa hari sebelumnya. Usianya baru sembilan tahun. Sari Agung, klub tempatnya berlatih, adalah klub yang juga pernah menjadi tempat berlatih Kevin Sanjaya Sukamuljo di masa kecil.
“Mau jadi pemain bulu tangkis seperti Kevin,” kata Zio yang masih berkeringat dan dipijat-pijat kakinya oleh sang ayah, Robby Chandra.

Selain Zio, Sari Agung juga meloloskan Daniel Pradipta Zaen mendapatkan Super Tiket Tambahan ke fase karantina. “Saya juga mau seperti Kevin,” kata Daniel yang juga anak dari pelatih Sari Agung, Zainul, yang menjadi pelatih Kevin di saat belum bergabung di PB Djarum dan pelatnas.
Kegembiraan juga menjadi milik Nurfattah Alfarhazy. Bocah delapan tahun asal Bontang, Kalimantan Timur, ini pada Jumat (21/10) lolos dari babak ketiga. “Senang,” katanya singkat saat ditemui Republika.
Perjalanan panjang Nurfattah menggapai tiket seakan terbayar. Bersama ayah dan pelatih privatnya dia melewati 24 jam dari Bontang hingga tiba di Kudus. Dimulai dengan meninggalkan rumah pada Ahad malam melalui perjalanan darat ke Balikpapan selama delapan jam. Lalu melanjutkan penerbangan ke Surabaya yang diteruskan dengan perjalanan kereta api ke Semarang, dan terakhir dengan mobil travel dari Semarang ke Kudus.Ahmad Fauzan Ilmi dari klub Tangkas, Tulung Agung.
Sayang, di babak keempat Sabtu (22/10) Nurfattah gagal melangkah lebih jauh lagi. Dia kalah dari Ahmad Fauzan Ilmu (Tangkas, Tulung Agung).
Kehadiran audisi beasiswa bulu tangkis yang dimulai kembali oleh PB Djarum patut diapresiasi. Setelah dua tahun setengah kosong akibat pandemi Covid-19, kini para pemain usia dini dari berbagai klub di seluruh Tanah Air bisa kembali menjajal kemampuannya untuk menggapai impian menjadi pemain kelas dunia.
“Harapan saya audisi kembali diselenggarakan tahun depan. Ini bisa memotivasi para pemain di klub-klub kecil di daerah berlatih keras untuk bisa bergabung di PB Djarum dan akhirnya ke pelatnas,” kata Septi Baryanti, mantan atlet PB Djarum pada 1989-1990 yang kini melatih klub di Kebumen, Jawa Tengah, bernama PB Champion.
President Director Djarum Foundation, Victor Hartono, pun berharap para pemain hasil audisi bisa segera bergabung di PB Djarum. “Harapan kita audisi ini bisa menemukan pemain-pemain berbakat dan secepatnya mereka bergabung dengan kita dan berprestasi.”
Daftar Peraih Super Tiket (Lolos ke Fase Karantina)
Super Tiket Jalur Turnamen:
U-11 Putri
Jordana Alexa Mongkareng – Minahasa Selatan
Dona Fitriany Suprastio – Kota Batu
U-13 Putri
Alysa Mukti Salsabiela – Sleman
Anggita Chrisant Desvanya – Sleman
U-11 Putra
Azzam Khailani Al Hakim – Demak
Bariza Ghiffari Al-fattah – Klaten
Benedictus Keefa Frandrico – Tangerang
Revie Israel Lumoindong – Manado
U-13 Putra
Wildan Ahmad – Bangkalan
Mohammad Riky Prayoga – Blora
Mohammad Arshavin Fachri Al Habsy – Tulungagung
Faqih Khairy Rahman – Kebumen
Muhammad Bintang Samudra Sakti – Jombang
Dan Agha Azka Abhista – Magelang
Oka Faiq Januar – Tebo
I Nyoman Devan Kertikea Ryoga Sancaya – Denpasar
Super Tiket Pilihan Tim Pencari Bakat
U-11 Putra
Kenneth Kenzho Nugroho – Karanganyar
Gavriel Aldrich Alharon Labatar – Asmat
Daniel Pradipta Zaen – Banyuwangi
Gilbert Rafael Ozora – Samarinda
Arka Brahma Madyanto – Tangerang Selatan
Gufran Labib Fanani – Sragen
U-11 Putri
Alisha Artha Amara – Sukoharjo
Nafla Berly Syakira Al Habsy – Tulungagung
Khanza Janeeta Nugraha – Bontang
Laura Leydisya – Pati
Florence Alicia Sutanto – Madiun
Nalini Sugiati Rahardjo – Jakarta
Zora Rizqi Prasetyo – Bantul
Callista Zalfa Wibisono – Surabaya
Liyana Zahirah – Pekalongan
Leona Afifa – Sukoharjo
Leonie Nindy Nareswari – Surakarta
Mikha Ribka Kasalang – Tulungagung
Amira Daania Salsabila – Bogor
Keiko Na’Chelle Sahe – Jakarta
U-13 Putra
Deva Devandra Santosa – Malang
Adhy Hsamoro – Temanggung
Zhalem Julian Yullyana – Bandung
Rizky Caesar Ramadhan – Sidoarjo
Rama Madsuba Praduwartha – Madiun
Rafka Tratama Sanjaya – Pekanbaru
Agasya Rushayna Vulcano – Klaten
Muhammad Waldan Habibi – Binjai
U – 13 Putri
Catherine Caroline Sumual – Minahasa Utara
Dhiva Violya Marante – Manado
Yemima Febriyanti Wijaya – Makassar
Suciati Aqueena Ayu – Surakarta
Gabrielle Bernice Nugroho Supriyadi – Semarang
Aira Azzalea Mulya – Lombok Tengah
Antlia Vannisa – Depok
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sederhana Bukan Berarti Miskin
Pejabat yang kerap menampilkan gaya hidup //hedon// disebabkan kurangnya pemahaman agama
SELENGKAPNYASifat Orang Kafir
Orang kafir tak meyakini kiamat dan menganggap setelah kematian tak ada lagi kehidupan.
SELENGKAPNYA