
Teraju
Anies Sudah Tempatkan Satu Kaki di Pilpres
Anies dan Nasdem masih harus bekerja sama dengan partai lain agar pencalonannya mulus.
OLEH NURUL S HAMAMI
Anies Baswedan telah resmi diusung sebagai bakal calon presiden oleh Partai Nasdem untuk Pemilu 2024. Ini diumumkan langsung oleh Surya Paloh di hadapan para elite partainya di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (3/10) pagi menjelang siang.
Melalui perjalanan dan pemikiran yang cukup lama, kata ketua umum Partai Nasdem itu, pihaknya akhirnya memutuskan mengusung Anies sebagai bakal capres. "Inilah mengapa akhirnya Nasdem melihat seorang sosok Anies Rasyid Baswedan. Kami mempunyai keyakinan, pikiran-pikiran dalam perspektif baik secara makro maupun mikro sejalan," jelasnya.
Surya menambahkan, Anies merupakan salah satu calon yang terbaik dari yang baik-baik. “Mengapa Anies Baswedan? Jawabannya adalah why not the best," kata dia.
Usai rakernas pada Juni lalu, Partai Nasdem memang telah menyebut Anies sebagai salah satu dari tiga yang akan dipertimbangkan sebagai bakal capres. Dua lainnya yakni Gubernur Jawa tengah yang juga kader PDI Perjuangan Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa. Sekarang otomatis peluang Ganjar dan Andika sebagai bakal capres dari Nasdem sudah tertutup.
Anies yang mendapat kesempatan berbicara setelah Surya dengan semringah langsung menerima “pinangan” Nasdem. “Bismillah, siap jalan bersama,” ucap dia.

“Dengan memohon ridho Allah, dengan memohon petunjuk dari-Nya, dan seluruh kerendahan hati, bismillahirrahmanirrahim, kami terima dan bersiap menjawab tantangan itu," tambah Gubernur DKI itu.
Anies patut gembira dengan pinangan Nasdem. Seperti diketahui, dia tidak tergabung dalam partai politik manapun. Namun, elektabilitasnya di semua survei independen dalam setahun terakhir selalu berada di jajaran “tiga besar” bersama Ganjar dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Oleh karenanya Anies memerlukan “kendaraan” politik agar bisa mencapai pencapresan.
Tahu diri perlu kendaraan politik, Anies pun beberapa waktu lalu membuka diri dengan menyatakan siap dicalonkan oleh parpol manapun sebagai bakal capres. “Saya siap mencalonkan diri sebagai presiden jika sebuah partai mencalonkan saya,” kata dia dalam artikel Kantor Berita Reuters berjudul 'Popular governor of Indonesian capital 'prepared' to run for president' yang dikutip banyak media nasional pertengahan bulan lalu.
Dengan modal elektabilitas dari hasil-hasil survei, Anies tampak percaya diri dan yakin ada parpol yang akan mengusungnya sebagal bakal capres. "Survei yang tidak diminta ini terjadi bahkan sebelum saya berkampanye. Saya pikir mereka memberi saya lebih banyak kredibilitas," ucap Anies.
Gayung bersambut dari Nasdem. Saat ini dapat dikatakan Anies telah menempatkan satu kakinya di bursa capres. Satu kaki lagi masih harus mencari dukungan dari partai yang lain. Sebab, Nasdem hanya memiliki 59 dari 575 kursi di DPR (10,26 persen) dari hasil perolehan suara sah sebanyak 12.661.792 (9,05 persen) pada pemilu lalu. Ini tidak memenuhi syarat untuk mengusung calonnya sendiri tanpa gabungan dengan parpol lain.
Sebagaimana bunyi Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, "Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.”
Anies dan Nasdem masih harus bekerja sama dengan partai lain agar pencalonannya sebagai capres mulus hingga saat pendaftaran pada Oktober-November tahun depan. Sejauh ini komunikasi Nasdem dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera tampak telah terbangun. Akar rumput kedua partai pun sudah nyaring menyuarakan Anies sebagai bakal capres.
Nasdem masih memerlukan 9,74 persen perolehan kursi di DPR dari partai lain untuk bisa mengusung Anies sebagai kandidat calon presiden. Perolehan kursi Demokrat (54 kursi/9,39 persen) dan PKS (50 kursi/8,69 persen) sudah lebih dari cukup sebagai syarat mengusulkan pasangan capres/cawapres. Namun, belum mencukupi bila hanya tambahan dari salah satu partai itu saja.
"Baik dari PKS, teman kita Partai Demokrat, jujur saja dari apa perspektif yang saya pahami, apa yang saya pahami sebagai praktisi politisi, Insya Allah semuanya menyatukan pikiran, semangat, tekad, bersama dengan Nasdem, Insya Allah," kata Surya menjawab pertanyaan wartawan soal kemungkinan koalisi dengan PKS dan Demokrat.

PKS sendiri selama ini baru menyebut Anies masuk dalam “radar” bakal capres mereka. Kata salah seorang petinggi partai ini mereka baru akan mengumumkan bakal capresnya paling cepat akhir November nanti. Tapi, terlihat PKS memiliki kecenderungan dan menaruh harapan kepada Anies seperti yang mereka lakukan saat Pilkada DKI 2017 lalu. Dengan sudah dideklarasikannya pencapresan Anies oleh Nasdem, bisa jadi PKS juga akan mempecepat pengumuman nama Anies capresnya.
Di luar PKS dan Demokrat, sebenarnya suara-suara konstituen dan elite di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga kelihatan ingin mendukung Anies maju dalam pencapresan. Begitu pula suara-suara di Partai Amanat Nasional (PAN) setelah rakernas pada Agustus lalu. Nama Anies dan Ganjar disebut oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai bacapres dari partainya.
Namun, saat ini diketahui PAN dan PPP sudah menjalin koalisi bersama Partai Golkar dengan nama Koalisi Indonesia Bersatu. Apakah koalisi ini akan tetap solid atau akan bergabung dengan Nasdem dalam satu koalisi baru? Tentu saja masih mungkin terjadi dan saat ini situasinya masih sangat cair. Tapi, PPP yang pada pemilu lalu hanya mendapat 19 kursi di DPR RI atau 6.323.147 perolehan suara yang sah tentu membutuhkan “efek ekor jas” dengan mendukung pencapresan Anies untuk mendongkrak perolehan kursi dan suara mereka di 2024.
Kalau akhirnya PPP dan PAN bergabung bersama Nasdem mengusung Anies sebagai bakal capres, maka KIB dipastikan bakal bubar jalan. Bila dihadapkan dengan situasi seperti itu, boleh jadi Golkar akan merapat ke koalisi yag sudah dibentuk oleh Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mengusung Prabowo sebagai bakal capres. Ini sambil menyorongkan nama Airlangga Hartarto, sang ketua umum, sebagai bakal cawapres. Namun, pastinya Airlangga akan bersaing dengan Ketua Umum PKB Muhaimain Iskandar atau Puan Maharani sebagai calon RI-2 mendampingi Prabowo.
AHY cawapres?
Di Demokrat suara-suara arus bawah menginginkan Anies dan ketua umum mereka Agus Harimurti Yudhoyono menjadi pasangan dalam pilpres. Dengan Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres, maka peluang tertinggi Agus adalah sebagai cawapres. Apalagi, dalam survei-survei elektabiltas, nama Agus masih jauh di bawah Anies. Itu pun kalau ingin mendapatkan posisi bakal cawapres, Demokrat harus bisa meyakinkan Nasdem dan PKS.
Demokrat dikabarkan intens melakukan komunikasi dengan PKS terkait pencapresan. Melihat ke belakang, sebenarnya kedua partai memiliki chemistry yang sama. Mereka pernah bersama-sama dalam dua periode kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono yang tak lain adalah patron Demokrat.
Kesepakatan kedua parpol mungkin tinggal menunggu waktu saja. Terlebih, PKS tak memiliki calon kuat dari kadernya sendiri untuk maju sebagai capres atau cawapres. Kehadiran pimpinan PKS di kantor Nasdem dan menemui Surya Paloh beberapa bulan lalu bisa dibaca sebagai upaya untuk menyamakan frekuensi mendukung pencalonan Anies sebagai bakal capres.
Kesepakatan dengan PKS tentu belum cukup bagi Demokrat. Agus harus bisa mendekati Surya untuk mendapat dukungan dari Nasdem. Keduanya sudah pernah bertemu setelah Nasdem mengumumkan Anies, Ganjar, dan Andika sebagai bakal capres mereka.
Tentu Agus harus menurunkan posisi tawarnya tidak sebagai bakal capres melainkan sebagai bakal cawapres, setelah Nasdem mengumumkan Anies sebagai bakal capres mereka. Elektabilitas Agus pun masih di “papan bawah” dari hasil berbagai survei sehingga kecil kemungkinan meminta posisi sebagai bakal capres.

SBY di hadapan kader Demokrat di rapimnas, menegaskan akan “turun gunung” menghadapi Pemilu 2024. Tentu saja selain untuk mengangkat kembali pamor Demokrat, dia juga tidak akan tinggal diam untuk merealisasikan Agus maju dalam pilpres.
Sebagai tokoh negeri ini, SBY juga memiliki hubungan dekat dengan elite-elite PKS dan Surya. Sebuah keniscayaan untuk mewujudkan koalisi Nasdem-Demokrat-PKS dengan capres Anies dan cawapres Agus.
Ganjar masih teratas
Dengan kepastian Anies sebagai bakal capres yang sudah dideklarasikan oleh Nasdem, PDI Perjuangan tampaknya harus lebih cermat lagi mempertimbangkan Ganjar sebagai bakal capres mereka, selain Puan Maharani. Melihat survei elektabilitas, saat ini Ganjar masih lebih unggul dari Anies. Ini menjadi modal awal untuk memenangkan pilpres mendatang melawan Anies, bahkan terhadap Prabowo.
Kesimpulan temuan survei nasional tatap muka yang dilakukan oleh Indikator Politik pada 13-20 September lalu dan dirilis 2 Oktober, menemukan preferensi warga terkait dengan calon-calon pemimpin selanjutnya pada Pemilu 2024 mendatang, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan tampak konsisten sebagai tiga besar pilihan warga nasional.
Ganjar seorang diri berada pada grade teratas. Grade selanjutnya ada Prabowo dan Anies. Selanjutnya Ridwan Kamil seorang diri, dan terakhir ada Agus, Sandiaga Uno, Puan, Khofifah, Erick Thohir dan sejumlah nama lain. Dalam simulasi 19 daftar nama calon presiden semi terbuka, Ganjar dipilih oleh sekitar 29 persen, Prabowo sekitar 19,6 persen, dan Anies sekitar 17,4 persen. Kemudian Ridwan Kamil 8,7 persen, nama-nama lain kurang dari 5 persen, dan sekitar 8,1 persen belum menunjukkan pilihan.
Dibanding temuan sebelumnya, Ganjar, Agus, Sandi dan Puan menunjukkan dinamika yang positif, dukungannya ada kecenderungan menguat. Sementara nama lain tampak stagnan dengan kecenderungan sedikit melemah. Preferensi ini akan terus berdinamika tergantung perkembangan selanjutnya dari masing-masing tokoh.
Dengan fakta angka hasil survei tersebut dan survei-survei sebelumnya, Ganjar memiliki peluang besar merebut suara terbanyak dalam pilpres mendatang. Mengutip pernyataan Surya Paloh saat mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres dari Nasdem, “Kepentingan bangsa yang lebih besar harus di atas kepentingan pribadi atau golongan dalam menentukan pempimpin bangsa.”
Simthud ad-Duror, Kitab Maulid Nabi Bertabur Keindahan
Tulisan dalam kitab ini dirangkai dengan bahasa-bahasa pilihan dalam bentuk qasidah
SELENGKAPNYASiapakah Shahib Simthud ad-Duror?
Kitab Simthu ad-Duror ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi
SELENGKAPNYA