epa08197185 Members of the French labor union General Confederation of Labor (CGT) hold a flag of Che Guevara as they participate in a demonstration against pension reforms in Marseille, France, 06 February 2020. Unions representing railway and transport | EPA

Tokoh

Saat Che Guevara Dieksekusi

Catatan Che berisi ideologi yang diperjuangkannya

 

Tiga puluh tahun setelah tewas dieksekusi di Bolivia -- karena upayanya menyalakan revolusi sosialis di sana -- Ernesto "Che" Guevara Serna akhirnya kembali ke Kuba, kampung halamannya. Jumat (17/10/1997). Sisa jenazah Che dimakamkan kembali di sebuah mausoleum di Santa Clara yang khusus dibangun baginya.

Tak kurang dari pemimpin tertinggi Kuba, Presiden Fidel Castro, dan saudaranya Raul Castro, menyambut dan memberikan penghormatan kepada Che, yang juga kawan seperjuangannya dulu. Bukan hanya itu, Che, yang semangat radikalismenya konon menginspirasikan lahirnya kelompok kiri baru (New Leftist) di daratan Eropa, juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional Kuba.

"Che yang kini menjadi simbol perlawanan rakyat miskin di seluruh dunia telah terlibat dalam dan memenangkan begitu banyak pertempuran," kata Castro dalam eleginya selama 20 menit.

"Baginya, tidak ada yang tidak mungkin," kata Castro kepada kerumunan massa yang mengibar-ngibarkan bendera kebangsaan Kuba dan poster Che Guevara berukuran besar. "Bagaimana mungkin kaum imperialis itu mengira bahwa dengan membunuh Che berarti mereka telah menghentikan kelahiran para pejuang?" lanjut Castro.

Perjuangan Che, tambah Castro, akan semakin signifikan dalam zaman yang dibayangi imperialisme, kemiskinan, kemunafikan, dan sifat pengecut yang kian merajalela.

Tapi siapakah Che, yang lebih dari dua dekade ini potretnya -- berbaret hitam dan berambut gondrong -- menghiasi dinding-dinding kamar anak muda di hampir seluruh dunia? Apa yang sudah dilakukannya, sehingga begitu banyak orang yang memujanya?

 

Dokter radikal

Lahir sebagai sulung dari lima bersaudara pasangan Ernesto Guevara Lynch dan Celia de la Serna pada 14 Juni 1928, Che bukanlah orang asli Kuba. Keluarganya berasal dari Argentina. Baru pada 1956, bersama rekan seperjuangannya Fidel Castro, Che pindah ke Kuba.

Sebelum terjun ke praksis politik, Che adalah seorang dokter lulusan Universitas Buenos Aires. Kecerdasannya membantunya menyelesaikan pendidikan dokternya hanya dalam waktu tiga tahun.

Sebenarnya Che, yang dikenal sebagai pemain rugby dan sepak bola andal semasa mahasiswa, bercita-cita masuk militer. Sayangnya, penyakit asma yang dideritanya sejak kecil menghalangi keinginannya.

Tapi Che, yang dididik dalam suasana liberal dan radikal di keluarganya, tak begitu saja mengandaskan cita-cita tersebut. Setelah membangun karier sebagai politikus Argentina (ia adalah lawan politik Juan Peron), Che memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan.

Bersama Fidel Castro yang dikenalnya pertama kali di Meksiko, Che hijrah ke Kuba pada 1958. Tepat pada 1 Januari 1959, pada usia 31, bersama kawannya itu, Che berhasil menggulingkan rezim pimpinan Fulgencio Batista dan mengupayakan sejumlah pembaruan di negara itu, antara lain, reformasi agraria.

Kemenangan yang dia raih mengantarkannya sebagai pemimpin angkatan bersenjata Kuba, dan dengan begitu ia mewujudkan impiannya sejak lama. Tak cukup itu, Che juga diangkat sebagai presiden Bank Nasional Kuba dan Menteri Perindustrian. Dan pada 1961 ia diangkat sebagai duta besar Kuba.

Melakukan berbagai perjalanan ke banyak tempat di dunia adalah kegemaran utama Che. Pada 1959, misalnya, bersama istri yang memberinya empat anak, Aledia March de la Torres, ia mengunjungi sejumlah negara. Antara lain Mesir, India, Jepang, Pakistan, Yugoslavia, dan Indonesia.

 
Pada 1959, Che mengunjungi sejumlah negara. Antara lain Mesir, India, Jepang, Pakistan, Yugoslavia, dan Indonesia.
 
 

Komitmennya pada ideologi kiri, membuatnya tak betah "hanya" berperan sebagai politikus di balik meja. Maka jadilah pada 1965 ia meninggalkan semua kedudukannya di birokrasi dan bergabung dengan berbagai perjuangan rakyat. Salah satunya yang terkenal adalah ketika ia berangkat ke Afrika untuk bergabung dengan tentara rakyat Kongo.

Pada 1966, Che pindah ke Bolivia dan membantu rakyat Bolivia yang anti pemerintah. Pada 8 Oktober 1967, dalam sebuah misi pemberontakan yang abortif, ia ditangkap pasukan militer Bolivia dan dieksekusi keesokan harinya. Ketika itu usianya baru mencapai 39 tahun.

Jenazahnya dikuburkan di sebuah tempat yang dirahasiakan selama puluhan tahun di kota Vallegrande. Bersamanya dikuburkan pula enam rekan seperjuangannya. Empat di antara rekan Che itu berasal dari Kuba, sementara dua orang lainnya masing-masing adalah warga Bolivia dan Peru.

Awal tahun ini makam rahasia itu ditemukan. Setelah dipastikan oleh sekelompok ahli forensik bahwa tulang-belulang itu adalah milik Che, pada 12 Juli lalu pemerintah Kuba memindahkan sisa jenazah tersebut ke Havana.

Selanjutnya Che dimakamkan kembali di sebuah mausoleum Lapangan Revolusi Ernesto "Che" Guevara, Santa Clara. Di tempat itu -- yang dinaungi patung Che memegang senjata, terbuat dari perunggu setinggi tujuh meter -- diletakkan juga barang-barang pribadi peninggalan Che.

photo
Kotak cerutu terlihat di bawah poster pemimpin revolusi Che Guevara di departemen kontrol kualitas pabrik Cohiba di Havana 1 Maret 2012. REUTERS/Desmond Boylan (CUBA - Tags: BUSINESS EMPLOYMENT COMMODITIES) - (REUTERS)

Legenda hidup

Che Guevara, yang dihormati pula oleh kalangan oposisi Kuba saat ini, menjadi legenda bukan karena karier militer dan birokrasi yang dijalaninya. Ia terutama dikenal karena catatan harian, pidato, dan surat-suratnya, yang di belakang hari tersebar luas.

Namun, catatan yang dibuatnya sangat jarang, untuk tidak mengatakan sama sekali tidak, menyentuh soal-soal strategi militer. Catatan tersebut berisi renungan-renungannya mengenai ideologi yang diperjuangkannya. Juga mengenai posisi sentral rakyat dalam sebuah negara, dan pentingnya membentuk sebuah tatanan dunia baru yang memungkinkan rakyat merasakan makna hakiki kemerdekaan.

Di antara rangkaian catatan itu, yang paling inspiratif adalah catatan perjalanannya mengendarai motor keliling Amerika Latin: Argentina, Uruguay, Chile, Peru, Colombia dan Venezuela.

Sebagai dokter yang mendalami masalah alergi, Che berkarib dengan Alberto Granado, seorang dokter berpandangan radikal. Keduanya mengabdikan sepenggal usia mereka kepada penderita lepra miskin.

 
Dengan Granado inilah Che berkelana di Amerika Latin dan, antara lain, menyaksikan bagaimana rakyat dieksploitasi habis-habisan oleh industri-industri asing.
 
 

Dengan Granado inilah Che berkelana di Amerika Latin dan, antara lain, menyaksikan bagaimana rakyat dieksploitasi habis-habisan oleh industri-industri asing di negara-negara itu. Sejak itulah kebencian kepada imperialisme kapitalis berurat akar dalam dirinya.

Namun "bakatnya" sebagai pemikir membuat catatan dan buku-buku Che tidak bernada meledak-ledak. Hampir tak terbayang semangat revolusioner dalam kata-kata yang dirangkainya. Che berhasil mentransendensikan apa yang dilihat dan dialaminya. Akibatnya, catatan Che lebih berisi renungan-renungan seorang muda yang tengah mencari tempatnya di tengah dunia.

Che tak cuma menulis tentang perjuangan rakyat. Sebagai pemuda romantis, ia juga digerakkan oleh bulan purnama yang merekah di atas laut, semangkuk sup hangat yang dinikmatinya ketika sedang menderita demam tinggi, dan kerinduannya pada sang ibu, figur yang amat dicintainya.

Namun proses perenungannya yang dalam dan nalarnya yang tajam, membuat catatan-catatan itu tak usang dimakan waktu. Tak sedikit anak muda dari berbagai negara yang ingin menemukan jati dirinya, baik yang mengenal secara langsung atau tidak, seolah mendapatkan cermin ketika membaca catatan-catatan yang dibuat Che. Itulah yang membuat Che terus "hidup" sampai saat ini.

Hasta la victoria siempre (maju terus meraih menang). Kata-kata terkenal dari Che itu dikutip Castro dalam penutup eleginya. (Castro sendiri biasanya menutup pidatonya dengan slogan resmi, "bangsaku atau mati, sosialisme atau mati").

Hari Jumat lalu, begitu belulang Che diletakkan di tempat peristirahatannya yang terakhir, peluit ditiup di pabrik-pabrik di Kuba. Begitu juga alarm dan klakson dari mobil-mobil yang lalu lalang di jalan-jalan Kota Havana.

Ribuan orang menyaksikan pemindahan sisa jenazah Che, yang diarak dari Havana ke Santa Clara sepanjang 300 kilometer. Jalan yang ditempuh arak-arakan itu adalah jalan yang sama ketika Che memasuki Kuba untuk menggulingkan Batista. Kuba memperingati seorang warganya yang hidupnya digerakkan oleh kekuatan ide.

Disadur dari Harian Republika, Ahad 19 Oktober 1997

Penuhi Kebutuhan Pariwisata Berkelanjutan

Indonesia perlu bertransisi ke pariwisata berkelanjutan karena memiliki banyak destinasi wisata alam.

SELENGKAPNYA

Habib Abdurrahman: Maulid Tambah Cinta kepada Rasulullah

Simthud ad-Duror lebih panjang daripada Diba' dan Barzanji

SELENGKAPNYA

Siapakah Shahib Simthud ad-Duror?

Kitab Simthu ad-Duror ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi

SELENGKAPNYA