
Kuliner
Warisan Kuliner Untuk Lintas Generasi
Ragam kuliner Nusantara mewakili cerita dan sejarah bangsa dalam berbagai proses silang budaya dan adat istiadat.
OLEH SANTI SOPIA
Indonesia merupakan negara dengan jumlah ragam kuliner terkaya di dunia. Nikmatnya masakan Nusantara dengan aneka rempah menjadi daya tarik tersendiri sekaligus menjadi objek nostalgia bagi mereka yang kesulitan untuk mendapatkan kuliner Indonesia. Sebagai contohnya adalah mereka yang tinggal lama di luar negeri yang tentunya rindu dengan kuliner Tanah Air.
Perayaan kekayaan kuliner Tanah Air kembali hadir di Jakarta Fashion Food Festival (JF3) awal bulan lalu. Gelaran tersebut menjadi momentum bagi berbagai pihak terkait untuk mengangkat warisan kuliner bagi lintas generasi. Program ini merupakan hasil kerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) merupakan nama untuk gelaran kuliner JF3. dengan tema Cerita Rasa Nusantara, ragam citarasa hadir memanjakan lidah para pecinta warisan kuliner dari berbagai daerah.
Menurut Chairman JF3 Soegianto Nagaria, kuliner legendaris tentu perlu dijaga keberlangsungannya agar tetap bisa dinikmati dari generasi ke generasi. “Dengan semakin terkendalinya pandemi, dengan sangat bersyukur kami kembali menghadirkan rangkaian acara JF3 secara offline,” kata Chairman JF3 Soegianto Nagaria, bulan lalu.

Tahun ini KTD hadir mendekatkan jarak antara pengunjung dengan aneka makanan legendaris Indonesia yang hanya ada di kota-kota tertentu. Ragam kuliner yang hadir di JF3 ini juga mewakili cerita dan sejarah bangsa karena persilangan budaya, juga adat istiadat setempat.
Soegianto juga mengatakan, JF3 kali ini menyelaraskan dengan gerakan keberlanjutan. Jadi, ajang ini mengajak masyarakat lintas generasi untuk mengenal, menikmati, mencintai, dan mendukung keberlangsungan warisan kuliner Nusantara.
Kekayaan kuliner Nusantara tercermin dari peserta festival kuliner, yaitu lebih dari 500 menu makanan dari 70 tenan terpilih dalam KTD. Menu-menunya berasal dari pusat kuliner Nusantara, seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya.
Ada sembilan pilihan menu yang hadir dalam JF3 ini, yaitu Kepala Manyung Bu Fat, Nasi Ayam Semarang Bu Lani, Nasi Krawu Bu Tiban, Empal Gentong, juga Serabi Notosuman Ny Handayani. Lalu ada pula Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Pempek Megaria, Ragusa, dan Es Duren Sakinah Bandung.

“Kuliner Legendaris ini dipilih berdasarkan riset dan kurasi yang dilakukan oleh tim KTD, dengan beberapa kriteria diantaranya adalah usahanya telah berjalan lebih dari tiga dekade dan digemari pecinta kuliner,” lanjut Soegianto.
KTD juga menggelar beragam kompetisi dan para pengunjung pun disuguhi dekorasi tradisional untuk mereka mengabadikan momen kebersamaan dengan rekan dan keluarga. Tidak ketinggalan hiburan pun dihadirkan dari berbagai kelompok musik. Seluruh kegiatan tetap menerapkan protokol kesehatan dan aplikasi Peduli Lindungi bagi para pengunjung.
***
Sensasi Lain Menikmati Rasa Nusantara
OLEH GUMANTI AWALIYAH
Mi instan seolah tak bisa dipisahkan dari budaya makan masyarakat Indonesia. Sejak anak-anak kita sudah terbiasa diberi bekal mi goreng, dan hingga dewasa pun konsumsi mi instan menjadi sesuatu yang ‘ngangenin’.
Tingginya konsumsi mi instan tercatat dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020. Menurut survei ini, sebanyak 92 persen atau sekitar 248,7 juta penduduk Indonesia pernah mengonsumsi mi instan sepanjang hidupnya. Mi instan juga tidak mengenal kelas ekonomi sosial, karena persentase rumah tangga menengah dengan pengeluaran Rp 5-10 juta per bulan, menjadi kelompok terbesar yang konsumsi mi instan.
Namun, pandemi Covid-19 membuat kesadaran masyarakat untuk gaya hidup dan pola makan sehat menjadi lebih tinggi. Merujuk survei Herbalife Nutrition bertajuk 2020 Diet Decisions Survey, kesadaran masyarakat untuk kesehatan sebagai prioritas utama kian meningkat selama pandemi.
Survei ini melibatkan 8.000 konsumen di delapan negara Asia Pasifik, yaitu Australia, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan dan Vietnam. Hasilnya 58 persen responden Asia Pasifik menerapkan pola makan yang lebih baik dan lebih rajin berolahraga selama pandemi. Sebanyak 79 persen responden Indonesia mengatakan setuju untuk memanfaatkan pandemi sebagai momentum mengubah gaya hidup dan pola makan lebih sehat.

Merespons hal ini, merek mi instan Indonesia, Lemonilo menawarkan solusi mi instan beberapa bulan lalu dengan citarasa yang nikmat. Lemonilo menghadirkan citarasa Nusantara, yaitu rendang padang lewat sajikan SpektaRasa Rendang Padang. Sama dengan produk Lemonilo lainnya, yaitu tanpa pengawet, penguat rasa, dan pewarna buatan, VP Marketing & Innovation Lemonilo Andita Rasyid menyebutkan bahwa produk ini tetap mengutamakan rasa.
Tak hanya itu, sebut dia, Lemonilo juga menggunakan bahan-bahan alami serta ekstrak daging dan sayuran asli. “Hadirnya Mi Lemonilo SpektaRasa Rendang Padang ini merupakan bentuk nyata kami untuk terus berinovasi menghadirkan produk-produk berkualitas yang dapat memenuhi keinginan masyarakat,” jelas Andita.
Mi Lemonilo SpektaRasa Rendang Padang hadir dengan slogan “Nikmatnyooo”, diharapkan bisa menghadirkan rasa otentik yang identik. “Perpaduan cita rasa rendang yang khas serta mi alami dari Lemonilo yang terbuat dari saripati bayam, varian Mi Lemonilo Rendang Padang ini menghadirkan sensasi baru yang bisa dinikmati kapan pun dan di manapun,” kata dia.
Saat peluncurannya empat bulan lalu, Lemonilo menggandeng Restoran Sederhana untuk memberikan sensasi menyantap rendang unik dalam menu kolaborasi spesial “Padang Legends”. Public Relation and Communications Manager Lemonilo Satrio Sih Pinandhito mengatakan bahwa kolaborasi ini memungkinkan konsumen mencoba rendang dalam bentuk baru, seperti rendang ala Resto Sederhana, Mi Lemonilo Rendang Padang, nasi, dan lalapan khas.
Konsumen juga bisa memadukan Mi Lemonilo Rendang Padang dengan berbagai sajian di Restoran Sederhana. Entah itu dengan telur balado, ayam pop, gulai atau bahkan nasi. “Pada intinya kolaborasi ini ingin menawarkan pengalaman baru bagi konsumen yang ingin mencicipi rendang dalam bentuk berbeda,” jelas Satrio, saat itu.
Berbicara soal tekstur Mi Lemonilo memang tidak sekenyal mie instan pada umumnya. Ini karena kandungannya yang bebas gluten. Jadi jika Anda ingin mencoba memasak sendiri di rumah, pastikan Anda memasaknya agak lama sampai kematangan mi sesuai dengan selera Anda.
Habib Abdurrahman: Maulid Tambah Cinta kepada Rasulullah
Simthud ad-Duror lebih panjang daripada Diba' dan Barzanji
SELENGKAPNYASimthud ad-Duror, Kitab Maulid Nabi Bertabur Keindahan
Tulisan dalam kitab ini dirangkai dengan bahasa-bahasa pilihan dalam bentuk qasidah
SELENGKAPNYASiapakah Shahib Simthud ad-Duror?
Kitab Simthu ad-Duror ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi
SELENGKAPNYA