Tajuk
Memperbaiki Pesantren Kita
Kejadian tewasnya santri di pesantren harus membuka mata kita bahwa ada yang perlu diperbaiki di pesantren-pesantren kita.
Kejadian memilukan di pesantren kembali terulang. Sebelumnya seorang santri di sebuah pesantren di Tangerang meninggal karena dikeroyok teman-temanya. Kini kasus yang hampir serupa menimpa santri sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur.
Sungguh tragis, santri yang dikirim ke pesantren untuk belajar agama, ilmu pengetahuan, dan memperbaiki akhlak justeru meregang nyawa di tangan teman-temannya. Ada apa denga pesantren kita?
Pesantren selama ini terbukti menjadi lembaga pendidikan andal sebagai alternatif selain pendidikan formal di sekolah. Banyak tokoh-tokoh pemimpin bangsa ini adalah produk pesantren. Masyarakat pun memandang pesantren bukan lagi lembaga pendidikan nomor dua.
Dua kejadian terakhir tentu membuat kita sangat prihatin. Bagaimana mungkin bisa terjadi santri tewas di tangan teman-temannya sendiri. Bukankah keseharian mereka diajarkan tentang bagaimana berakhlak terpuji dan berbuat baik dengan sesamanya ? Kenapa mereka sepertinya menjadi beringas ?
Sungguh tragis, santri yang dikirim ke pesantren untuk belajar agama, ilmu pengetahuan, dan memperbaiki akhlak justeru meregang nyawa di tangan teman-temannya. Ada apa denga pesantren kita?
Bukan rahasia lagi, kita sering mendengar bahwa ada praktik pembulian oleh senior-senior di pesantren. Tapi itu biasanya hanya dalam bentuk verbal, bukan kekerasan fisik. Sebagai santri tentu mereka tahu batas-batas apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
Kejadian tewasnya santri di pesantren harus membuka mata kita bahwa ada yang perlu diperbaiki di pesantren-pesantren kita. Budaya senior-junior tidak boleh lagi dikembangkan, apalagi yang mengarah kekerasan fisik.
Pembulian memang menjadi salah satu persoalan di lembaga pendidikan di manapun, termasuk pesantren. Ke depan harus dilakukan langkah-langkah pencegahan agar hal itu tidak terjadi, apalagi yang disertai dengan kekerasan fisik.
Pihak pesantren harus melakukan pengawasan ketat terhadap para santri agar praktik pembulian dan kekerasan fiik seperti kejadian di Tangerang dan Jawa Timur tidak lagi terulang. Tidak ada tolerandi kekerasan mental dan fisik di lingkungan pesantren.
Kejadian tewasnya santri di pesantren harus membuka mata kita bahwa ada yang perlu diperbaiki di pesantren-pesantren kita.
Kementerian Agama kini sedang memproses penyusunan regulasi pencegahan tindak kekerasan pada pendidikan agama dan keagamaan. Rancangan Peraturan Menteri Agama tentang Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Kekerasan akan segera disahkan.
Kita menyambut baik apa yang dikerjakan Kemenag. Kita berharap aturan yang dibuat Kemenag itu nantinya menjadi pedoman lembaga pendidikan agama dan keagamaan termasuk pesantren untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan. Kita juga berharap di kalangan pesantren muncul kesadaran untuk selalu memperbaiki diri agar kekerasan tidak terjadi.
Kita sangat percaya pesantren adalah lembaga pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai iman, takwa, dan akhlak mulia, selain member bekal santri untuk hidup di masyaralat. Wafatnya dua santri ini harus menjadi pelajaran yang berharga untuk memperbaiki diri. Jangan sampai jatuh korban-korban yang lain.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Muktamar ke-48 Muhammadiyah Ukir Sejarah Baru
Ada tiga hal baru yang bakal membuat muktamar tahun ini semakin semarak
SELENGKAPNYABerstrategi agar Lokapasar Tetap Tumbuh
Lokapasar kini telah melampaui media sosial dan mesin pencarian dalam menjadi saluran penemuan barang-barang pilihan.
SELENGKAPNYAPerkuat Peran Ulama Perempuan
Wawasan keagamaan ulama perempuan saat ini jauh lebih baik ketimbang zaman dulu
SELENGKAPNYA