Warga penerima manfaat membawa beras saat penyaluran bantuan sosial (Bansos) cadangan beras pemerintah di Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/3/2024). | ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

Ekonomi

Bantuan Pangan Redam Laju Inflasi

Bantuan pangan beras tahap pertama telah tersalurkan 98,08 persen.

JAKARTA -- Realisasi bantuan pangan beras tahap pertama per 26 April telah mencapai 647 ribu ton atau 98,08 persen. Bantuan yang digulirkan pemerintah kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) sebanyak 10 kg beras per bulan ini direncanakan disalurkan hingga Juni 2024.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut bantuan pangan yang terus disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah turut berkontribusi dalam meredam laju inflasi pangan pada April 2024. Hal ini karena beras menjadi salah satu penyumbang angka inflasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi pada April 2024 lebih rendah secara bulanan dan secara tahunan yakni berada di 0,25 persen. Sementara inflasi menurut komponen harga bergejolak seperti cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit tercatat mengalami deflasi sebesar 0,31 persen.

"Ini jadi buah hasil kerja keras kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, para asosiasi, dan seluruh stakeholder pangan, sehingga terlihat hasil positifnya dan terbukti mampu meredam laju inflasi di April, terutama sektor pangan. Kita ketahui bersama, pada April lalu bertepatan dengan momen Ramadhan dan Lebaran,” kata Arief, Jumat (3/5/2024).

photo
Petugas per kecamatan menyusun beras bantuan untuk dibagikan kepada penerima manfaat di Dataran Engku Putir, Batam, kepuauan Riau, Senin (11/3/2024). - (ANTARA FOTO/Teguh Prihatna)

Adanya tren deflasi komoditas pangan pokok tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh berbagai program intervensi yang dilakukan pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Arief menjelaskan, selain bantuan pangan beras, operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus digencarkan.

GPM serentak dilaksanakan di berbagai daerah dan tentunya diiringi pula dengan memastikan stok pangan senantiasa tersedia di pasar, misalnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Bulog.  “Kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga yang kita terapkan juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di pasar retail modern. Ini dilakukan semata-mata agar masyarakat luas dapat memperoleh akses pangan yang mudah dan terjangkau,” katanya
.
Per 26 April 2024, Bapanas bersama pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota. Ini masih terus dilanjutkan berupa kolaborasi NFA dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder pangan menghelat GPM di 63 titik di area Jakarta plus 2 Pasar Mitra Tani Hortikultura mulai 29 April sampai 8 Mei mendatang.

Sementara itu, realisasi penderasan beras program SPHP oleh Bulog sampai 25 April telah menyentuh total angka 650 ribu ton dari target 1,2 juta ton pada tahun ini.

Lebih lanjut, bantuan penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Program ini untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting di 2024 yang dicanangkan dapat mencapai 14 persen.

Selain itu, Arief juga memberi atensi pada kesiapan stok Cadangan Pangan Pemerintah, terutama beras. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi beras dalam negeri akan menurun.

"Untuk beras kita harus bersiap. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi dalam negeri kemungkinan akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, kecuali ada luas tanam yang lebih dari 1 hektar per bulannya," katanya.
 
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras nasional di April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di angka 3,19 juta ton. Selanjutnya pada Juni 2024 diperkirakan produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.

photo
Perkembangan laju inflasi. - (BPS)

Terkait inflasi, Bank Indonesia (B) memastikan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi IHK April 2024 tercatat sebesar 0,25 persen secara bulanan sehingga secara tahunan menjadi tiga persen. 

“Inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID),” kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (3/5/2024). 

Dia menjelaskan hal tersebut dilakukan melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Erwin memastikan Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.

Inflasi inti pada April 2024 tercatat sebesar 0,29 persen secara bulanan yang tinggi dari inflasi pada bulan sebelum ya sebesar 0,23 persen. Hal tersebut siiring dengan kenaikan permintaan musiman pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2024 serta didorong oleh peningkatan harga komoditas global, khususnya komoditas emas. 

Realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan, minyak goreng, dan gula pasir. Secara tahunan, inflasi inti April 2024 tercatat sebesar 1,82 persen yang meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,77 persen.

photo
Pedagang menunjukan bawang merah di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (19/4/2024). - (Republika/Putra M. Akbar)

Sementara itu, kelompok volatile food mencatatkan deflasi. Kelompok volatile food pada April 2024 mengalami deflasi sebesar 0,31 persen secara bulanan yang lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,16 persen. 

Deflasi kelompok volatile food tersebut disumbang terutama oleh komoditas cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit. Penurunan harga komoditas pangan terutama dipengaruhi oleh berlangsungnya musim panen, khususnya komoditas aneka cabai dan beras. 

“Ke depan, inflasi volatile food diperkirakan kembali menurun seiring dengan berlanjutnya musim panen, serta didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah, sehingga mendukung upaya stabilisasi harga pangan,” ungkap Erwin. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat