Pengunjung memadati area wisata Kota Tua, Jakarta, Ahad (28/8/2022). Setelah sempat ditutup dan pembatasan jumlah pengunjung di kawasan tersebut. Kini kawasan Kota Tua bisa kembali dinikmati warga dengan susana baru setelah revitalisasi seperti penambahan | Republika/Thoudy Badai

Jakarta

Memburu Semringah Keluarga di Kota Tua

Mayoritas pengunjung kota tua didominasi keluarga

Matahari terus meninggi, saat para orang tua dan anak-anak kian memenuhi kawasan Kota Tua, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Ahad (4/9). Sejak pagi, tak terhitung jumlah lalu lalang pedestrian di lokasi yang baru saja menjalani revitalisasi tersebut.

Pantauan Republika, saat ini, mayoritas pengunjung didominasi keluarga. Mereka yang berasal dari Ibu Kota ataupun wilayah penyangga, sengaja berkunjung ke Kota Tua pada hari libur. Tujuannya satu, ingin merasakan fasilitas kawasan yang kini sangat memanjakan pejalan kaki. "Momennya pas banget sama kami yang ke Jakarta sekarang," kata warga asal Kota Medan, Sumatra Utara, Soni (34 tahun), ketika ditemui di lokasi.



Dia mengaku, kunjungan kali ini menjadi yang pertama ke Kota Tua. Hasilnya, ia tak menyangka suasana jalur pedestrian sangat tertata rapi dan jauh dari kesan kolot. "Selain bangunan, semuanya (terasa) muda. Keren sih, gak nyesel ke sini," kata Soni sembari memboyong dua anak dan istrinya.

Jika kawasan Kota Tua dulu hanya terkenal dengan Stasiun Jakarta Kota atau BEOS, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, hingga Toko Merah yang penuh lalu lalang kendaraan. Kini, kawasan itu disulap menjadi area pejalan kaki. Semua bangunan peninggalan Belanda tersambung akses pedestrian. Terdapat pula penyewaan sepeda bagi yang ingin berkeliling.

Dari ujung jalan seberang Stasiun Jakarta Kota, sudah penuh dengan pejalan kaki. Semringah anak-anak saling sambung tak terputus, meski terik makin melanda. Anto (15), misalnya, sengaja datang bersama beberapa teman sekelas di sekolah menengah pertama (SMP). Kedatangan yang kesekian kali ke Kota Tua, tetap menjadi pengalaman menarik baginya. "Dulu di sini kumuh, tapi sekarang udah lebih baik," ujarnya sambil bercanda bersama beberapa temannya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemprov DKI Jakarta (@dkijakarta)



Anto hanya sempat bingung dengan halte Transjakarta yang berpindah lokasi. Dia dan kawan-kawan masih belum tak terbiasa dengan lokasi yang baru di samping Stasiun Jakarta Kota. Dulunya, penumpang bus Transjakarta harus melewati terowongan untuk naik dan turun dari bus.

Kini, aksesnya semakin mudah terjangkau. "Sudah kebiasa di sana kalau halte Tranjakarta. Tapi depan stasiun juga bagus sih, lebih ketata," kata Anton yang tinggal di Jakarta Barat.

Lain halnya dengan Sumini (54), warga Bogor, yang sengaja mengajak keluarga besarnya ke Kota Tua dengan KRL Commuter Line. Dia pun membandingkan kawasan wisata bersejarah ini setelah dan sebelum direvitalisasi.

Dia merasakan, perubahannya sangat signifikan, khususnya jalan raya yang diubah sepenuhnya menjadi jalur pedestrian. Hanya saja, Sumini penasaran, kemana para pedagang kaki lima (PKL) yang biasanya memenuhi Kota Tua, sekarang tidak ditemukan lagi. "Memang bagus lebih tertata. Tapi kalau kita gak  tahu ke mana para pedagangnya kan kasihan juga," kata nenek dua cucu ini.

Meskipun ada beberapa outlet dan franchise jajanan baru yang memenuhi lokasi Kota Tua, Sumini mengkritik, lokasi jajanan yang tidak sentral. Menurut dia, akan lebih baik jika ada lokasi jajan yang memenuhi semua keinginan para pengunjung.

Kawasan Kota Tua kini dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta Experience Board (JXB) atau Jaktour setelah direvitalisasi. Direktur Utama JXB Novita Dewi mengatakan, pengelolaan dan aktivasi di Kota Tua bertujuan agar kawasan tersebut menjadi ruang ketiga di Jakarta, yang dapat dinikmati seluruh masyarakat.

"Kami mendorong lebih banyak interaksi antarwarga, menyediakan ruang bagi para kreator, serta menjadi ruang kreatif yang inklusif di tengah kota," kata Novita. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

‘Dunia Berharap pada Islam di Indonesia’

Dia mengajak khalayak untuk memetik keteladanan dari para alim ulama masa silam

SELENGKAPNYA

Pra-Muktamar Muhammadiyah Soroti ‘Indonesia Emas 2045’

Generasi Indonesia yang lahir pada 1980-2028 penentu kesuksesan Indonesia Emas 2045

SELENGKAPNYA

Muhammadiyah-NU Perkuat Ukhuwah

Kedua ormas Islam terus meningkatkan sinergi untuk maslahat umat dan bangsa

SELENGKAPNYA