Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj saat diskusi panel di Gedung Pengurus Besar Nahdlatu Ulama, Jakarta, Sabtu (25/1). | Thoudy Badai_Republika

Khazanah

‘Dunia Berharap pada Islam di Indonesia’

Dia mengajak khalayak untuk memetik keteladanan dari para alim ulama masa silam

JAKARTA – Dunia Islam sedang menaruh harapan besar pada Indonesia. Pernyataan itu disampaikan mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.

Menurut dia, negeri ini tidak hanya memiliki keunggulan demografis dengan populasi Muslim terbesar. RI pun menerapkan sistem demokrasi. Selain itu, corak keislaman Muslimin Tanah Air menampilkan wajah yang moderat, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 

Sebaliknya, lanjut Kiai Said, negara-negara Arab kini saling berkonflik dan memusuhi. Kondisi demikian mengemuka sejak munculnya sistem negara-bangsa usai Perang Dunia II. “Umat Islam di dunia tidak bisa lagi mengharap kebangkitan Islam dari negara-negara Arab di Timur Tengah. Saat ini, dunia sedang menaruh harapan besar pada Indonesia,” ujar Rektor Universitas NU Cirebon itu dalam diskusi di Sekretariat Said Aqil Siroj (SAS) Institute, sebagaimana keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (3/9).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kang Said Official (@saidaqilsiroj53)

Lebih lanjut, ia mengulas sejarah umat Islam secara global, sejak keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani hingga awal abad ke-21. Pada zaman kini, tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit kelompok radikal nyaris membawa kehancuran Islam di Timur Tengah.

“Jika tidak ada al-Azhar di Mesir, Timur Tengah, dan NU di Indonesia, Islam dan umat Islam akan mudah dibawa ke tubir kehancuran,” kata dia.

 

 

Jika tidak ada al-Azhar di Mesir, Timur Tengah, dan NU di Indonesia, Islam dan umat Islam akan mudah dibawa ke tubir kehancuran

 

KH Said Aqil Siroj
 
SHARE    

Dai kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu lantas mengajak khalayak untuk memetik keteladanan dari para alim ulama masa silam. Sebagai contoh, KH Hasyim Asy’ari. 

Menurut Kiai Said, tokoh pendiri Jam’iyyah NU itu berhasil menyatukan visi keislaman dan kebangsaan. Keduanya menjadi fondasi dan perekat kesatuan umat Islam di Tanah Air. “Di Timur Tengah, kita tidak akan menemui orang seperti Kiai Hasyim Asyari yang merupakan seorang ulama sekaligus nasionalis. Di sana, (kaum) ulama dan nasionalis memiliki agenda dan perjuangannya sendiri-sendiri,” katanya. 

Ia menambahkan, KH Hasyim Asy’ari telah merumuskan bahwa “cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman” (hubbul wathan minal iman). Menurut Kiai Said, rumusan itu mengandung penegasan, nasionalisme memiliki basis teologis di dalam Islam.

Direktur Ekskutif SAS Institute Sadullah Affandy mengatakan, pihaknya terus berupaya menerjemahkan dan menafsirkan pelbagai pemikiran besar dari para tokoh Muslim era kontemporer. Sebut saja, Nurcholish Majid, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, hingga Buya Ahmad Syafi'i Maarif.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pra-Muktamar Muhammadiyah Soroti ‘Indonesia Emas 2045’

Generasi Indonesia yang lahir pada 1980-2028 penentu kesuksesan Indonesia Emas 2045

SELENGKAPNYA

Teguh dalam Kebenaran

Salah satu hikmah surah Ali Imran adalah renungan tentang keteguhan hati.

SELENGKAPNYA