Tenaga kesehatan membantu siswa saat melihat bakteri Tuberkulosis (TBC) menggunakan mikroskop saat penyuluhan di SMPN 4 Kota Tangerang, Banten, Kamis (24/3/2022). | ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

Opini

Perkembangan Penelitian TB  

Pada 2020, lebih dari 1,5 juta orang meninggal akibat TB di dunia. Angkanya meningkat dalam dekade terakhir ini.

TJANDRA YOGA ADITAMA, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI

Tuberkulosis (TB), penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan dengan obat yang ada, tetapi tetap menjadi masalah kesehatan penting di dunia, juga negara kita.

Penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini menyebabkan sekitar 10 juta pasien baru setahunnya di dunia dan lebih dari 800 ribu di negara kita. Keluhan TB, antara lain batuk, badan lemah, berat badan menurun, demam, nyeri dada, dan dapat batuk darah.

Diperkirakan, seperempat penduduk dunia mengalami TB laten. Artinya, mereka pernah tertular dan ada kuman dalam tubuhnya, tetapi tidak aktif. Kalau daya tahan tubuh turun, kuman itu dapat aktif kembali dan menimbulkan penyakit akibat reaktivasi ini.

TB penyebab kematian terpenting pada penyakit menular dalam sekian tahun belakangan ini. Pada 2020, lebih dari 1,5 juta orang meninggal akibat TB di dunia dan untuk pertama kalinya, angkanya meningkat dalam dekade terakhir ini.

 
TB penyebab kematian terpenting pada penyakit menular dalam sekian tahun belakangan ini. 
 
 

Tampaknya, terkait prioritas pelayanan kesehatan pada Covid-19. Banyak masalah dalam pengendalian TB, tetapi lamanya masa pengobatan hingga beberapa bulan dan resistensi pada obat TB menjadi yang utama. Solusinya, penelitian yang menghasilkan temuan baru.

Jangka panjang

Untuk mencari jalan keluar akibat lamanya masa pengobatan yang menyebabkan pasien putus berobat, peneliti AS dari University North Carolina (UNC) School of Medicine, UNC Institute for Global Health and Infectious Diseases, dan International Center for the Advancement of Translational Science telah menyelesaikan penelitian awal pada binatang percobaan tentang suntikan obat TB Rifabutin, yang bisa bertahan lama di dalam tubuh.

Sekali suntik, obatnya bekerja dalam tubuh empat bulan terus-menerus. Ini memudahkan daripada sekarang pasien harus konsumsi obat TB setiap hari. Penelitian ini membuka jalan meningkatkan kepatuhan pengobatan dan mengurangi potensi kegagalan pengobatan.  

Penelitian dipublikasikan di jurnal kesehatan “Nature Communications” Agustus 2022. Tentu akan ada penelitian lanjutan pada manusia dan mungkin dengan berbagai obat TB lain. Bila hasilnya berkembang bisa jadi ‘’game-changer” pencegahan dan pengobatan TB.

 
Penelitian ini membuka jalan meningkatkan kepatuhan pengobatan dan mengurangi potensi kegagalan pengobatan.  
 
 

Dalam penelitian ini, obat TB Rifabutin dikombinasikan dengan polimer yang biodegradabel dan bahan nontoksik, serta komponen tertentu yang membuat jumlah obat dapat lebih besar dan tahan lama serta berfungsi sampai beberapa bulan.

Dengan binatang percobaan pada penelitian ini, obat keluar perlahan dan bertahap merata sampai 16 pekan. Para peneliti masih akan melakukan beberapa persiapan, lalu masuk uji klinik fase satu pada manusia yang mudah-mudahan berhasil baik.

Gen resistensi

Resistensi terhadap obat TB masalah penting lain, termasuk resistensi pada beberapa obat sekaligus, multi drug resistance (MDR). Ada hampir dari setengah juta kasus MDR TB baru di dunia dalam setahun, dengan sekitar 150 ribu kematian. 

WHO pada 2021 bahkan menyebut MDR TB sebagai krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan dunia. Hanya satu dari tiga pasien TB akibat resisten obat yang mendapat pengobatan.

 
WHO pada 2021 bahkan menyebut MDR TB sebagai krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan dunia. Hanya satu dari tiga pasien TB akibat resisten obat yang mendapat pengobatan.
 
 

Penelitian “Comprehensive Resistance Prediction for Tuberculosis: an International Consortium (CRyPTIC)” menganalisis lebih dari 10 ribu isolat bakteri Mycobacterium tuberculosis dari 23 negara. Ini menunjukkan kerja sama global dapat dilakukan.

Dalam konteks, meningkatkan pemahaman atas varian genetik terkait resistensi pada obat anti-TB. Peneliti dalam konsorsium ini berhasil menemukan gen baru yang berhubungan dengan resistensi pada 13 obat TB, baik generasi pertama maupun kedua.

Penelitian ini dipublikasikan lewat dua artikel ilmiah dalam jurnal "PLOS Biology", Agustus 2022. Berhasil ditemukan setidaknya 20 gen paling bermakna terkait resistensi obat TB.

Secara umum, hasil penelitian berdasar pada whole genome sequencing (WGS) ini membuka cakrawala prediksi resistensi, mengidentifikasi kesenjangan dalam diagnosis, serta pehamanan mekanisme genetik tentang resistensi terhadap obat TB.   

 
Karena TB masalah penting, seyogianya penelitian penyakit ini mendapat perhatian utama.
 
 

Kasus Indonesia

Karena TB masalah penting, seyogianya penelitian penyakit ini mendapat perhatian utama. Diharapkan, dilakukan penelitian-penelitian yang bukan saintifik semata, juga dapat menjawab berbagai masalah pengendalian TB.

Setiap tahun diselenggarakan Indonesian Tuberculosis International Meeting (INA-TIME), pada September 2022 ini di Bali. Temanya, “Readiness to Collaborate for TB Elimination”.

Diharapkan, tema ini mencakup kolaborasi dalam penelitian untuk mencapai eliminasi TB di Indonesia pada 2030, sebagaimana tercantum dalam Perpres No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jangan Tunda Periksa Gigi

Ketika rasa sakit muncul, ini berarti ada masalah infeksi pada gigi.

SELENGKAPNYA

Proklamasi Tanpa Gejolak?

Benarkah proklamasi berlangsung tanpa gejolak?

SELENGKAPNYA

Haji Kodrin dan Kebaikannya

Haji Kodrin menatap haru pria berkulit hitam yang berdiri di depan mimbar Mushala At-Taqwa.

SELENGKAPNYA