Warga melakukan pawai obor menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1444 H di Ciumbuleuit Atas, Kota Bandung, Jumat (29/7/2022). | Edi Yusuf/Republika

Tajuk

Tahun Baru, Tekad Baru

Momen ini diharapkan tak sekadar berhenti pada maraknya perayaan.

Pergantian tahun telah tiba. Tahun 1444 menggantikan 1443 Hijriyah yang telah berlalu. Momen ini diharapkan tak sekadar berhenti pada maraknya perayaan, tapi sebaliknya menjadi kesempatan bagi umat Islam mengikrarkan tekad baru dan langkah-langkah konkret.

Layaknya Rasulullah dan para sahabatnya, yang berpindah dari Makkah ke Madinah. Mereka merintis langkah dan bekerja keras hingga mencapai kejayaan peradaban. Posisi umat Islam, baik secara ekonomi maupun politik semakin kokoh.

Maka itu, pergantian tahun ini, hendaknya menjadi semangat pula bagi umat Islam sekarang mengevaluasi diri,  merencanakan aksi-aksi besar untuk mencapai kemajuan, mengejar ketertinggalan, dan memberikan kontribusi lebih nyata.

Paling tidak, Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari pada Kamis (28/7) dan berakhir Jumat (29/7), menjadi awalan bagus menjelang pergantian tahun baru Hijriyah kali ini. Ada ikhtiar bersama untuk merespons fenomena alam yang memang mesti segera diatasi.

 

 
Momen ini diharapkan tak sekadar berhenti pada maraknya perayaan, tapi sebaliknya menjadi kesempatan bagi umat Islam mengikrarkan tekad baru dan langkah-langkah konkret.
 
 

 

Yakni, soal perubahan iklim dan kelestarian lingkungan. Kita tahu, bencana alam berupa banjir bandang, longsor, kekeringan, dan lainnya di dalam negeri belum lama ini menjelma akibat rusaknya lingkungan di sekitar kita.

Bila kita melihat ke luar, banyak negara dilanda serangan panas yang menyebabkan kekeringan dan kebakaran. Maka itu, umat perlu lebih peduli atas persoalan ini dan mengambil langkah nyata. Perlu literasi yang kian intens dan aksi di lapangan agar menjaga lingkungan tetap lestari.

Dengan demikian, umat tidak sekadar tahu Islam mengajarkan untuk menjaga alam, tetapi juga ikut serta di dalamnya, memelihara kelestarian alam. Singkatnya, jangan hanya berhenti pada tataran kognitif, tetapi sangat urgen diubah menjadi aksi.

Persoalan ekonomi dan kemiskinan umat, masih perlu pula upaya lebih keras untuk mengatasinya. Di samping bantuan pemerintah melalui bantuan sosial, umat perlu membangun langkah mandiri untuk melepaskan lilitan kemiskinan itu.

 

 
Persoalan ekonomi dan kemiskinan umat, masih perlu pula upaya lebih keras untuk mengatasinya.
 
 

 

Onggokan potensi umat yang telah banyak diulas termasuk melalui penelitian, saatnya diubah menuju sesuatu yang riil. Potensi dana zakat, infak, dan sedekah besar. Namun nyatanya, penghimpunan selama ini belum menyentuh angka potensinya.

Perlu sinergi muzaki dan lembaga serta badan amil zakat. Muzaki membangun kesadaran diri untuk menyisihkan kekayaannya guna disalurkan melalui lembaga atau badan amil zakat sehingga pengalokasiannya lebih efektif.

Lembaga zakat juga mestinya terus berinovasi agar mampu menarik minat muzaki menyalurkan dananya melalui mereka. Tak hanya soal cara penghimpunan yang menarik, tapi juga alokasi dana melalui program pemberdayaan yang bisa mengubah ekonomi mustahik.

Hal penting lainnya, pengelola zakat mampu meyakinkan publik bahwa mereka amanah dengan dana yang dihimpunnya. Idealnya, ada kerja sama antarlembaga pengelola zakat. Membentuk semacam konsorsium program, misalnya ekonomi, agar jangkauannya lebih luas.

 

 
Lembaga zakat juga mestinya terus berinovasi agar mampu menarik minat muzaki menyalurkan dananya melalui mereka.
 
 

 

Potensi produk halal dan keuangan Islam yang besar pun, mestinya diubah sebagai sumber kesejahteraan umat. Jangan sampai kita sekadar menjadi pasar produk halal dan konsumen beragam produk keuangan Islam. Bukan sebagai pemain utama.  

Pada 2024, insya Allah terjadi pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia. Mestinya, umat Islam memiliki rencana matang menghadapi hajatan lima tahunan ini. Butuh suara dan sikap yang padu agar umat tak hanya menjadi buih dalam perpolitikan nasional.

Butuh pula strategi mumpuni agar umat tak hanya dijadikan lumbung suara kemudian ditinggalkan begitu saja. Lalu, tak punya daya dan posisi tawar dalam penentuan kebijakan yang menentukan nasib masyarakat.

Kini, semua bergantung pada kemauan dan kesadaran umat Islam sendiri. Apakah umat akan tergerak bekerja lebih keras dan cerdas mengubah keadaan dirinya? Apakah hanya bangga dan terbuai dengan jumlah mayoritas, tetapi tanpa daya?

Semoga tahun baru Hijriyah ini memantik kesadaran umat, masih banyak kerja yang harus dituntaskan. Umat memiliki kontribusi nyata di banyak lini kehidupan, lepas dari kemiskinan dan kebodohan, serta diperhitungkan karena kualitasnya bukan sekadar kuantitas. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Dana Darurat, Penting untuk Saat Genting

Kondisi tak terduga dan mendesak dapat terjadi sewaktu-waktu.

SELENGKAPNYA

Usamah, Panglima Perang Termuda Sepanjang Sejarah

Usamah merupakan panglima Islam termuda sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah.

SELENGKAPNYA

Tidak Panik Hadapi Situasi Pelik

Usaha membiasakan diri membelanjakan uang secara bija hanya untuk yang dibutuhkan.

SELENGKAPNYA