Warga diukur suhu tubuhnya saat mengikuti layanan kesehatan gratis di Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (25/11/2021). | ANTARA FOTO/Fauzan

Tajuk

Pemantauan Kesehatan Jamaah di Tanah Air

Kasus positif Covid pada dua hari lalu sudah berada di angka 3.361 kasus dalam sehari.

Kesehatan jamaah haji tidak saja menjadi perhatian pemerintah selama mereka masih berada di Tanah Suci. Setibanya di Tanah Air, kesehatan para jamaah haji tersebut tidak luput dari pantauan pemerintah.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana di Makkah, Arab Saudi, Rabu (13/7), mengatakan kesehatan jamaah haji akan dipantau selama 21 hari oleh dinas kesehatan masing masing wilayah setelah kepulangan. Selama 21 hari masa pemantauan, apabila terdapat demam atau gejala sakit lainnya maka jamaah yang sakit segera ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat dengan membawa Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH).

Jamaah haji pun saat tiba di bandara internasional (debarkasi) akan langsung dilakukan skrining kesehatan berupa pengecekan suhu melalui thermal scanner dan thermal gun, tanda, dan gejala serta melakukan observasi terhadap jamaah di asrama haji debarkasi. Apabila didapati jamaah dengan gejala demam atau menunjukkan potensi penyakit menular, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan tes antigen. 

Sesungguhnya pemantauan jamaah haji sepulang dari Tanah Air melalui K3JH bukan hal baru. Pemerintah telah melakukan hal tersebut sejak beberapa tahun lalu. Tujuannya agar para jamaah haji tidak membawa penyakit menular sepulangnya dari Tanah Suci. Kala itu yang menjadi perhatian pemerintah antara lain MERSCoV, meningitis, dan kolera.

 
Kita mengetahui sampai saat ini pandemi Covid-19 masih menghantui berbagai negara.
 
 

Namun untuk kali ini  kebijakan pemantauan melalui K3JH terasa lebih khusus. Tidak hanya penyakit seperti MERS-CoV, meningitis, dan kolera yang menjadi pusat perhatian. Tapi yang mendapat perhatian khusus adalah virus korona.

Hal ini mengingat dalam dua setengah tahun terakhir ini, dunia didera pandemi Covid-19. Pandemi ini telah menyebabkan 560 juta orang terjangkit dan 6,36 juta di antaranya meninggal dunia.

Kita mengetahui sampai saat ini pandemi Covid-19 masih menghantui berbagai negara. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah berkali-kali mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Masyarakat di dunia masih harus waspada untuk menghadapinya. Apalagi varian-varian baru dari virus korona terus bermunculan dan menyerang penduduk di belahan dunia.

Munculnya varian-varian baru tersebut seperti belakangan ini BA.4 dan BA.5 telah menghambat upaya sejumlah negara untuk memasuki masa-masa transisi dari pandemi ke endemi. Indonesia juga termasuk negara yang perjalanan transisi dari pandemi ke endemi tidak mulus setelah varian baru BA.4 dan BA.5 muncul menjangkiti sejumlah warga di beberapa daerah.

Kasus positif di negara kita yang semula telah landai di  April dan Mei dengan sekitar 500 per hari, dua hari lalu sudah berada di angka 3.361 kasus dalam sehari. Pemerintah sudah menerapkan kembali rambu-rambu aturan untuk masyarakat yang semula telah dilonggarkan.

Penerapan protokol kesehatan kembali digencarkan. Di antaranya, pemerintah pun menerapkan aturan untuk perjalanan dengan lebih ketat  di antaranya mengharuskan vaksinasi booster atau dosis ketiga.

 
Kasus positif di negara kita yang semula telah landai di  April dan Mei dengan sekitar 500 per hari, dua hari lalu sudah berada di angka 3.361 kasus dalam sehari. 
 
 

Karena itu, kita meyakini pemantauan jamaah haji melalui K3JH untuk tahun ini memang lebih bermakna. Apalagi, Arab Saudi termasuk negara yang melonggarkan penerapan protokol kesehatan selama musim haji berlangsung. Keadaan ini bukan tidak mungkin memunculkan potensi penularan Covid-19 di antara jamaah dari berbagai negara tersebut menjadi semakin besar.

Kita berharap Tamu Allah yang baru selesai menunaikan Rukun Islam kelima di Tanah Suci tidak menjadi salah satu sumber peningkatan kasus Covid-19 di Tanah Air. Para jamaah haji setibanya di Indonesia dalam kondisi sehat.

Meski demikian, para jamaah haji yang baru tiba tersebut harus disiplin memenuhi ketentuan yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan. Apabila jamaah haji setibanya di kediaman merasakan gejala-gejala penyakit jangan ragu untuk segera mendatangi pusat kesehatan masyarakat terdekat seperti puskesmas.

Pada saat yang sama dinas-dinas kesehatan di berbagai wilayah juga harus melakukan pemantauan dengan serius. Kita tidak ingin pemantauan melalui KJ3H ini hanya formalitas. Karena kita sama-sama tahu bahwa pandemi Covid-19 di negeri tercinta ini belum benar-benar berakhir. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pedagang Siasati Kenaikan Harga

Kenaikan harga bahan pokok, seperti cabai dan bawang merah, mengganggu usaha para pedagang makanan.

SELENGKAPNYA

Mahfud Kawal Penembakan, LPSK Siap Dilibatkan

Komnas HAM menolak ambil bagian dalam tim gabungan khusus bentukan Kapolri.

SELENGKAPNYA

Panas Dorong Warganet Cina Usung Tagar #Heatstroke

Gelombang panas juga menghantam kota-kota besar berpenduduk padat di Cina.

SELENGKAPNYA