Petugas menunjukan uang dolar AS di Money Changer, Jakarta, Rabu (17/4/2024). | Republika/Thoudy Badai

Ekonomi

BI Optimistis Rupiah Terus Menguat

Ada empat faktor utama yang membuat rupiah dapat terus menguat.

JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini mata uang rupiah akan menguat ke level Rp16.000 per dolar AS. Bahkan, Perry memprediksi rupiah bisa menguat hingga ke level Rp 15.800 pada bulan depan atau mulai Juni 2024.

“Penguatan nilai tukar rupiah itu akan terus berlangsung dari sekarang sampai dengan akhir tahun. Itu terpantau kalau kita lihat data-data di pasar yang non-delivery forward di luar negeri atau domestic non-delivery forward di dalam negeri dalam tempo satu bulan ke depan juga akan terus menguat mengarah ke Rp16.000,” kata Perry saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (3/5/2024)

Menurut Perry, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dikarenakan adanya empat faktor utama. Faktor pertama adalah keputusan BI menaikan suku bunga atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Selain itu, bank sentral menaikkan suku bunga deposit facility menjadi sebesar 5,5 persen dan suku bunga lending facility di level 7 persen.

Faktor kedua, penguatan rupiah didorong dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang terus mencatatkan inflow. Hal ini mencerminkan kembali bahwa investasi portofolio rupiah masih menarik bagi para investor.

"Ini daya tarik imbal hasil investasi portofolio di Indonesia kembali menarik dengan kenaikan itu kalau dibanding India, perbedaan yield lebih baik sehingga lebih attractive," ujarnya.

photo
Karyawan menghitung mata uang dollar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (17/10/2023). - (Republika/Prayogi)

Sebagai informasi, berdasarkan data BI, SRBI hingga Mei 2024 mencatatkan inflow sebesar Rp 1,58 triliun, diikuti dengan surat berharga negara (SBN) yang juga sudah mencatatkan inflow Rp 3,75 triliun.

"Sampai dengan kemarin SRBI, tiga hari pertama pada minggu Mei ini sampai dengan kemarin SRBI inflow terus jumlahnya Rp 1,58 triliun bahkan SBN yang semula outflow sudah inflow, minggu pertama Mei, tiga hari pertama ini total adalah Rp 3,75 triliun," kata Perry.

Faktor ketiga, penguatan rupiah turut didorong oleh prospek ekonomi Indonesia yang baik serta berdaya tahan kuat, seperti pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, inflasi rendah, kredit juga terus tumbuh.

Faktor keempat, lanjut Perry, penguatan rupiah dipacu oleh komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan terus koordinasi dengan pemerintah dan KSSK.

Pada akhir perdagangan Jumat, kurs rupiah tercatat menguat 102 poin atau 0,63 persen menjadi Rp 16.083 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.185 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut menguat ke level Rp 16.094 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.202 per dolar AS.

Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi berlanjutnya pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

“Rupiah dan mata uang lainnya pada umumnya menguat terhadap dolar AS yang melanjutkan pelemahan pasca FOMC yang dimana walau mempertahankan suku bunga, namun akan mulai melonggarkan quantitative tightening, sehingga imbal hasil obligasi AS juga turun cukup besar,” ungkap dia ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.

Quantitative Tightening (QT) merupakan kebijakan moneter yang dilakukan Federal Reserve (The Fed) untuk memperkecil neraca dengan menyusutkan cadangan moneter guna menghilangkan likuiditas atau uang dari pasar keuangan, sehingga menghindari terjadinya inflasi. Hal ini dilakukan dengan cara menjual obligasi yang dimiliki bank sentral kepada publik.

photo
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, beberapa waktu lalu.  - (Republika/Prayogi)

Saat ini, imbal hasil obligasi AS telah menurun dari 4.965 persen menjadi 4.575 persen. “Efek mungkin untuk sementara saja, investor masih lebih fokus pada tingkat suku bunga acuan,” ujar Lukman.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai data inflasi Indonesia pada bulan April 2024 yang baru dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (2/5) yang masih terjaga di kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 3,0 persen memberikan sentimen positif untuk rupiah.

Pada pekan depan, terdapat pula data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan data neraca perdagangan China. “Ini bisa memberikan sentimen positif (terhadap rupiah) kalau datanya bagus,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat