
Kabar Tanah Suci
Misi Penyelamatan di Jalur Jamarat
Hanya Indonesia yang memiliki pos kegawatdaruratan untuk menolong jamaah yang kelelahan.
OLEH ALI YUSUF dari Makkah
Jamaah haji dari seluruh dunia berduyun-duyun melintasi terowongan Muaisim lantai tiga jalur jamarat. Mereka keluar bersamaan selepas Ashar dari tenda-tendanya untuk melempar jamrah di hari kedua pelontaran pada Ahad (10/7).
Keadaan itu membuat arus jalur jamarat menuju tempat melontar jamrah sedikit padat. Kepadatan ini, bagi jamaah haji yang lemah fisiknya karena lanjut usia dan memiliki komorbid, membuat mereka tidak kuat melanjutkan perjalanan pergi dan pulang sejauh 10 km.
Pada hari kedua ini, jamaah terlihat melontar tanpa memakai pakaian ihram. Karena sudah tawaf ifadah setelah melontar pertama, jamaah boleh berpakaian biasa. Suara takbir, tahlil, dan tahmid menggema di terowongan jalur jamarat, hingga takbiran menutup gemuruh suara kipas angin yang dipasang di sisi kanan, kiri, dan tengah atas terowongan.
Kipas angin besar itu difungsikan sebagai pendingin di terowongan. Setelah melewati terowongan, terlihat emergency medical team (EMT) PPIH Arab Saudi bidang kesehatan sedang melayani empat orang jamaah haji Indonesia di pos satu atas jamarat. Di tempat itu, terlihat dua orang sedang diinfus oleh petugas EMT.
Pada hari kedua ini, jamaah terlihat melontar tanpa memakai pakaian ihram.
Jamaah haji atas nama Oo Rotimah asal Jawa Barat ini mengeluh pusing dan lemas. "Jamaah ini dehidrasi," kata salah seorang petugas EMT saat mendampingi Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana yang sedang menjalani program bergerak secara bergelombang (BSB) mencari jamaah yang membutuhkan pertolongan saat berjalan melontar jamrah pada Ahad (10/7).
Selain Oo Rotimah, ada jamaah lainnya bernama Firzayanto juga terlihat tergeletak di pos satu jalur jamarat. Jamaah asal Aceh itu turut mengeluh pusing dan lemas saat perjalanan ke jamarat. Keduanya sedang dalam proses stabilisasi memulihkan keadaan fisiknya yang kelelahan. “Saya pusing dan lemas, Pak," kata Firzayanto bercerita.
Setelah menghampiri pos satu, Budi Sylvana dan rombongan melanjutkan misi pencarian jamaah tak mampu melanjutkan perjalanan menuju jamarat. Baru 50 meter kaki tim ini melangkah dari pos satu, ada Rusni, jamaah asal Makasar, terlihat bersandar di pinggir jalur jamarat karena tak kuat lagi berjalan.
Saat tim datang, Rusni sedang dikerumuni teman satu rombongannya. Rusni sesak napas sehingga tak kuat melanjutkan perjalanan menuju tempat melempar jamrah. "Tak kuat, Pak," kata rekan Rusni kepada rombongan yang memakai atribut warna kuning jeruk milik kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah (KBIHU) Tisaga Nurkhotimah.

Koordinator EMT Erwinsyah Pattah yang juga mendampingi Budi Sylvana langsung menghubungi anggotanya yang ada di pos satu. "Tolong datang ada pasien atas nama Rusni memerlukan bantuan teman-teman untuk stabilisasi," kata Erwinsyah memanggil anggotanya melalui alat komunikasi bravo.
Setelah Rusni dibawa dan anggotanya ke pos satu, Budi kembali melanjutkan pencarian. Budi bertemu dengan tim tambahan untuk bergerak secara bergelombang sepanjang jalur jamarat. Tim bergerak secara bergelombang, yang disingkat (BSB), ini dibentuk sebagai respons atas banyaknya jamaah haji pada hari pertama pelontaran yang tak sadarkan diri dan tersesat.
Tim BSB dibentuk untuk membantu tim EMT mengobati jamaah haji yang tak kuat berjalan menuju jamarat. Sepanjang perjalanan, Republika tidak melihat ada pos-pos emergency milik negara lain seperti halnya Indonesia. Padahal, ada beberapa jamaah haji dari negara lain tampak bersandar di jalur jamarat, karena kelelahan.
Tampaknya hanya Indonesia yang memiliki pos-pos kegawatdaruratan untuk menolong jamaah yang kelelahan. Selain pos kesehatan, Indonesia juga memiliki beberapa tim untuk memberikan pelayanan dan perlindungan kepada jamaah haji dalam bentuk lainnya.
Tampaknya hanya Indonesia yang memiliki pos-pos kegawatdaruratan untuk menolong jamaah yang kelelahan.
Itu seperti yang dilakukan Iwan Kurniawan, Koordinator Logistik, Obat, dan Perbekalan Kesehatan PPIH Arab Saudi. Ia membagi-bagikan minuman kepada jamaah haji. Iwan dibantu Ferry Ferdinan membagi-bagikan minuman kepada jamaah haji di tengah terik matahari.
Selain Iwan dan Ferry, ada dokter bernama Ira Cyndira Tresna dari tim promosi kesehatan (promkes) PPIH Arab Saudi bidang kesehatan yang juga memberikan pelayanan dan perlindungan kepada jamaah haji melalui jalur edukasi. Ira dengan tim promosi kesehatan lainnya berdiri panas-panasan di bawah terik matahari untuk mengingatkan jamaah agar minum jangan menunggu haus, makan kurma untuk meningkatkan imunitas, dan menggunakan alat pelindung diri (APD) jika ingin melontar jamrah.
APD yang paling direkomendasikan dipakai jamaah di antaranya payung, kacamata, masker, dan tentunya alas kaki yang nyaman dipakai. “Kalau bapak-ibu haji tidak kuat melontar jamrah, lebih baik dibadalkan saja,” katanya.
Selain Ira, ada M Rafiq Hidayat, petugas posko misi haji Indonesia dari Kementerian Agama yang memberikan pelayanan dan perlindungan dalam bentuk imbauan agar jamaah tetap bersemangat dalam melontar jamrah. Rafiq juga rela panas-panasan demi menyemangati para jamaah haji yang sedang berjalan kaki menuju tempat melontar jamrah.
Selama berada di Madinah dan Makkah untuk mendokumentasikan operasional penyelenggaraan kesehatan, saya belum pernah melihat petugas haji dari negara lain melakukan hal yang dilakukan petugas haji Indonesia.
“Ayo, jamaah haji Indonesia, semangat, harus kuat, lelahnya diganti pahala haji mabrur," begitu cara M Rofiq Hidayat menyemangati jamaah yang hendak melontar jamrah aqabah pada Sabtu (9/7).
Selain menyemangati, Rafiq mengingatkan jamaah agar tak lupa minum air dan tidak berpencar dari rombongannya. Pada saat itu, dia juga aktif menunjukkan jalan kepada para jamaah yang bingung mencari arah jalan pulang tersesat. Sudah tidak terbilang berapa banyak jamaah haji yang ditunjukkan jalan olehnya.
Selama berada di Madinah dan Makkah untuk mendokumentasikan operasional penyelenggaraan kesehatan, saya belum pernah melihat petugas haji dari negara lain melakukan hal yang dilakukan petugas haji Indonesia.
Sepertinya, hanya Indonesia yang punya sistem pelayanan prima untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jamaah hajinya. Semoga apa yang telah dilakukan mendapatkan ridha Allah SWT.
Stagflasi Global?
Inflasi kelak akan hilang dengan sendirinya dan pertumbuhan global akan kembali normal.
SELENGKAPNYAMensyukuri Tasyrik
Pada hari-hari Tasyrik kaum Muslimin tidak diperkenankan untuk melakukan puasa.
SELENGKAPNYAIndonesia Sabet Dua Gelar dari Malaysia Masters 2022
Chico menjadi pebulu tangkis Papua pertama yang menjadi juara di ajang bulu tangkis internasional.
SELENGKAPNYA