Belajar coding | Pixabay

Inovasi

Mendobrak Batasan untuk Belajar Coding

Dalam dunia digital ekonomi, dasar coding dapat membantu para wanita nyaman untuk melihat satu program.

Perkembangan teknologi digital kini telah menjadi bagian hidup mayoritas masyarakat Indonesia. We Are Social mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2021 telah mencapai 202,6 juta pengguna.

Namun, jumlah perempuan yang terjun di industri teknologi secara langsung saat ini masih sangat terbatas. Menurut data dari Boston Consulting Group pada 2017, Indonesia tercatat hanya memiliki 22 persen representasi perempuan yang bekerja di bidang teknologi.

Jumlah yang tak berimbang juga ditemui dalam hasil studi Microsoft di 2017. Hanya satu perempuan dari lima pekerja perempuan profesional yang ada di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Saat ini, berbagai upaya tengah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk terus menumbuhkan jumlah talenta digital. Termasuk juga meningkatkan jumlah perempuan yang terjun ke industri teknologi.

Pekan lalu, Group of Twenty (G-20) Empower Presidensi Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Microsoft Indonesia untuk pelaksanaan program Code Without Barriers. Program ini menyediakan platform yang memungkinkan talenta perempuan untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital inklusif melalui partisipasi dan inovasi di bidang teknologi.

Serangkaian aktivitas seperti pelatihan keterampilan, pemberian sertifikasi, dan pembukaan kesempatan kerja bagi perempuan pakan dilakukan sebagai bagian dari program ini. Penandatangan MoU berlangsung di Jakarta, dan dilakukan oleh Chair G20 Empower Indonesia Yessie D Yosetya, Co-Chair G20 Empower Indonesia Rinawati Prihatiningsih, dan Krishna Worotikan selaku Chief Financial Officer Microsoft Indonesia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by G20 Empower (@g20empower)

Chair G20 Empower Indonesia Yessie D Yosetya mengatakan, kemajuan perempuan di sektor digital dan masa depan pekerjaan terhalang oleh dua tantangan. Pertama adalah tantangan terkait dengan pendidikan atau pelatihan skill. Hal ini mencakup juga kurangnya perwakilan perempuan di bidang science technology engineering and mathematics (STEM), kurangnya keterampilan digital, dan terbatasnya akses mentor serta inkubator.

Tantangan kedua, yakni terkait lingkungan. Tepatnya, infrastruktur digital yang tidak memadai, kurangnya kapasitas keuangan untuk melengkapi perangkat digital, dan terbatasnya akses memasuki dunia kerja digital.

“Visi kami di G20 Empower adalah menjadi aliansi pemimpin bisnis dan pemerintah yang inklusif dengan berbagai macam inisiatif dan rekomendasi. Salah satunya, mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di seluruh negara G20,“ ungkap Yessie.

Kolaborasi dengan Microsoft Indonesia, lanjut dia, dilakukan dengan meluncurkan program Code Without Barriers. Menurut Yessie yang juga menjabat sebagai Direktur & Chief Strategic Transformation & IT Officer XL Axiata ini, penandatanganan kerja sama sejalan dengan tema besar G20 Presidensi Indonesia 2022 “Recover Together, Recover Stronger” dan tema utama ketiga G20 Empower 2022, yaitu membangun kesiapan perempuan di masa depan dalam ekonomi digital.

“Kemitraan dengan Microsoft merupakan salah satu implementasi dari upaya untuk menutup kesenjangan gender ekonomi yang selama ini terjadi dengan mendorong pengembangkan kompetensi. Sekaligus menciptakan peluang bagi kaum perempuan berpartisipasi dalam bidang teknologi digital,” kata Yessie.

Perkaya dengan Program

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by G20 Empower (@g20empower)

Senada, Co-Chair G20 Empower Indonesia, Rinawati Prihatiningsih, menjelaskan, kerja sama melalui program Code Without Barriers ini akan berfokus pada empat hal. Pertama, mendorong kesadaran, advokasi, memengaruhi perubahan dan mewujudkan kepemimpinan perempuan melalui ide tanpa memandang kemampuan dalam teknologi.

Kedua, menyediakan akses ke peluang dalam teknologi melalui keterampilan digital dan komunitas yang terhubung. Ketiga, menciptakan ekosistem dan komunitas perempuan yang kuat dalam kecerdasan buatan dan teknologi, dan yang terakhir, meningkatkan kemampuan kerja, yang meliputi “job shadowing” atau pelatihan kerja dengan mentor yang lebih berpengalaman.

Selain itu, ada pula program magang, bimbingan, menciptakan peluang kerja, dan perekrutan yang beragam. “Diharapakan semakin banyak perempuan yang menguasai teknologi digital, sehingga mereka memiliki akses yang kuat untuk meraih manfaat dari terus berkembangnya digitalisasi,” lanjut Rinawati.

Apalagi, kata dia, diprediksi, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital hingga sebesar Rp 1,7 triliun pada 2025. Menurut data dari Boston Consulting Group tahun 2020, partisipasi tenaga kerja perempuan dalam industri teknologi di Asia Tenggara ada di kisaran 32 persen.

Secara khusus di Indonesia, angka tersebut berada di sekitar 22 persen. Hal ini menunjukkan, masih besarnya peluang yang perlu dan dapat dibuka bagi perempuan untuk semakin berkontribusi terhadap industri teknologi.

Tak lagi Sulit

Dalam masa pemulihan ekonomi seperti sekarang, peran teknologi semakin tak bisa dikesampingkan. Nina Wirahadikusumah selaku Business Strategy Director Microsoft Indonesia, dalam kesempatan yang sama menyampaikan, Microsoft meyakini untuk mencapai pemulihan ekonomi yang benar-benar inklusif, diperlukan juga lebih banyak perempuan dengan keterampilan digital.

Selain untuk mendukung kesetaraan, Nina melanjutkan, bisnis yang memiliki keberagaman gender juga diyakini memiliki performa yang lebih baik. Menurut McKinsey, memajukan kesetaraan gender, mulai saat ini, dapat menambah 13 triliun dolar AS ke dalam produk domestik bruto (PDB) global pada 2030.  

Selain itu, dia menyebutkan, dalam dunia digital ekonomi, sebenarnya dasar coding dapat membantu para wanita nyaman untuk melihat satu program. Kemudian, melihat satu solusi yang memang basisnya komputer atau digital.

Menurut Nina, sekarang coding tak lagi seperti dulu yang rumit dan kita harus mengetik-ngetik sendiri. “Yang penting logika, ide, dan kreativitas. Jadi jangan takut gitu karena coding-nya bukan yang harus ngetik-ngetik sendiri. Itu sudah banyak sekali program-program yang tinggal kita ambil,” katanya.

Program Code Without Barrier pertama kali diluncurkan oleh di Asia Pasifik pada September 2021. Sedikitnya 13 perusahaan dan 21 komunitas developer di Asia Pasifik telah menjadi mitra program ini.

Sejak peluncurannya, program ini pun telah menjalankan aktivitas seperti Mentoring Circles Program, melahirkan seri sinisr yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran, menantang asumsi, serta merayakan keberagaman di dunia coding, teknologi, dan data sains.

Selain itu ada pula hackathon yang mengundang seluruh perempuan untuk menunjukkan kemampuan teknis mereka. Melalui partisipasi G20 Empower di Code Without Barriers, diharapkan pemberdayaan perempuan di Indonesia akan semakin terakselerasi, sambil di saat yang bersamaan memberikan inspirasi bagi perusahaan serta komunitas dari negara-negara Asia Pasifik lainnya.

 

 
Sekarang coding tak lagi seperti dulu yang rumit.
NINA WIRAHADIKUSUMAH, Business Strategy Director Microsoft Indonesia
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Stagflasi Global?

Inflasi kelak akan hilang dengan sendirinya dan pertumbuhan global akan kembali normal.

SELENGKAPNYA

Idul Adha dan Tauhid Cinta

Tauhid cinta dapat menembus batas ruang dan waktu, melampaui orientasi duniawi.

SELENGKAPNYA

Pertamina Naikkan Harga BBM Nonsubsidi

Perusahaan migas pelat merah itu juga menaikkan harga LPG nonsubsidi jenis Bright Gas.

SELENGKAPNYA