
Tema Utama
Menjauhi Sifat Pelit
Langkah awal menyembuhkan pelit adalah menyadari sifat itu menjerumuskan diri pada kehinaan.
OLEH ANDRIAN SAPUTRA
Sifat pelit dapat menyerang siapa pun, terutama orang yang diberikan anugerah harta kekayaan. Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin mengatakan bahwa pelit itu muncul karena besarnya kecintaan terhadap harta sehingga mengalahkan kecintaan kepada Allah SWT.
Orang pelit tidak menyadari bahwa harta kekayaan yang dimilikinya adalah titipan Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Sebab itu seorang mukmin perlu bermuhasabah dan membentengi diri dari sifat ini.
Pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Quran Al Misbah yang juga anggota Komisi Dakwah MUI DKI Jakarta, KH Misbahul Munir Kholil, mengatakan bahwa manusia itu cenderung memiliki pelit dalam dirinya. Namun, menjadi tercela ketika pelit itu diikuti atau ditaati.
Keterangan ini juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dari Ibnu Umar yang dapat ditemukan dalam kitab al Mu’jam al Kabiir berkaitan dengan tiga perkara yang membinasakan yang salah satunya adalah kebakhilan yang ditaati.
View this post on Instagram
Maksudnya seseorang tersebut benar-benar menjalankan sifat pelit itu dalam kehidupannya sehingga tidak mau mengeluarkan hartanya, baik itu merupakan perintah Allah yang wajib seperti berzakat maupun sunah seperti bersedekah.
Karena itu, menurut Kiai Misbah, standar minimal seseorang tidak disebut sebagai orang yang pelit adalah ketika mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada dirinya. Misalnya, mengeluarkan zakat atau mau memberi nafkah kepada keluarganya.
Orang yang sudah terkena penyakit pelit dalam hidupnya harus segera mencari jalan untuk menyembuhkannya. Menurut Kiai Misbah, langkah awal untuk bisa menyembuhkan pelit dalam diri adalah menyadari bahwa pelit itu hanya akan menjerumuskan diri pada kehinaan, sedangkan senang berderma mengantarkan diri pada kemuliaan.

"Kita harus punya keyakinan bahwa saat memberi, membantu kepada orang lain dengan harta dan jiwa itu sejatinya akan kembali manfaatnya kepada kita. Bahwa pemberian kita itu justru menambah nilai kita baik secara ruhani maupun jasmani," kata Kiai Misbah kepada Republika, beberapa hari lalu.
Kiai Misbah mengatakan, orang yang pelit kerap menyangka bahwa hartanya itu kekal abadi. Padahal, dengan mudah Allah SWT melenyapkan hartanya karena sifat pelit yang dimilikinya. Selain itu, orang yang pelit juga kerap merasa ketakutan bila hartanya didermakan akan mengalami kebangkrutan. Padahal sejatinya ketakutan itu disebabkan bisikan setan agar tidak menjadi penderma.
Dalam Alquran, Allah SWT telah memberikan peringatan keras bagi orang-orang yang pelit akan harta yang dimilikinya. Bahkan pada suraH Ali Imran ayat 180 digambarkan siksaan bagi orang yang pelit. Kelak pada leher orang yang pelit itu akan dikalungkan harta-hartanya pada hari kiamat.
"Rasulullah juga mengingatkan bahwa orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan surga. Sedang orang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka," katanya.

Pimpinan Yayasan Askar Kauny, Ustaz Bobby Herwibowo, mengatakan bahwa setan selalu menakut-nakuti manusia akan kemiskinan bila berderma. Setan justru membisikkan kepada manusia untuk menjadi orang kikir. Keterangan ini dapat ditemukan pada Alquran surah al- Maidah ayat 268.
Karena itu, menurut Ustaz Bobby, agar diri terhindar dari pelit, jangan memercayai bisikan setan yang menakuti akan jatuh miskin karena berderma. Sebaliknya, seorang mukmin harus meyakini bahwa ketika berderma. Maka, Allah SWT akan memberikan kelapangan dan keberkahan rezeki.
Mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, Ustaz Bobby mengatakan bahwa harta yang dibelanjakan pada jalan Allah tidak akan berkurang, justru manfaatnya akan terus bertambah.
Percayalah bahwa dengan berbagi kebaikan di jalan Allah, rezeki kita tidak akan berkurang.
"Kalau orang sudah punya sifat pelit cara penyembuhannya adalah harus mengeluarkan harta yang Allah berikan dari yang wajibnya terlebih dulu sebesar 2,5 persen. Nanti biasakan keluarkan infak setiap pagi. Dan percayalah bahwa dengan berbagi kebaikan di jalan Allah, rezeki kita tidak akan berkurang," katanya.
Alquran surah al-Munafiqun ayat 10 telah menggambarkan bagaimana penyesalan orang-orang pelit ketika ajalnya telah datang. Kelak orang-orang pelit itu akan sangat menyesal dan berharap untuk ditangguhkan ajalnya sehingga bisa bersedekah.
Selain itu, Ustaz Bobby menjelaskan, sebagaimana digambarkan Alquran surah at-Taubah ayat 35 tentang siksaan bagi orang yang pelit. Di mana kelak orang-orang pelit akan disiksa di neraka jahanam. Dahi, lambung, dan punggung mereka akan dibakar sebagai hukuman karena menumpuk-numpuk harta dan pelit semasa hidup di dunia.
Harta Bukan Punya Kita, Jadi Ngapain Pelit?

Memperbanyak sedekah merupakan langkah efektif membentengi diri dari pelit. Lalu, bagaimana agar menjadi ahli sedekah? Wartawan Republika Andrian Saputra mewawancarai Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Dr KH Ahmad Kusyairi Suhail, MA pada Rabu (22/6). Berikut petikannya.
Bagaimana kiat menjadi pribadi Muslim yang ahli sedekah?
Kita harus tahu bahwa harta itu bukan milik kita. Akan tetapi, merupakan titipan amanat dari Allah yang dititipkan kepada kita yang wajib kita syukuri. Wujud syukurnya adalah dengan berbagi dan sedekah.
Diawali dari zakat kemudian sedekah. Sedekah itu wujud syukur kita. Bahwa sesungguhnya ketika kita diberikan nikmat oleh Allah dengan harta, sesungguhnya ada kewajiban yang dititipkan Allah kepada kita milik orang-orang fakir miskin. Ini harus kita hadirkan kesadaran itu.
Karenanya, perlu kita tunaikan dengan sedekah dan zakat. Itu sesungguhnya dalam rangka melaksanakan kewajiban. Ketika muncul kesadaran itu, akan menjadi pribadi yang semangat untuk bersedekah. Karena, sesungguhnya kita sedang menyampaikan memberikan apa yang menjadi hak orang lain yang ada pada kita. Titipan Allah pada kita.
Kemudian, adalah bahwa sesungguhnya dengan menjadi pribadi Muslim yang ahli sedekah, Allah akan memberkahi harta kita, memberkahi kehidupan kita, memberkahi pekerjaan kita. Dan, di dalam Alquran Allah SWT telah tegaskan kalau kita bersyukur, pasti akan ditambah oleh Allah. Maka, tidak ada di antara kita yang tidak ingin hidupnya diberkahi Allah SWT.
Ketika menyadari ini, diri ini akan memotivasi kita untuk semangat bersedekah. Hadir tampil menjadi pribadi Muslim yang ahli sedekah. Hakikatnya dengan sedekah itu, hidup kita akan menjadi berkah. Rumah tangga kita berkah, pekerjaan kita berkah.
Kemudian, bagaimana kita menghadirkan kesusahan penderitaan orang lain, saudara kita yang membutuhkan. Dengan menghadirkan perasaan seperti itu juga dengan sendirinya akan menyemangati dan memotivasi kita untuk menjadi pribadi Muslim yang ahli sedekah. Dan ingat, sedekah itu hakikatnya berbagi, dan berbagi itu membahagiakan, menyenangkan orang lain. Berbagi itu juga menyucikan harta kita dan menyucikan pribadi kita.
Bagaimana caranya menumbuhkan kegemaran bersedekah?
Untuk menjadi ahli sedekah itu, perlu pembiasaan bersedekah. Meskipun kecil nilainya, semisal seribu rupiah. Di sekolah, di keluarga dibiasakan menyisihkan sebagian harta. Kalau anak kita bersama-sama berangkat sekolah khusus hari Jumat, mungkin kita bisa bekali dengan infak dan sedekah.
Sekolah juga dibuat program untuk menumbuhkembangkan kesadaran bersedekah sejak dini. Perlu sekolah membuat program, memfasilitasi anak-anak agar rajin berbagi, rajin bersedekah. Berapa pun sesuai dengan kemampuannya. Jadi, program seperti ini akan menjdi pembiasaan. Tentu, perlu ditanamkan dulu kesadaran dan keutamaannya supaya muncul kebiasaan. Sehingga, dia tumbuh menjadi orang yang rajin untuk bersedekah.
Kemudian, kalau di lingkungan keluarga, orang tua tentu menjadi teladan dalam urusan ini. Ayah dan ibu harus jadi teladan. Setiap ada orang kesusahan, berusaha membantunya. Ketika ada kaum dhuafa, diberikan anaknya uang untuk bersedekah. Pembiasaan seperti ini menjadi penting dan tentu orang tua menjadi teladan yang baik.
Maka, penting membentuk lingkungan yang kondusif untuk membangun semangat bersedekah dan itu perlu dengan program program yang berlanjut dan terpadu. Setiap ada bencana, ikut andil bersedekah sesuai kemampuannya sehingga anak tahu ayah dan ibunya rajin bersedekah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Shinzo Abe dan Warisannya untuk Muslim Jepang
Abe yang wafat di usia 67 tahun menjadi perdana menteri terlama di Jepang.
SELENGKAPNYAMembiasakan Anak Berzikir
Membangun budaya mencintai zikir harus dimulai dari contoh dan sikap orang tua itu sendiri.
SELENGKAPNYAWukuf Momen Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Manfaatkan waktu wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan amal ibadah.
SELENGKAPNYA