Koper-koper milik sejumah jamaah calon haji khusus dari Sari Ramada Arafah, nampak di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (2/7/2022) malam. | REPUBLIKA

Jurnal Haji

Subairi, Setia Menjaga Barang Keperluan Jamaah

Subairi sudah tinggal di Arab Saudi hampir seperempat abad.

OLEH ALI YUSUF dari Makkah

Subairi Ahmad (49 tahun) sibuk menata barang-barang agar tidak menghalangi orang yang lalu lalang keluar masuk Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah pada Rabu (6/7). Kala itu, sekitar pukul 18.28 WAS menjadi waktu sibuk-sibuknya pelayanan kesehatan KKHI kepada jamaah haji Indonesia.

Banyak tenaga kesehatan haji (TKH) kloter hilir mudik mengantar dan menjemput jamaah yang perlu diperiksa. Agar tidak menganggu, Subairi merapikan barang-barang yang menumpuk di lobi KKHI sebelum dibawa ke Mina di daerah Masyair. 

Terdapat aneka barang yang akan dibawa mulai dari makanan, minuman, dan perbekalan kesehatan. Ada juga perabotan rumah tangga seperti ember, tambang, hingga kipas angin. Semua barang yang akan digunakan untuk keperluan jamaah ini harus dijaga Subairi.

“Saya sedang jaga barang tidak boleh ditinggal,” kata Subari, Rabu (6/7).

 
Banyak tenaga kesehatan haji (TKH) kloter hilir mudik mengantar dan menjemput jamaah yang perlu diperiksa. 
 
 

Sebagian barang yang akan dibawa ke Mina berada di luar lobi KKHI. Untuk itu, Subairi menjaga ketat agar barang-barang tersebut tidak hilang.

Bapak empat orang anak ini merupakan tenaga pendukung kesehatan (TPK) yang bergabung dengan tim KKHI Madinah. Setiap penyelenggaraan ibadah haji, Subairi bersama TPK lainnya membantu PPIH Arab Saudi menyukseskan operasional penyelenggaraan kesehatan haji.

Sambil bekerja Subairi bercerita, dia sudah tinggal di Arab Saudi hampir seperempat abad. Dia pertama kali ke Saudi pada 1999 untuk menunaikan ibadah haji setelah selesai mondok. Ketika itu, usia Subairi masih 22 tahun. Belum terpikir olehnya bekerja dan menetap di sini seperti orang tuanya. 

Kedua orang tua Subairi sempat bekerja di rumah salah seorang warga Saudi. Namun kini sudah kembali ke Tanah Air. 

Orang tuanya yang meminta Subairi ke Saudi untuk melanjutkan pendidikan pesantrennya. Sebelumnya, Subairi mondok di Pondok Pesantren At-Taroqqi, Karongan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, selama tujuh tahun hingga 1997. 

 
Kedua orang tua Subairi sempat bekerja di rumah salah seorang warga Saudi. Namun kini sudah kembali ke Tanah Air. 
 
 

Dua tahun setelah keluar dari ponpes tersebut, dia berangkat ke Makkah untuk melanjutkan pendidikan seperti usulan orang tuanya.

“Tadinya bukan untuk kerja, tapi untuk ngaji,” ujarnya.

Saat di Makkah, dia menunaikan haji. Dia bersyukur sebab seusai menunaikan ibadah haji, dia mendapat kesempatan mengaji di majelis taklim yang dibimbing Syekh Muhammad Ibn Alawi al-Maliki. Selama tiga tahun, Subairi mengikuti kajian-kajian rutin yang digelar ulama berpengaruh di Makkah.

Saat itu murid-murid Syekh Muhammad Ibn Alawi al-Maliki berasal dari seluruh negara. “Sekarang pengajiannya masih ada tetapi tidak bebas seperti dulu. Yang melanjutkan putranya Syekh Ahmad bin Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani,” ujarnya.

Subairi bersama istri dan empat orang anaknya tinggal di rumah milik Fahad Abdul Wahab Nagro, tempat orang tuanya dulu bekerja. Dia tidak dipungut biaya sewa, namun harus bisa menyesuaikan diri dengan secara sukarela mengerjakan pekerjaan rumah tangga Fahd. 

 
Subairi senang tinggal di rumah keluarga besar Fahad meski bekerja tanpa menerima gaji. Sebab, jika membayar uang sewa rumah satu bulan di Saudi harus punya uang minimal 12 ribu riyal. 
 
 

Subairi senang tinggal di rumah keluarga besar Fahad meski bekerja tanpa menerima gaji. Sebab, jika membayar uang sewa rumah satu bulan di Saudi harus punya uang minimal 12 ribu riyal. 

Belum lagi harus membayar pajak untuk empat orang anaknya sekitar 2 ribu riyal. Untuk itu, baginya sistem kerja sukarela tanpa dibayar oleh keluarga Fahad sangat membantu ekonomi Subairi. 

"Alhamdulillah empat anak saya sekolah gratis di Arab Saudi,” kata dia.

Pelaksanaan musim haji kini sudah memasuki puncaknya. Suhairi bercerita, saat menunaikan ibadah haji pada 1999, tenda-tenda di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) masih sangat sederhana dan belum dirancang modern seperti sekarang yang tahan api dan bertingkat-tingkat.

“Dulu tenda-tenda itu atapnya masih seng,” kata dia.

Menurut dia, Mina kala itu juga belum diperluas seperti saat ini. Sebelum diperluas, gunung-gunung batu terlihat jelas. 

Lebih dari 4.000 Jamaah Jalani Tarwiyah

Penanggung jawab pelaksanaan tarwiyah harus memastikan anggotanya dalam keadaan sehat. 

SELENGKAPNYA

Tugas Berat Galtier

CEO PSG Nasser Al-Khelaifi, mengaku senang bisa mendatangkan Galtier.

SELENGKAPNYA

Pertamina: Harga Pertalite tak Naik

Pertamina akan terus memantau kondisi harga pasar terkait BBM.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya