Internasional
30 Jun 2022, 03:45 WIBIsrael Akui Iran Pesaing Utama Perang Siber
Isreal mengakui bahwa Iran bersama kelompok Hizbullah dan Hamas adalah pesaing paling dominan dalam perang siber
TEL AVIV -- Kepala Direktorat Siber Nasional Israel (INCD), Gaby Portnoy, mengakui bahwa Iran bersama kelompok Hizbullah dan Hamas adalah pesaing paling dominan dalam perang siber. Portnoy menambahkan, perang siber antara Teheran dan Tel Aviv terus meningkat.
"Kami melihat mereka, kami tahu cara kerjanya dan kami ada di sana," ujar Portnoy, dilansir Middle East Monitor, Rabu (29/6).
Portnoy mengkonfirmasi bahwa Israel sedang membangun sistem pertahanan Cyber Iron Dome. Sistem ini akan menggunakan mekanisme dan teknologi baru untuk memperkuat keamanan siber Israel.
Sistem Cyber Iron Dome juga akan mengurangi serangan siber, menyediakan data besar baru, dan pendekatan keseluruhan terhadap kecerdasan buatan untuk menyinkronkan deteksi real-time secara nasional. "Kita bergerak lebih cepat dari ketahanan ke pertahanan proaktif dengan menargetkan penyerang secara digital," ujar Portnoy.

Sementara Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengungkapkan, Iran telah meningkatkan aktivitas serangan sibernya secara signifikan. Dia mengeklaim, terdapat lebih dari 1.000 serangan siber terhadap negaranya setiap tahunnya. Gantz meyakini, peretas Iran termasuk dalam aktor penyerangan.
“Satu dekade lalu, Israel menghadapi beberapa serangan siber yang signifikan. Kini kami menghadapi lebih dari seribu serangan per tahun,” kata Gantz saat berbicara dalam acara Cyber Week Conference yang diselenggarakan Tel Aviv University, dikutip laman Israel National News, Rabu.
Dia mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah banyak mencegat upaya peretasan yang membidik perusahaan swasta dan publik di negaranya. Gantz menekankan, Israel mengetahui sistem siber dan metode operasi lawan-lawannya.
“Dalam konteks ini, dalam beberapa tahun terakhir, kami telah mengidentifikasi fenomena kelompok peretas Iran yang beroperasi melawan Israel dan negara-negara lain di kawasan serta dunia,” ujar Gantz.

Sementara pada Senin (27/6), salah satu perusahaan baja besar Iran yaitu Khuzestan Steel Co., terpaksa menghentikan produksi setelah terkena serangan siber. Ini menandai salah satu serangan terbesar di sektor industri strategis Iran dalam beberapa waktu terakhir. Sebuah kelompok peretas mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Peretas itu mengaku menargetkan tiga perusahaan baja terbesar Iran karena ketiganya terkait Garda Revolusi Iran dan milisi sukarelawan Basij. Kelompok tersebut membagikan rekaman kamera pengawas dari pabrik Khuzestan Steel Co, yang menunjukkan kebakaran besar meletus di jalur produksi billet baja setelah gangguan siber.
Khuzestan Steel Co mengatakan, pabrik harus berhenti bekerja sampai pemberitahuan lebih lanjut. Situs web perusahaan tidak aktif pada Senin. Namun, CEO Khuzestan Steel Co. Amin Ebrahimi mengeklaim bahwa perusahaan berhasil menggagalkan serangan siber dan mencegah kerusakan produksi yang akan berdampak pada rantai pasokan dan pelanggan.
Khuzestan Steel Co berbasis di Ahvaz di Provinsi Khuzestan barat daya yang kaya minyak. Perusahaan ini menguasai produksi baja di Iran bersama dengan dua perusahaan besar milik negara lainnya.
Setiap yang Berlebihan tidak Baik
Segala yang berlebihan termasuk dalam urusan ibadah bukan hanya tidak baik, melainkan juga ditolak dalam ajaran Islam.
SELENGKAPNYARisiko Reputasi Dalam Pandangan Syariah
Apakah reputasi itu bagian dari risiko yang harus dimitigasi atau tidak?
SELENGKAPNYABus Shalawat Dihentikan Sementara Jelang Armuzna
Potensi permasalahan diprediksi lebih besar karena jamaah sudah terpusat di Makkah.
SELENGKAPNYA
Yeyen Rostiyani
Redaktur
Kamran Dikarma
Reporter
Rizky Jaramaya
Reporter