Pedagang hewan kurban beraktivitas di tenda penjualan hewan kurban di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (21/6/2022). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

PMK Jangan Jadi Bencana

Angka infeksi makin tinggi dengan sebaran yang luas, sedangkan vaksinasi PMK pada ternak masih minim.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak makin mengkhawatirkan. Penyebarannya makin meluas. Sampai Selasa (21/6), tercatat total sudah 208 kabupaten/kota dari 19 provinsi di Tanah Air, yang ditemukan adanya ternak terinfeksi. 

Penambahan ternak yang terinfeksi dalam dua hari terakhir mencapai 4.510 ekor. Total ternak yang terkena PMK per Selasa (21/6) sudah mencapai 214.991 ekor ternak. Sebanyak 1.242 ekor di antaranya mati.

Sementara itu, upaya pencegahan PMK masih belum berjalan maksimal. Program vaksinasi terhadap ternak berkuku dua yang sudah dimulai pada Selasa (14/6) pekan lalu masih sangat rendah atau lambat. Dalam catatan Kementerian Pertanian (Kementan), ternak yang telah divaksinasi dalam sepekan terakhir baru sebanyak 1.571 ekor. Masih kecil sekali angkanya.

Pemerintah memang telah mempersiapkan pengadaan tiga juta dosis vaksin PMK darurat. Pengadaan tahap pertama vaksin darurat sebanyak 800 ribu dosis dan tahap selanjutnya 2,2 juta dosis. Sebagian vaksin tahap pertama telah tiba pada Ahad (12/6), sebanyak 10 ribu dosis. Pengiriman vaksin berikutnya dari tahap pertama dengan total 800 ribu dosis tiba kembali di Indonesia pada Kamis (16/6).

 
Program vaksinasi berpacu dengan waktu. Angka infeksi makin tinggi dengan sebaran yang luas, sedangkan vaksinasi yang dilakukan masih minim.
 
 

Program vaksinasi berpacu dengan waktu. Angka infeksi makin tinggi dengan sebaran yang luas, sedangkan vaksinasi yang dilakukan masih minim.

Kita tentu saja khawatir jika tidak bisa segera diatasi, PMK akan menjadi bencana. Dampaknya akan sangat besar, bukan hanya soal ketersediaan pasokan daging, melainkan juga dampak kesehatan.

Tidak ada jalan lain, kecuali mempercepat distribusi vaksin dan vaksinasi hewan ternak. Pemerintah mesti berburu vaksin PMK, seperti saat kita menghadapi pandemi Covid-19.

Pemerintah juga harus memberikan perhatian ekstra terhadap daerah-daerah, yang kasus PMK-nya sangat tinggi. Daerah-daerah tersebut mestinya menjadi fokus pemberian vaksin PMK dan penindakan untuk mencegah penyebaran PMK.

Selain progam vaksinasi, upaya sosialiasi pencegahan PMK juga perlu digencarkan, khususnya kepada pemilik hewan ternak. Peternak perlu diedukasi agar mengerti dan dapat melakukan pencegahan PMK. Dengan begitu, mereka dapat melakukan langkah yang tepat dalam menangani ternak yang terinfeksi PMK.

 
Kita tentu saja khawatir jika tidak bisa segera diatasi, PMK akan menjadi bencana. Dampaknya akan sangat besar, bukan hanya soal ketersediaan pasokan daging, melainkan juga dampak kesehatan.
 
 

Perlu juga diterapkan protokol kesehatan khusus hewan agar PMK tidak cepat menyebar. Bila tidak demikian, selama menunggu vaksin tiba, penularan PMK hanya menunggu waktu dan giliran.

Dan tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah jumlah vaksin, yang kemungkinan akan jauh lebih kecil dibandingkan jumlah ternak yang ada. Selain berburu vaksin PMK, perlu ada langkah lain untuk mengadang penyakit ini.

Jika tidak, dengan melihat perkembangan jumlah ternak yang sudah terinfeksi dan luasnya wilayah terdampak, PMK benar-benar akan menjadi bencana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kopi Robusta Ki Demang yang Menggurita dari Kaki Gunung Batu

Kopi Ki Demang menjadi destinasi wisatawan penikmat kopi.

SELENGKAPNYA

Kolaborasi untuk Pengendalian Perubahan Iklim

Upaya mengatasi ancaman perubahan iklim membutuhkan kolaborasi semua pihak.

SELENGKAPNYA

BPKH Siapkan Investasi di Sektor Properti

Sarana Jaya sedang mencari alternatif sumber pembiayaan.

SELENGKAPNYA