Petani saat merawat tanaman di tempat budi daya tanaman hias, Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Senin (23/9/2019). Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Liferdi Lukman menyatakan, Kementerian Pertanian mendorong pengembanga | ANTARA FOTO

Ekonomi

Wapres: Florikultura Berprospek Jadi Unggulan Ekspor

Wapres mengatakan, tanaman florikultura mencatatkan pertumbuhan ekspor yang positif selama pandemi Covid-19.

JAKARTA — Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengatakan, florikultura atau tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek cerah sebagai komoditas unggulan ekspor. Hal ini karena pada tahun lalu tercatat ekspor tanaman hias mengalami pertumbuhan drastis hingga 98 persen atau mencapai lebih dari 17 juta dolar AS.

"Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, dan memiliki prospek sangat cerah, sebagai komoditas unggulan ekspor ataupun untuk pemasaran di dalam negeri," kata Wapres dalam sambutannya secara daring dalam acara pembukaan Kontes Nasional Aglaonema Nusantara tahun 2022, di Jakarta, Ahad (29/5).

Wapres mengatakan, tanaman florikultura mencatatkan pertumbuhan ekspor yang positif selama pandemi Covid-19. Berdasarkan data Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), ekspor tanaman hias tahun 2021 mampu mencatatkan pertumbuhan hingga 98 persen atau mencapai lebih dari 17 juta dolar AS.

Wapres menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki spesies aglaonema bervariasi serta penghasil aglaonema hybrid berkualitas. Aglaonema sangat potensial untuk dikembangkan di dalam negeri, terlebih dengan dukungan iklim tropis di Indonesia.

Namun, kata Wapres, patut disayangkan karena sampai saat ini bibit aglaonema yang jumlahnya ratusan ribu pohon masih diimpor dari luar negeri. Padahal, menurut dia, potensi dalam negeri sangat memungkinkan apabila ada upaya-upaya untuk mengembangkannya.

Seiring dengan kebutuhannya setiap bulan, Wapres menyampaikan, harapan pemerintah terhadap pengembangan Aglaonema oleh petani dapat terus meningkat. Pemerintah berharap agar para petani Aglaonema ini dapat berkembang maju, sehingga kebutuhan setiap bulan, sekitar 600 ribu pohon dapat dipenuhi.

Wapres mengajak semua pihak memajukan tanaman hias Indonesia dengan memenuhi kebutuhan tanaman hias dari dalam negeri, serta mengekspornya ke mancanegara. Pemenuhan kebutuhan tanaman hias dalam negeri, selain mempunyai potensi ekonomi yang besar, sekaligus merupakan proses pembudidayaan berbagai tanaman hias demi menjaga kelestariannya.

Menurut Wapres, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pengembangan inovasi, serta kolaborasi lintas sektor khususnya dalam pendampingan kepada petani Aglaonema perlu dilakukan. Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan juga tidak kalah penting untuk memajukan sektor tersebut, di antaranya untuk keperluan pelatihan dan pendampingan kepada para petani hias Aglaonema.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Aglaonema Nusantara Agus Cholik mengajak seluruh penggiat Aglaonema untuk berkolaborasi memajukan Aglaonema Indonesia. “Kami berharap dengan kondisi ini, seperti berkolaborasi bersama antara pemerintah, stakeholder di Asosiasi Aglaonema Nusantara, dan seluruh penggiat mari bersama-sama untuk kita ciptakan swasembada Aglaonema di Indonesia,” kata Agus.

Kontes Aglaonema Nusantara merupakan kompetisi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Aglaonema Nusantara (ASA), yang menilai Aglaonema dari berbagai kelas, seperti kelas jouvenille, kelas tunggal dewasa, hingga kelas majemuk. 

Sebelumnya, eksportir muda tanaman hias, Riki Subagja, mengatakan, bisnis pertanian sangat menjanjikan karena permintaan di pasar global sangat tinggi. Menurut dia, permintaan saat ini masih belum sepenuhnya dapat terpenuhi sehingga peluang masih terbuka luas.

“Bisnis pertanian ini sangat menjanjikan asal kita mau terus berinovasi karena untuk tanaman hias kita perlu terus tingkatkan daya saing produk kita sehingga mampu menembus pasar ekspor berbagai negara,” kata Riki, beberapa waktu lalu.

Riki menjelaskan, saat ini pemerintah benar-benar memberikan kemudahan bagi para eksportir salah satunya pada pengurusan administrasi karantina tanaman. Tidak hanya itu, pemerintah juga mendorong peningkatan kualitas ekspor melalui berbagai pelatihan.

“Dulu tantangan saya dalam melakukan ekspor ada lima, yakni kemudahan, kualitas, kapasitas, kontinuitas, dan inovasi. Sekarang dua tantangan sudah terjawab dengan kemudahan yang diberikan karatina pertanian,” kata Riki.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jurnalis Republika Pergi Haji

Cuaca di Makkah dan Madinah yang sedang panas-panasnya juga akan jadi tantangan tersendiri.

SELENGKAPNYA

Dugaan Pungli di Pengurusan Sertifikat Prona

Warga Sunter Agung dipungut biaya hingga puluhan juta.

SELENGKAPNYA

Atlet Muda Bulu Tangkis Borong Gelar di Eropa

Mereka mengharumkan nama bangsa di mata dunia.

SELENGKAPNYA