Umat Islam menjalankan shalat Idul Fitri di Masjid Jama, New Delhi, India, Selasa (3/5/2022). | AP/Manish Swarup

Kisah Mancanegara

'Soal Azan, Kami Harus Menjaga Ketenangan'

Pemimpin Muslim India menilai ada upaya merusak hak umat Islam atas kebebasan beribadah.

OLEH RIZKY JARAMAYA

Di ruangannya yang dipenuhi deretan buku dan kitab, Mohammed Ashfaq Kazi memeriksa desibel meter yang tersambung dengan pengeras suara masjid. Saat itu, ia bersiap untuk mengumandangkan azan.

“Volume azan telah menjadi masalah politik, tetapi saya tidak ingin itu menjadi masalah komunal,” kata Kazi, Ahad (8/5). Ia menunjuk pada pengeras suara yang terhubung dengan menara di masjid berwarna tanah itu.

Kazi adalah imam utama di Masjid Juma, masjid terbesar di Mumbai, Negara Bagian Maharashtra, India. Ia termasuk salah satu cendikiawan Muslim terkemuka di kawasan Pantai Barat India.

Kazi dan tiga ulama senior lainnya dari Maharashtra mengatakan, lebih dari 900 masjid di Mumbai telah setuju untuk mengecilkan volume azan menyusul keluhan dari seorang politisi Hindu setempat.

April lalu, Raj Thackeray, pemimpin partai Hindu regional Maharashtra Navnirman Sena, menuntut agar masjid dan tempat ibadah lainnya berada dalam batas suara yang diizinkan. Jika mereka tidak mematuhi aturan, Thackeray dan para pengikutnya akan melantunkan doa mereka di luar masjid sebagai bentuk protes.

photo
Umat Islam menjalankan shalat Idul Fitri di Masjid Jama, Ahmedabad, India, Selasa (3/5/2022). - (AP/Ajit Solanki)

Partai Thackeray hanya memiliki satu kursi di majelis negara bagian yang beranggotakan 288 orang. Thackeray bersikeras agar putusan pengadilan tentang tingkat kebisingan ditegakkan.

"Jika agama adalah urusan pribadi, lalu mengapa umat Islam diizinkan menggunakan pengeras suara selama 365 hari (dalam setahun)? Saudara, saudari, dan kaum ibu yang beragama Hindu, datanglah bersama-sama; bersatulah dalam menurunkan pengeras suara ini," ujar Thackeray kepada para wartawan di Mumbai.

Para pemimpin Muslim India melihat langkah tersebut merupakan upaya umat Hindu garis keras untuk merusak hak umat Islam atas kebebasan beribadah dan ekspresi keagamaan. Langkah ini diduga telah mencapai kesepakatan secara diam-diam dari Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa.

BJP tidak menanggapi permintaan komentar atas inisiatif Thackeray. BJP menyangkal telah menargetkan minoritas dan menginginkan perubahan progresif yang menguntungkan semua warga India.

Kazi mengatakan, dia memenuhi tuntutan Thackeray untuk mengurangi risiko kekerasan antara Muslim dan Hindu. Bentrokan berdarah telah meletus secara sporadis di seluruh India sejak kemerdekaan. Insiden paling baru terjadi pada 2020 ketika puluhan orang yang sebagian besar merupakan Muslim tewas di Delhi.

Mereka tewas dalam aksi protes terhadap undang-undang kewarganegaraan yang mendiskriminasi umat Muslim. Sementara, para pemimpin Hindu garis keras berusaha untuk melemahkan Islam.

"Kami (umat Muslim) harus menjaga ketenangan," ujar Kazi.

Polisi turun tangan

Awal Mei, pejabat senior polisi bertemu dengan para pemimpin agama termasuk Kazi untuk memastikan agar mikrofon di tempat ibadah mereka dimatikan. Polisi khawatir akan terjadi bentrokan di Maharashtra yang merupakan rumah bagi lebih dari 10 juta Muslim dan 70 juta warga Hindu.

Pada Sabtu (7/5) polisi mengajukan kasus pidana terhadap dua pria di Mumbai karena menggunakan pengeras suara untuk melantunkan azan Subuh. Polisi juga memperingatkan para anggota Partai Thackeray agar tidak berkumpul di sekitar masjid. 

photo
Petugas keamanan menjaga pelaksanaan shalat Idul Fitri di Jammu, India, Selasa (3/5/2022). - (AP/Channi Anand)

"Dalam situasi apa pun kami tidak akan membiarkan siapa pun menciptakan ketegangan komunal di negara bagian dan perintah pengadilan harus dihormati," kata seorang pejabat polisi senior Mumbai, VN Patil.

Seorang pejabat senior Partai Thackeray, Kirtikumar Shinde, mengatakan, seruan untuk mengurangi kebisingan tidak hanya menyasar umat Islam. Tetapi, bertujuan untuk mengurangi "polusi suara" yang diciptakan oleh semua tempat ibadah.

"Partai kami (tidak bertugas) untuk memenuhi tuntutan komunitas minoritas," kata Shinde.

Namun, isu suara azan tak hanya ada di Maharashtra. Politisi BJP di tiga negara bagian meminta polisi setempat untuk menghapus atau membatasi penggunaan pengeras suara di tempat-tempat ibadah. Wakil Kepala Menteri Negara Bagian Uttar Pradesh, mengatakan, lebih dari 60 ribu pengeras suara telah dicopot dari masjid-masjid dan kuil-kuil.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Ekonomi Kian Pulih

BPS mencatat aktivitas produksi, konsumsi, dan investasi mengalami peningkatan.

SELENGKAPNYA

Presiden Targetkan Tiga Besar di SEA Games

Tim Indonesia yang akan berpartisipasi dalam gelaran SEA Games tahun ini berjumlah 499 atlet yang terdiri dari 313 atlet putra dan 186 atlet putri.

SELENGKAPNYA

Minyak Goreng Hingga Bensin Kerek Inflasi

Tingginya angka inflasi pada April memberikan sentimen negatif terhadap kurs rupiah.

SELENGKAPNYA