
Laporan Utama
Berburu Kemuliaan di Sesaknya Malam
Rasulullah fokus pada sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk beriktikaf
OLEH ANDRIAN SAPUTRA
Lailatul Qadar disebut juga sebagai malam yang sesak. Malam ini begitu sempit dengan begitu banyak malaikat yang mendoakan hamba-hamba Allah SWT. Mereka berburu masjid dan musHala untuk melaksanakan sunah iktikaf pada sepuluh hari terakhir.
Lantunan Alquran berpadu dengan tangisan. Ringkihan tobat dan untaian doa terdengar demi bisa bertemu dengan Ramadhan selanjutnya.
Memburu Rahasia Allah
Rasulullah SAW senantiasa mengisi sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan beriktikaf. Contoh dari Rasulullah ini menunjukkan bahwa iktikaf merupakan ibadah sunah yang memiliki keutamaan tersendiri, terlebih bila istiqamah dikerjakan pada akhir Ramadhan.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi mengatakan, iktikaf dapat menghapus dosa. Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa orang yang beriktikaf akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
Terlebih, apabila iktikaf dikerjakan pada akhir Ramadhan sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Menurut Kiai Zubaidi, orang yang melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan berpotensi besar mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.
View this post on Instagram
"Dengan kita beriktikaf setiap malam pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu insya Allah kita akan bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar. Karena berdasarkan riwayat-riwayat hadis itu dijelaskan malam Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, di malam-malam ganjil, yang jelas itu rahasia Allah," kata Kiai Zubaidi kepada Republika beberapa waktu lalu.
Kiai Zubaidi menjelaskan, dalam hadis lain disebutkan bahwa orang yang qiyamul lail (bangun di tengah malam untuk mendekatkan diri kepada Allah) terutama pada malam Lailatul Qadar dengan iman maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Menurut Kiai Zubaidi, orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadar maka ibadahnya itu lebih baik dari orang yang beribadah selama seribu bulan. Sebab itu, ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW fokus untuk iktikaf di masjid bahkan hingga tidak menjumpai istri-istrinya. Upaya Rasulullah tersebut dalam rangka taqarub ilallah.

Dia menjelaskan, beriktikaf bisa dilakukan dalam waktu singkat atau pun dalam waktu lama. Hanya saja, apabila mencontoh Rasulullah SAW, maka Nabi tetap beriktikaf sepanjang hari selama sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Kiai Zubaidi menjelaskan, orang yang datang ke masjid lalu duduk dan berniat iktikaf maka telah meraih pahala. Terlebih, apabila dia mengisinya dengan bertilawah Alquran dan ibadah lainnya sehingga pahalanya berlipat ganda.
Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zainuddin mengatakan, iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan salah satu ibadah utama yang melengkapi keutamaan puasa Ramadhan. Bukti keutamaannya adalah bahwa ibadah iktikaf dipraktikkan sendiri oleh Rasulullah. Rasul senantiasa melakukan iktikaf di pengujung bulan Ramadhan kecuali apabila ada halangan yang menyebabkan rasul tidak dapat melakukannya.
Menurut dia, salah satu tujuan iktikaf pada akhir Ramadhan adalah agar dapat meraih Lailatul Qadar dalam keadaan sedang mengkhususkan diri beribadah. Seorang Muslim pun mendapat keutamaan pahala satu malam itu seperti beribadah selama seribu bulan.
"Siapa pun yang beribadah dan dimanapun, mempunyai peluang meraih pahala Lailatulailatul Qadar, apabila ia mencari dengan sungguh-sungguh dan meniatkannya dengan tulus ikhlas. Tetapi orang yang mencarinya dengan mengkhususkan diri melalui iktikaf sepanjang sepuluh hari, tentu lebih besar peluangnya untuk mendapatkan kesempatan malam agung Lailatul Qadar," kata Kiai Jeje.
Kiai Jeje mengatakan tuntunan Iktikaf sebagaimana dipraktikan Rasulullah adalah diawali waktu Subuh hari ke dua puluh satu Ramadhan. Orang yang hendak beriktikaf mengambil tempat khusus di masjid.
Dia melakukan berbagai macam jenis ibadah, baik itu shalat wajib, shalat sunnah, tilawah Alquran, berzikir, dan berdoa. Dia pun meninggalkan aktivitas apapun di luar masjid.
Selain itu, selama iktikaf dilarang keluar masjid tanpa hajat yang syar'i. Dilarang juga pulang ke rumah dan bercampur suami istri, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang menyebabkan orang tersebut meninggalkan masjid.
Maka dari itu, para ulama fiqih menjelaskan bahwa seseorang yang hendak beriktikaf harus memenuhi rukun iktikaf yakni berniat iktikaf, dan berdiam di dalam masjid. Selain itu orang yang hendak beriktikaf harus memenuhi syarat iktikaf yakni suci dari hadats besar, berakal dan seorang Muslim.
Menyiapkan Iktikaf di Pengujung Ramadhan
Masjid-masjid di berbagai daerah telah melakukan persiapan untuk menyambut jamaah yang ingin beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Salah satunya yakni apa yang dilakukan Dewan Kemakmuran Masjid Masjid Raya Bandung (DKM-MRB). Pihak masjid menyiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk para jamaah yang akan melaksanakan iktikaf.
Kasubbid Pemuda dan Remaja DKM MRB, Zainal Mustofa mengatakan, program iktikaf akan diadakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. DKM MRB menyiapkan tempat iktikaf di ruang utama bagi jamaah pria dan wanita.
DKM MRB juga akan memfasilitasi santap sahur bagi jamaah yang beriktikaf. Zainal mengatakan ada beragam program menarik pada sepuluh hari terakhir Ramadhan terlebih untuk memotivasi masyarakat beriktikaf.
Di antara program tersebut yakni haflah tilawah para qari dari internal DKM MRB, qori nasional dan internasional. Selain itu program semaan Alquran yang akan diikuti oleh para santri penghafal Alquran.
Mereka merupakan santri yang tergabung dalam peserta Satu Desa Satu Hafidz (SADESHA) Pemprov Jawa Barat. Menurut Zainal, biasanya di akhir kegiatan banyak jamaah yang menitipkan donasi tumpeng atau makan sahur bersama sebagai penutup acara.
Zainal memastikan penerapan prokes pencegahan Covid-19 masih tetap dijalankan dengan ketat. Dia menjelaskan, tanda jaga jarak di ruang utama masih terpasang. Jamaah juga tetap diimbau menggunakan masker dan hand sanitizer.
"Bagi jamaah yang akan melaksanakan ibadah iktikaf di DKM MRB, mohon lebih dahulu persiapkan fisik, jaga kesehatan, bawa peralatan ibadah masing-masing, jangan lupa obat-obatan pribadi. Insya Allah untuk minum dan makan sahur, semoga bisa disiapkan oleh pihak pengurus DKM MRB," kata Zainal kepada Republika beberapa waktu lalu.

Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah merencanakan program iktikaf yang akan diadakan sejak hari ke-19 malam ke-20 Ramadhan. Program iktikaf akan berlangsung sampai sore hari menjelang 1 Syawal.
Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Muhammad Jazir mengatakan, iktikaf juga terbuka bagi jamaah di luar Jogokariyan. Hanya saja bagi masyarakat selain warga Jogokariyan dibatasi sebanyak 150 orang terdiri dari 100 jamaah pria dan 50 jamaah wanita.
Menurut Ustaz Jazir, hal ini dikarenakan keterbatasan sarana mandi cuci kakus (MCK) yang hanya tersedia 36 unit. Karena itu, jauh-jauh hari Masjid Jogokariyan telah membuka pendaftaran bagi jamaah luar.

Dia menjelaskan, sejak pendaftaran dibuka pada H-6 Ramadhan, kuota jamaah iktikaf langsung habis. Lain halnya dengan warga Jogokaryan yang tidak perlu mendaftar untuk bisa beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Menurut ustaz Jazir, warga Jogokariyan bisa mengakses fasilitas MCK di rumahnya masing-masing. Lebih lanjut dia menjelaskan Masjid Jogokariyan menyiapkan buka dan sahur bersama, ekstra fooding, kajian dan pendampingan. Kendati demikian, Ustaz Jazir mengatakan pihaknya memastikan prokes pencegahan Covid-19 tetap diterapkan.
Sementara itu DKM Masjid Agung Sunda Kelapa juga telah bersiap menyambut jamaah yang akan beriktikaf. Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Akhmad Zaini mengatakan pengurus telah menyiapkan petugas keamanan, fasilitas kesehatan hingga menyediakan makan sahur bagi jamaah yang iktikaf.
Menurut Zaini pada malam hari jamaah akan diajak untuk shalat sunah dan berzikir serta mengikuti kajian singat hingga tiba waktu sahur. Zaini mengatakan meski telah ada pelonggaran prokes seperti tidak lagi memberlakukan jaga jarak, tapi jamaah tetap diimbau untuk menggunakan masker. Selain itu jamaah diharapkan membawa sajadah dari rumah masing-masing.

"Untuk jaga-jaga jamaah membludak dan persediaan sahur tidak cukup kami menyarankan agar membawa uang dari rumah. Jika persediaan sahur tidak cukup, kami arahkan sahur ke Bazar Ramadhan Masjid Agung Sunda Kelapa. Dan yang penting juga adalah niat yang sungguh-sungguh," kata dia.
Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Ad Daruquthni mengingatkan para takmir masjid yang menyelenggarakan iktikaf agar tetap menerapkan protokol kesehatan sehubungan pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Ia juga meminta agar takmir masjid memastikan kondusifitas dan keamanan jamaah yang mengikuti iktikaf.
"Para DKM atau takmir yang menyelenggarakan ibadah iktikaf untuk lailatul Qadr bener-benar mempersiapkan kondisi masjid yang kondusif dan menjamin keamanan bagi semua jamaah baik laki-laki maupun perempuan lebih-lebih karena ibadah iktikaf itu berlangsung malam hari sampai waktu fajar," kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Maksimalkan Ibadah demi Lailatul Qadar
Langit disesaki malaikat yang turun ke bumi pada malam Lailatul Qadar.
SELENGKAPNYAKhubaib bin Adi, Menahan Siksa Demi Agama Allah
Setiap hari, Khubaib bin Adi harus menerima siksaan.
SELENGKAPNYA