Warga Palestina memertahankan Kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem dari serangan pasukan Israel, Jumat (15/4/2022). | AP Photo/Mahmoud Illean

Tajuk

Mengingat Lagi Palestina

Sampai saat ini, belum ada langkah efektif menghentikan agresi Israel ke Palestina.

Peristiwa beruntun menerpa Palestina. Pada Jumat (15/4) menjelang Subuh lalu, pasukan Israel menyerbu Masjid al-Aqsha, Yerusalem. Sekitar 150 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Yordania dan Otoritas Palestina segera mengeluarkan pernyataan.

Mereka mengecam dan menilai aksi pasukan Israel akan memicu situasi tak kondusif. Kecaman juga dilayangkan Mesir. Pada hari berikutnya, Uni Emirat Arab mendesak Israel menahan diri dan menghormati hak warga Palestina beribadah di al-Aqsha.

Kemenlu Bahrain menegaskan, Israel telah melakukan provokasi atas tindakan pada Jumat. Kemenlu, Indonesia mengecam keras aksi kekerasan bersenjata aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina, yang memakan korban jiwa dan luka-luka.

Tindakan kekerasan terhadap warga sipil tersebut, menurut Indonesia  tidak dapat dibenarkan dan harus segera dihentikan, apalagi dilakukan di tempat ibadah Masjid al-Aqsha di bulan suci Ramadhan.​

 
Tindakan kekerasan terhadap warga sipil tersebut, menurut Indonesia  tidak dapat dibenarkan dan harus segera dihentikan, apalagi dilakukan di tempat ibadah Masjid al-Aqsha di bulan suci Ramadhan.​
 
 

Berita laman Aljazirah, Senin (18/4) menyatakan, pesawat tempur Israel menyerang Gaza. Merespons serangan roket dari Gaza ke wilayah selatan Israel menyusul ketegangan yang sebelumnya terjadi di Masjid al-Aqsha.

Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa (19/4) menyatakan tak ada korban jiwa akibat serangan Israel itu. Pada Selasa pagi, Hamas juga menyatakan, sayap militer mereka, Brigade Ezzedine al Qassam telah membalasnya dengan tembakan rudal.

Dengan peristiwa tersebut, ada potensi perlawanan kembali dikobarkan dari Gaza dan wilayah ini menjadi target serangan Israel. Kita berharap tidak terjadi apalagi kondisi ekonomi dan infrastruktur Gaza yang memprihatinkan akibat dikurung dan diserang Israel.  

Berulang kali dibangun, berulang kali pula lantak akibat saling adu serangan antara Hamas dan Israel. Bila akhirnya terjadi serangan masif ke Gaza dan korban mulai berjatuhan, negara-negara OKI dan dunia mungkin juga hanya bisa sebatas mengecam.

Sampai saat ini, belum ada langkah efektif menghentikan Israel. Negara-negara Arab yang telah lama maupun yang baru-baru saja menormalisasi hubungan dengan Israel dengan alasan bisa memengaruhi Israel, tampaknya juga belum ada hasilnya.

 
Sampai saat ini, belum ada langkah efektif menghentikan Israel.
 
 

Soal permukiman di Tepi Barat, Israel terus memperluasnya meski dunia menyatakan itu melanggar aturan internasional dan merampas hak warga Israel. Mungkin Israel memang menunda untuk meredakan kecaman, tapi pada akhirnya dilakukan juga.

Posisi tawar negara-negara OKI juga tak bisa sepenuhnya diandalkan dan Palestina tampaknya masih harus terus bersabar untuk mendapatkan bantuan apapun dari mereka demi menyelesaikan konfliknya dengan Israel.

Organisasi internasional seperti PBB, juga belum bisa tuntas mengakhiri pendudukan Israel di Palestina. Saling mengunci langkah biasanya terjadi di Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mencegah lolosnya resolusi. Padahal resolusi DK ini sifatnya mengikat.

Saling menggunakan hak veto  negara-negara besar AS tentu paling depan untuk memveto resolusi apapun yang menyudutkan sekutunya, Israel. Negara besar, memanfaatkan hak veto di DK PBB untuk melindungi kepentingan dan keselamatan sekutunya.

Perundingan damai sampai saat ini belum kembali dilakukan untuk memutuskan solusi atas Israel-Palestina. Butuh langkah solid dari negara-negara OKI agar memiliki posisi tawar lebih tinggi dan bisa memengaruhi negara besar agar lebih adil terhadap nasib Palestina.

Paling tidak, ada satu alasan kuat untuk bersatu, yaitu nasib Palestina dan warganya yang saat ini harus menanggung penderitaan baik di negerinya sendiri maupun kamp-kamp pengungsian. Dengan serangkaian peristiwa di al-Aqsha dan serangan atas Gaza, semoga dunia mengingat lagi atas nasib Palestina. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Atiqah dan Kesabaran Istri Syuhada

Atiqah sempat menikah empat kali dengan pria-pria terbaik dari generasi awal Islam.

SELENGKAPNYA

Membedakan Antara Feeling dan Emotion

Sering kali kita menyamakan antara feeling dan emotion.

SELENGKAPNYA

Menelusuri Sejarah Pembangunan Ka'bah dari Sisi Arkeologi

Ka’bah merupakan fitur yang menyimpan sejarah panjang umat manusia.

SELENGKAPNYA