Pengungsi perempuan dan anak-anak menaiki kereta api meninggalkan Ukraina menuju Medyka, Polandia, Rabu (9/3/2022). | AP/Visar Kryeziu

Tajuk

Mengakhiri Konflik

AS, Rusia, Uni Eropa, dan negara lain mesti berkontribusi dalam memperbaiki konflik saat ini.

Konflik yang melibatkan Rusia dan Ukraina hingga kini belum ada pertanda bakal berakhir. Pertemuan menlu Rusia dan Ukraina di Turki, Kamis (10/3), yang menjadi putaran pembicaraan lanjutan kedua negara tak membuahkan hasil.

Tak ada gencatan senjata, apalagi pernyataan berakhirnya perseteruan atau perang. Serangan Rusia terhadap Ukraina yang bermula pada 24 Februari lalu, masih berlangsung. Dua belah pihak sampai saat ini, tampaknya tak hendak mundur.

Mereka bertahan dengan sikap masing-masing yang dianggapnya benar. Rusia bersikeras dengan sikapnya meski negara-negara Barat, anggota NATO dan Uni Eropa (UE) menjatuhkan sanksi ekonomi. Sebaliknya, Rusia membalas sanksi tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan, melarang ekspor lebih dari 200 produk Rusia ke negara-negara Barat. Mulai dari peralatan medis, alat pertanian, gerbong kereta api, hingga turbin. Rusia pun menegaskan bisa menghentikan pasokan migas ke Eropa.

 
Belum tahu sampai kapan persoalan ini pungkas. Hal yang pasti, korban berjatuhan, infrastruktur rusak bahkan hancur, warga Ukraina mesti mengungsi.
 
 

Muncul pula ide nasionalisasi aset, terhadap perusahaan-perusahaan asing yang semula beroperasi kemudian menghentikan operasinya di Rusia. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, mengkritik langkah yang dianggap tak berlandaskan hukum itu.

Psaki mewanti-wanti pula tindakan Rusia tersebut bakal membuat ekonomi kian terpukul. Dampak ekonomi bukan saja memukul Rusia-Ukraina, negara-negara Eropa, melainkan juga dunia dengan naiknya harga komoditas dan migas.

Belum tahu sampai kapan persoalan ini pungkas. Hal yang pasti, korban berjatuhan, infrastruktur rusak bahkan hancur, warga Ukraina mesti mengungsi dari tempat tinggalnya menuju tempat lebih aman di dalam negeri atau menyeberang ke negeri tetangga.

Merujuk pemberitaan Aljazirah, Jumat (11/3), Kongres AS pada Kamis (10/3) tengah malam waktu setempat meloloskan undang-undang terkait paket bantuan untuk Ukraina sebesar 13,6 miliar dolar AS, yakni bantuan militer dan penanganan pengungsi.

 
Meski mereka memberikan bantuan kemanusiaan, apakah bisa mengembalikan rasa aman dan nyaman warga Ukraina yang selama ini tinggal di rumah dan negerinya sendiri? 
 
 

Setidaknya, ada sekitar 2,5 juta warga Ukraina yang kini mengungsi. Sekutu dekat AS, Inggris, pun menempuh langkah hampir serupa. Mengutip BBC, Ahad (13/3), Inggris menawarkan skema Homes for Ukraine.

Setiap rumah tangga di Inggris ditawari 350 poundsterling per bulan, bagi yang bersedia membuka pintunya untuk pengungsi Ukraina. Kalau saja, kedua negara besar ini, tak ikut memicu perseteruan Rusia-Ukraina, tentu mereka tak perlu mengeluarkan dana-dana itu.

Meski mereka memberikan bantuan kemanusiaan, apakah bisa mengembalikan rasa aman dan nyaman warga Ukraina yang selama ini tinggal di rumah dan negerinya sendiri? Butuh iktikad juga dari Rusia untuk menghentikan serangannya.

Butuh kerja ekstrakeras lagi dari dunia untuk menghentikan situasi di Ukraina. Menekan ego hegemoni, niatan memperluas kekuasan dengan melibatkan pihak lain dengan iming-iming, tentu menjadi awalan baik untuk menyelesaikan masalah di Ukraina.

 
Kita semua mestinya melihat kembali kondisi Irak, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan negara-negara yang dilanda konflik bersenjata. 
 
 

Adu kuat pengaruh dan senjata tak akan membawa kita ke mana-mana kecuali kesedihan, kepedihan, dan kehilangan. Tak ada yang untung meski ada yang menang. Semuanya merugi.

Kita semua mestinya melihat kembali kondisi Irak, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan negara-negara yang dilanda konflik bersenjata. Semua porak-poranda dan sarat air mata. Maka itu, semoga dengan melihat dampak yang ada saat ini, semua pihak mau duduk bersama.

Bersama-sama dengan niatan baik, menyelesaikan perseteruan yang ada. Jadi, tak ada lagi kerusakan lebih besar atau korban jiwa yang kian banyak. AS, Rusia, Uni Eropa, dan negara lain dunia, mesti berkontribusi dalam memperbaiki kondisi yang buruk saat ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Turki Erdogani Menuju Nol Seteru

Turki Erdogani kini menuju nol krisis atau nol seteru terkait politik luar negerinya.

SELENGKAPNYA

Kesamaan Nama Presiden Rusia dengan Presiden Ukraina

Dalam bahasa Rusia, Zelenskiy dan Putin memiliki nama depan yang sama yaitu Vladimir.

SELENGKAPNYA

Rusia Bombardir Pangkalan Militer Ukraina di Dekat Polandia

Situs yang diserang Rusia itu terletak kurang dari 25 kilometer dari perbatasan Polandia.

SELENGKAPNYA