Sejumlah warga antre membeli sembako murah di Kelurahan Cililitan, Jakarta, Rabu (2/2/2022). | ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Tajuk

Sinyalemen Inflasi

Semoga sinyalemen inflasi yang dicatat BPS awal tahun ini menjadi pertanda pemulihan ekonomi nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan laju inflasi pada Januari 2022 lebih tinggi ketimbang periode sama tahun lalu. Inflasi Januari 2022 secara bulanan 0,56 persen, sedangkan secara tahunan 2,18 persen.

Pada masa yang sama setahun lalu, laju inflasi secara bulanan 0,26 persen dan secara tahunan 1,55 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil inflasi tertinggi. Diikuti daging ayam ras, ikan segar, dan beras.

Kelompok berikutnya, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi memberikan andil tertinggi kelompok ini. Selanjutnya, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga.

Harga sabun detergen cair dan upah asisten rumah tangga disebut menyumbang andil besar pada kelompok ini. Bila mencermati data tersebut, tampak kenaikan permintaan sejumlah kebutuhan masyarakat.

 

 
Konsumsi masyarakat terhadap beberapa kebutuhan pokok keseharian mulai bisa dipenuhi. Setidaknya ini menandakan bergeliatnya perekonomian rakyat.
 
 

 

Konsumsi masyarakat terhadap beberapa kebutuhan pokok keseharian mulai bisa dipenuhi. Setidaknya ini menandakan bergeliatnya perekonomian rakyat.

Tentu kita berharap, bertumbuhnya kebutuhan masyarakat itu didorong daya konsumsi yang meningkat karena pendapatan mulai membaik. Pendapatan rumah tangga yang membaik pertanda pasokan dan permintaan serta transaksi perdagangan mulai agresif.

Keyakinan itu juga ditunjukkan dengan laju inflasi inti yang naik signifikan pada awal 2022. Inflasi inti pada Januari 2022 mencapai 0,42 persen secara bulanan atau 1,84 persen secara tahunan.

BPS meyakini, kenaikan laju inflasi ini mengindikasikan pemulihan daya beli masyarakat yang membaik. Inflasi inti secara bulanan pada Januari 2022 tertinggi sejak Agustus 2019 yang tercatat 0,43 persen. Secara tahunan, tertinggi sejak September 2020 yang 1,86 persen.

Bahan pangan dan biaya kebutuhan nonpangan menjadi penyumbang kenaikan inflasi inti pada Januari 2022. Di antaranya, ikan segar, mobil, serta tarif sewa rumah. Dalam konteks ini, tentu kita berharap kenaikan inflasi ini mencerminkan membaiknya daya beli.

 
Data BPS menunjukkan tren kenaikan inflasi inti sejak September 2021, setidaknya menggambarkan perekonomian skala domestik yang juga membaik.
 
 

Data BPS menunjukkan tren kenaikan inflasi inti sejak September 2021, setidaknya menggambarkan perekonomian skala domestik yang juga membaik. Kenaikan harga menunjukkan kenaikan permintaan masyarakat terhadap sejumlah barang.

Padahal, dibandingkan sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020, tren inflasi inti menurun. Dengan asumsi pemulihan ekonomi sedang berjalan, momentum ini mesti dijaga. Kenaikan inflasi inti yang didorong tingginya permintaan menunjukkan indeks keyakinan konsumsi untuk berbelanja.

Namun, kondisi sebaliknya juga mesti diantisipasi jika seandainya kenaikan inflasi inti ini akibat tersumbatnya pengiriman barang yang berdampak pada kenaikan harga.

Sinyal positif yang membuncahkan optimisme, tetapi juga bisa menjadi sinyal negatif yang harus diwaspadai akibat biaya tenaga kerja bertambah. Kondisi ini mengakibatkan harga jual lebih mahal yang ditanggung konsumen.

Rantai pasok barang yang panjang merupakan penyebabnya. Yang dikhawatirkan selanjutnya, kembali turunnya daya beli masyarakat akibat harga barang tak terjangkau. Untuk itu, stabilitas pasokan barang dan jasa menjadi kunci.

 
Sekali jalur distribusi ini terganggu, berdampak pada harga barang yang ujung-ujungnya dapat menggerus daya beli masyarakat.
 
 

Komoditas minyak sawit dan batu bara, misalkan, mesti dijaga pasokannya. Stok bahan pangan harus dikawal agar tak dimainkan mafia yang akan merusak stabilitas harga.

Tren kenaikan kasus positif Covid-19 juga mesti dicermati karena bisa mengganggu sistem kesehatan masyarakat. Makin banyak warga sakit, makin banyak pula yang tak bisa bekerja maksimal. Rentetan berikutnya bisa memengaruhi alur distribusi barang dan jasa.

Sekali jalur distribusi ini terganggu, berdampak pada harga barang yang ujung-ujungnya dapat menggerus daya beli masyarakat.

Semua pihak mesti disiplin menjalankan protokol kesehatan agar penyebaran varian omikron tak berubah menjadi serangan gelombang ketiga, sebagaimana gelombang kedua yang dipicu varian delta pada Juli-Agustus 2021.

Penanganan kasus Covid-19, kunci bagi stabilitas perekonomian nasional. Masyarakat yang sehat menjadikan pemulihan ekonomi lebih cepat. Semoga, sinyalemen inflasi yang dicatat BPS awal tahun ini menjadi pertanda pemulihan ekonomi nasional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat