Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama kepada siswa di SD Muhammadiyah Pahandut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (21/12/2021). Vaksinasi COVID-19 untuk anak berusia 6-11 tahun tersebut dilaksanakan oleh RS PKU Muhammadiyah Palang | ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Nasional

Pascavaksinasi Covid-19, Anak Perlu Diobservasi

Satgas IDAI mengingatkan agar anak perlu diobservasi setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.

JAKARTA – Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan anak perlu diobservasi setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Orang tua harus segera melaporkan jika anak tidur seharian pascaimunisasi.

“Itu tidak normal. Kalau demam tidak tinggi, tidak usah diberi obat. Namun jika demam tinggi boleh diberikan obat penurun demam. Namun, anak jangan diberikan obat sebelum ada demam atau sebelum suntikan,” kata Anggota Satgas Imunisasi IDAI Cissy RS Prawira Kartasasmita dalam diskusi daring, Selasa (21/12).

Ia mengatakan, anak juga dapat diminta menggerakkan area bekas suntikan agar jika timbul bengkak lekas mereda. Kendati demikian, ia menambahkan, umumnya efek samping vaksinasi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa gejala kecil.

“Ada dua KIPI, yaitu lokal dan umum. Lokal umumnya sakit bengkak di tempat suntikan. Sedangkan umum antara lain rasa lelah, anak kurang aktif, rasa dingin, atau mual. Namun, gejala ini bisa muncul bisa tidak,” ujarnya.

Terkait keamanan vaksin, Cissy menyatakan, vaksin anak-anak aman karena sudah melalui tahapan uji klinis sama halnya dengan vaksin untuk dewasa. Selain itu, vaksin sudah memenuhi berbagai tingkat penelitian dan pemakaian jutaan dosis di semua kelompok usia. 

Pemerintah telah melaksanakan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun sejak Selasa (14/12) dengan jumlah sasaran sekitar 26,5 juta anak. Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah merekomendasikan vaksin Sinovac untuk anak 6-11 tahun. 

Cissy mengatakan, vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun untuk mencegah adanya komplikasi berat pada anak yang terpapar Covid-19. Selain itu, anak-anak berpotensi menularkan virus corona kepada orang lain di lingkungannya.

Ia juga mengatakan, meskipun bergejala ringan jika terkena virus Covid-19, anak-anak rentang usia 6-11 tahun tetap harus mendapat perhatian. “Angka kasus COVID-19 pada anak meningkat pada tahun kedua apalagi dengan adanya varian baru delta dan omikron sehingga anak perlu mendapatkan perlindungan, salah satunya dengan vaksinasi,” ujarnya.

photo
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama vaksin Sinovac kepada siswa di SD Negeri Bulusan, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/12/2021). - (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Ketua Pokja Imunisasi PERALMUNI itu menegaskan, meski bergejala ringan namun Covid-19 juga bisa menimbulkan komplikasi berat yang bisa meninggalkan bekas pada anak. Terutama bila terjadi gangguan organ. Dengan vaksinasi, lanjutnya, maka anak akan lebih kuat imunitasnya. "Kalau pun terkena COVID-19 maka gejalanya lebih ringan," ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa anak-anak berpotensi menularkan virus corona kepada orang lain di lingkungannya. Misalnya ke anak di bawah 6 tahun yang belum bisa divaksin Covid-19 serta lansia dengan komorbid. Karena itu, ia meminta masyarakat menyegerakan vaksinasi anak-anak.

Sejumlah persiapan yang perlu dilakukan untuk vaksinasi anak di antaranya anak harus dalam kondisi sehat. “Vaksin akan dijadwalkan oleh sekolah atau puskesmas. Malamnya cukup tidur. Anak juga harus diberi tahu akan divaksinasi. Umumnya anak-anak sudah tahu karena biasanya sudah ada program imunisasi rutin di sekolah,” terang Cissy.

photo
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama vaksin Sinovac kepada siswa di SD Negeri Bulusan, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/12/2021). - ( ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Ia juga menambahkan, bahwa anak jangan ditakut-takuti melainkan harus diedukasi terkait fungsi vaksinasi. “Orang tua kalau perlu membawa catatan imunisasi yang sudah ada supaya bisa ditulis di buku imunisasi apa saja yang sudah diperoleh anak,” pesan Cissy.

Kepala Divisi Pengawasan Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengingatkan, orang tua, terutama para ibu, agar tidak menakuti anak-anak mereka terhadap jarum suntik sehingga anak-anak bersedia diimunisasi maupun disuntik vaksin Covid-19.

“Banyak orang tua yang masih menakut-nakuti anak-anaknya dengan kata 'suntik' agar sang anak mau melakukan sesuatu yang diinginkan orang tua,” kata Jasra. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat