Warga Palestina menunggu untuk menerima sumbangan makanan di dapur komunitas di Kota Gaza, Kamis, 23 Oktober 2025. | AP Photo/Abdel Kareem Hana

Internasional

Kelaparan Masih Menghantui Gaza

Pintu masuk bantuan masih dibatasi oleh Israel.

GAZA – Kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang diumumkan Presiden AS Donald Trump awal Oktober ini nyatanya belum meringankan derita warga Gaza. Tingkat kelaparan yang mendera Gaza saat ini masih sama dengan ketika agresi Israel berlangsung.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis memperingatkan bahwa kelaparan dan penderitaan di Gaza masih parah meskipun gencatan senjata telah berlaku, menambahkan bahwa tingkat bantuan belum membaik dan evakuasi medis masih terlalu terbatas untuk memenuhi kebutuhan.

"Gencatan senjata yang diumumkan dua minggu lalu masih rapuh dan telah dilanggar, tetapi tetap berlaku, yang merupakan kabar baik bagi semua orang," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers di Jenewa. "Namun, krisis ini masih jauh dari selesai, dan kebutuhannya sangat besar."

Tedros menekankan bahwa "tidak ada perubahan jumlah bantuan sejak gencatan senjata, meski bantuan telah meningkat sejak gencatan senjata tetapi masih "hanya sebagian kecil" dari kebutuhan sebenarnya.

Ia menambahkan bahwa kelaparan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Sementara itu, banyak truk yang memasuki Gaza sekarang adalah truk komersial, yang tidak membantu, karena orang-orang tidak mampu membeli.

photo
Warga Palestina membawa jerigen dan botol plastik berisi air setelah mengambilnya di kamp pengungsi di Kota Gaza, Kamis 23 Oktober 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Terkait evakuasi medis, kepala WHO itu memperingatkan bahwa "evakuasi medis seminggu sekali tidaklah cukup," begitu pula dengan satu atau dua rute yang tersedia untuk operasi semacam itu.

Ia mendesak Israel untuk mengizinkan pasien bepergian ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, untuk segera menerima perawatan. "Bagi sebagian orang, penundaan berarti kematian," ujarnya, karena 700 orang telah meninggal dunia saat menunggu.

Namun, ia menekankan bahwa 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, memerlukan perawatan di luar Gaza, dan mendesak negara-negara lain untuk menerima lebih banyak pasien.

Ia mendesak pembukaan semua penyeberangan, termasuk Rafah, yang seharusnya dibuka minggu lalu, dan menambahkan bahwa "sejumlah besar bantuan telah terkumpul di Al-Arish, Mesir yang siap memasuki Gaza segera setelah penyeberangan dibuka."

Menurut Tedros, rencana gencatan senjata 60 hari WHO membutuhkan 45 juta dolar AS (sekitar Rp 748,1 miliar) untuk mempertahankan layanan penyelamatan jiwa, memperkuat pengawasan penyakit, dan mengoordinasikan mitra. Namun, ia memperingatkan bahwa membangun kembali sistem kesehatan Gaza "akan menelan biaya setidaknya 7 miliar dolar AS (sekitar Rp 116,38 triliun)."

photo
Warga Palestina melewati kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel di Kota Gaza, Kamis, 23 Oktober 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Lebih dari 170.000 orang terluka, termasuk 5.000 orang yang diamputasi dan 3.600 orang dengan luka bakar parah, sementara sekitar satu juta orang membutuhkan perawatan kesehatan mental, katanya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza terhambat akibat penutupan perbatasan oleh Israel, meskipun sejumlah keluarga mulai bergerak ke wilayah yang kini dapat diakses.

“Penutupan berkelanjutan di perbatasan Zikim dan Erez yang menjadi jalur utama ke wilayah utara membuat pekerja kemanusiaan kesulitan menjangkau warga dengan dukungan vital sesuai skala yang dibutuhkan,” kata Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam konferensi pers di New York, Rabu (22/10).

Mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Haq mengatakan sejak gencatan senjata diberlakukan lebih dari 10 hari lalu, PBB dan mitranya telah meningkatkan operasi tanggap darurat terutama di wilayah tengah dan selatan Gaza.

Sejak 10 Oktober, lebih dari 425.000 pergerakan penduduk tercatat dari selatan ke utara Jalur Gaza. Para pengungsi kini berlindung di lokasi seperti Jabaliya dan dua sekolah di Beit Lahiya, yang sebelumnya tak bisa dijangkau karena operasi militer Israel.

photo
Warga Palestina melewati kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel di Kota Gaza, Kamis, 23 Oktober 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Dari 10 misi kemanusiaan yang dikoordinasikan PBB di Gaza pada Senin (20/10), enam berhasil dilaksanakan, termasuk pengiriman tangki air, perlengkapan kebersihan, dan bahan bakar dari perbatasan.

“Hari ini kami berhasil membawa beberapa truk tangki bahan bakar dan ratusan palet popok bayi,” ujar Haq.

Truk bantuan PBB mengangkut hampir 1.500 ton pasokan yang dikumpulkan dari perbatasan Karem Abu Salem dan Kissufim, dengan sekitar tiga perempatnya berupa makanan. Sementara, sisanya merupakan bahan tempat tinggal, pakan ternak, pasokan kesehatan, air, sanitasi, dan perlengkapan kebersihan.

Seraya menekankan pentingnya pembukaan perbatasan Rafah, Haq memperingatkan bahwa ujian sebenarnya adalah apakah gencatan senjata saat ini akan bertahan lebih lama daripada sebelumnya.

Terkait Tepi Barat, Haq menyambut surat  senator Amerika Serikat kepada Presiden Donald Trump yang mendesak langkah lebih tegas terhadap rencana aneksasi Israel. “Kami mendukung semua upaya yang mencegah perubahan status quo di Tepi Barat,” tegasnya.

photo
Warga Palestina melewati kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel di Kota Gaza, Kamis, 23 Oktober 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Video yang dikumpulkan oleh kantor berita Reuters menunjukkan ekstremis Israel berusaha memblokir truk bantuan yang menuju Jalur Gaza dekat perbatasan Karem Abu Salem (Kerem Shalom), satu dari dua yang dibuka oleh Israel setelah gencatan senjata mulai berlaku.

Ini bukan pertama kalinya warga Israel berkumpul untuk mencoba memblokir bantuan penyelamatan jiwa ke Jalur Gaza, di mana koresponden Aljazirah melaporkan bahwa krisis kelaparan masih akut meskipun ada jeda dalam pemboman Israel.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat