Diogo Jota dari Liverpool, kanan kedua, melakukan selebrasi bersama rekan setimnya Mohamed Salah, kanan, setelah mencetak gol pertama timnya pada pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Wolverhampton Wanderers dan Liverpool di Stadion Molineux | AP/Paul Ellis/Pool AFP

Olahraga

Kompaknya Para Raksasa

Hanya Barcelona yang terus berupaya mencari konsistensi.

OLEH FREDERIKUS BATA

Situasi normal terlihat pada awal musim 2021/2022. Beberapa elite Eropa memperlihatkan keperkasaannya.

Dalam ranah domestik masing-masing, tim seperti Liverpool, Chelsea, dan Manchester United melaju mulus di Inggris. Hasil serupa ditunjukkan Real Madrid (Spanyol), Bayern Muenchen (Jerman), serta Paris Saint Germain (Prancis).

Hanya Barcelona yang terus berupaya mencari konsistensi. Kemudian, Juventus sedikit tersendat. Di Serie A, AC Milan, Napoli, dan Inter Milan di atas angin.

Berjalannya waktu, suasana semakin terasa kompetitif. Berbagai kemenangan di liga domestik tidak diraih dengan mudah. Alhasil, pada pekan ini, sejumlah raksasa menunjukkan 'kekompakan'.

Ramai-ramai mereka menuai hasil kurang menyenangkan. Sudut pandangnya dari elemen terkait klub-klub tersebut. Dimulai dari Man United.

Di luar dugaan, skuad polesan Ole Gunnar Solskjaer ditaklukkan Aston Villa di Old Trafford. Sebuah kekalahan pertama the Red Devils di Liga Primer Inggris musim ini.

Sinyal bahaya untuk Solskjaer. Ia memiliki amunisi mumpuni di segala lini. Jika tak dimaksimalkan sedari awal, bukan tidak mungkin yang bersangkutan disingkirkan.

Berikutnya Liverpool. Hasil yang diraih the Reds masih sedikit lebih baik dari United. Mohamed Salah dan rekan-rekan tidak sampai terjungkal.

Merseyside merah bermain imbang 3-3 dengan tuan rumah Brentford. Meski demikian, pasukan Juergen Klopp tetap waspada. Bahkan, tim promosi pun bisa menyulitkan mereka.

Itu membuktikan, perbedaan level tim-tim di Inggris sangat tipis. Setiap pertandingan berpotensi menghadirkan kejutan. Klub dengan sejarah medioker berani bermain terbuka saat berhadapan dengan para raksasa.

Chelsea juga kehilangan poin pada pekan ini. Namun, untuk kasus the Blues, ada pengecualian. Tim yang mengalahkan mereka adalah Manchester City. 

Sejak bigmatch itu belum dimulai, peluang kedua kubu 50:50. Namun, kali ini, partai tersebut berlangsung di Stamford Bridge. Kekalahan kandang cukup menyesakkan anak asuh Thomas Tuchel yang sebenarnya sedang bagus-bagusnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by UEFA Champions League (championsleague)

Beralih ke Spanyol. Kejutan terjadi di Stadion Santiago Bernabeu. Real Madrid bermain imbang 0-0 dengan Villarreal.

Sebalum laga ini, Madrid diunggulkan berjaya. Maklum, beberapa hari lalu, si putih membungkam RCD Mallorca, 6-1. Itu menunjukkan rasa lapar anak asuh Carlo Ancelotti. 

Los Blancos ada di puncak klasemen sementara La Liga. Namun, atmosfer Bernabeu tak cukup membuat si putih mendapat poin penuh pada pekan ini. 

Menuju Italia, juara bertahan Serie A Inter Milan ditahan imbang Atalanta 2-2. Laga ini berlangsung di Stadion Giuseppe Meazza, markas Inter, Sabtu (25/9) malam WIB.

Berbagai fakta di atas menunjukkan, persaingan di level tertinggi sangat ketat. Apa yang terjadi pada pekan ini merupakan sedikit cerminan tantangan yang dihadapi para raksasa tersebut. Demikian kondisi sepak bola modern.

Masih panjang perjalanan kompetisi musim 2021/22. Potensi kejutan bisa saja terjadi pekan demi pekan, terutama di satu pertandingan. Tapi, menjadi kenyataan tak biasa ketika sejumlah elite mendapat hasil negatif secara bersamaan di berbagai liga domestik papan atas Eropa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat