SEKOLAH ROBOH. Sejumlah siswa SDN 242 Palembang melewati bangunan sekolahnya yang roboh akibat angin besar di Kelurahan Kramasan, Kecamatan Kertapati, Palembang, Rabu (11/3). Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Palembang mencatat sebanyak 65 persen gedung | ANTARA FOTO

Bodetabek

Kerusakan di Sekolah Jadi ‘Bom Waktu’

Atap kelas 6A Sekolah Dasar Negeri Otista roboh.

OLEH SHABRINA ZAKARIA 

Kamis (16/9) siang, sekira pukul 11.48 WIB, cuaca Kota Bogor siang itu cukup terik. Tak ada tanda-tanda awan gelap, maupun hujan. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari sudut sekolah.

Plt Kepala Sekolah Dasar Negeri Otista, Siti Meisyafah dan sejumlah guru lainnya bergerak menuju sumber suara tersebut. Rupanya, atap pada ruang kelas 6A telah roboh. Dalam waktu sekejap, ruang kelas 6A sudah tak berbentuk. Lantaran, balok kayu, plafon, dan genteng ruang kelas tersebut sudah roboh, diiringi dengan kepulan debu yang berterbangan.

Tak selang berapa lama, ruangan di sebelahnya, yakni kelas 6B bernasib sama dengan kelas 6A. Balok kayu yang rapuh, serta plafon yang sudah jebol berbulan-bulan, tak kuasa menahan atap kelas yang sudah ditinggal hampir dua tahun saat pandemi Covid-19.

Kekhawatiran Meisyafah pun terjadi. Sejak Juni 2021, Meisyafah pernah membuat laporan kerusakan di kelas tersebut ke bagian sarana dan prasarana pada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor.

“Atap sudah bergelombang awalnya. Saya awal lihat datang ke sini itu memang sudah enggak layak. Kita foto, laporan ke Seksi Sarana dan Prasarana Disdik Kota Bogor,” ujar Meisyafah.

Bak gayung bersambut, pihak Disdik Kota Bogor mendatangi SDN Otista untuk melakukan peninjauan, ke sekolah yang berjarak tak jauh dari Tugu Kujang ini. Hanya saja, perbaikan belum bisa langsung dilakukan mengingat anggaran tidak dapat diproses secara tiba-tiba.

“Disdik beberapa kali ke sini, katanya ‘Tunggu saja, sabar. Anggaran enggak secepat kita ngomong langsung. Butuh prosedur’. Saya ngerti sih,” ucap Meisyafah.

Robohnya atap dua kelas di SDN Otista, menyita perhatian Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Sekolah yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor itu hanya berjarak sekitar 2,6 kilometer dari Balai Kota Bogor.

Menempuh waktu sekitar enam menit dari kantornya, Bima Arya datang dua hari setelah kejadian. Berdasarkan data, SDN Otista sudah dibangun sejak 1967. “Kemudian terakhir direvitalisasi pada 2004. Jadi sudah cukup lama sebetulnya ini,” ucap Bima Arya.

Rupanya, di balik robohnya atap SDN Otista, ada tujuh SD lain di Kota Bogor yang butuh perhatian dan perbaikan. Ketujuh sekolah tersebut telah melaporkan adanya kerusakan ke Disdik Kota Bogor.

Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi, memperkirakan ada sekolah lain yang juga mengalami kerusakan, apabila Disdik berkeliling dan melakukan peninjauan ke sekolah-sekolah. Mengingat sebentar lagi Kota Bogor akan memulai pembelajaran tatap muka (PTM).

Hanafi belum bisa menyebutkan kerusakan apa saja yang dialami tujuh sekolah tersebut. Hanya saja, diperkirakan kerusakan yang ada sedikit demi sedikit dapat merembet menjadi kerusakan lain.

Hanafi yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor ini, mengaku sudah mengajukan anggaran perbaikan sarana dan prasarana sekolah untuk 2022, sebesar Rp 50 miliar lebih. Walaupun anggaran yang disetujui hanya Rp 30 miliar, termasuk untuk pembangunan sekolah satu atap di Kelurahan Kencana.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bima Arya (bimaaryasugiarto)

Meski demikian, Hanafi berharap SDN Otista yang sudah rusak berat ini segera mendapatkan perbaikan. “Kami juga sudah bersurat ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), kira-kira biaya perbaikan mana saja yang harus jadi prioritas. Apakah harus revitalisasi, renovasi, atau perbaikan,” ujar dia.

Salah seorang anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Anna Mariam Fadilah mengaku siap untuk mengawal anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah SD dan SMP di Kota Bogor. Sehingga, diharapkan Disdik Kota Bogor segera menyampaikan laporan terkait sekolah mana yang butuh perbaikan segera.

“Insya Allah, kami di Komisi IV pun siap untuk mengawal anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Kita semua nggak ingin kejadian ini terulang lagi, apalagi menyangkut anak anak di sekolah,” ujar Anna.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat