Foto yang dilansir Bakamla pada September 2020 menunjukkan kapal Penjaga Pantai Cina di wilayah laut Indonesia di Laut Natuna Utara. Ada tiga kekuatan laut yang digunakan Cina untuk mendukung kebijakandi LCS. | AP/Indonesian Maritime Security Age

Internasional

Pakar: Cina Kerahkan Milisi di LCS

Ada tiga kekuatan laut yang digunakan Cina untuk mendukung kebijakandi LCS.

JAKARTA – Profesor Andrew Erickson dari China Maritime Studies Institute (CMSI) di US Naval War College mengatakan, Cina mengerahkan milisi maritim untuk menjaga dan mengawasi pengembangan pos-pos terpencil di Laut Cina Selatan (LCS). Milisi tersebut bahkan dimiliterisasi.

Erickson mengungkapkan, dalam peta yang diperoleh dari CMSI, diketahui bahwa milisi maritim tersebut dioperasikan dari Provinsi Hainan, Cina. Hal ini dipaparkan dalam diskusi virtual bertajuk “Threat Assessment of PRC South China Sea Policy”, Rabu (9/6).

Menurutnya, meski anggotanya bersifat paruh waktu dan kebanyakan bekerja sebagai nelayan, milisi maritim Cina tersebut disokong dengan fasilitas tertentu serta selalu siap diterjunkan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ungkap Ericksin, Cina membentuk gugus tugas atau unit elite lain yang anggotanya bersifat permanen. Mereka lebih dimiliterisasi dan salah satu pusatnya adalah di Kota Sansha, yang berada di gugus kepulauan kecil di LCS.

Erickson mengatakan milisi maritim Cina memiliki jumlah kapal cukup banyak serta tim atau unit elite di dalamnya. “Unit elite inilah yang bertugas dan bertanggung jawab dalam berbagai insiden-insiden di kawasan yang disengketakan (di LCS),” ucapnya. 

photo
Peta klaim Laut Cina Selatan - (Wikipedia)

Erickson mengatakan milisi Sansha memiliki lagu dan video musik resmi dengan lirik-lirik patriotik. Dia menyoroti bagian yang diulang-ulang dalam lagu tersebut, yakni berbunyi, “Di masa damai jadilah penjaga hak-hak kita dan di masa perang bersiaplah terjun ke dalam peperangan dan memenangkannya”.

“Ini menggarisbawahi dua tugas dan fungsi dari milisi maritim Cina,” ujar Erickson. 

Saat ini, ASEAN dan Cina sedang membahas Code of Conduct (CoC) di LCS. Erickson, berpendapat, agar CoC lebih efektif, hal itu harus dapat menghentikan perilaku pembentukan milisi maritim seperti yang dilakukan Cina.

Dia menyebut, di antara negara-negara maritim di dunia, hanya Cina dan Vietnam yang memiliki milisi maritim. “Di antara kedua negara tersebut, Vietnam tidak pernah menerjunkan dan mengaktifkan milisi maritim mereka. Dengan kata lain hanya Cina yang mengaktifkan milisi maritimnya,” kata Erickson. 

Dia mengungkapkan, ada tiga kekuatan laut atau maritim yang dipergunakan Cina untuk mendukung kebijakannya di LCS. Pertama, angkatan laut Cina yang berada di bawah angkatan bersenjata Cina. Kedua, penjaga pantai yang berada di bawah polisi bersenjata Cina. Dan ketiga, kekuatan milisi atau milisi maritim. Milisi maritim berada di bawah kekuatan milisi bersenjata dari Pemerintah Cina.

photo
Tangkapan citra satelit menunjukkan pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan, beberapa waktu lalu. Pulau tersebut dikhawatirkan bertujuan sebagai pangkalan militer. - (AP Photo)

Dalam acara yang sama, peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Evan Laksmana, menilai CoC bukanlah solusi untuk menyelesaikan sengketa klaim di wilayah tersebut. “CoC merupakan bagian dari pengelolaan peredaan ketegangan dan bukan solusi atas perselisihan di LCS,” kata Evan.

Dia pun mengomentari tentang tenggat waktu pembahasan CoC yang dicanangkan selama tiga tahun. Evan berpendapat, menghasilkan CoC yang berkualitas lebih baik daripada mengejar atau memenuhi tenggat waktu tertentu.

“Oleh karena itu, menurut saya, sambil menunggu CoC yang lebih berkualitas, kita jangan menaruh harapan hanya pada CoC ini saja,” ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat