Ramadhan dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah, menumbuhkan cinta, dan memperbanyak amal kebaikan. | Wihdan Hidayat / Republika

Hikmah

Ramadhan, Cinta, dan Amal Kebaikan

Ramadhan adalah momentum untuk kita mencintai makhluk Allah dan memperbanyak amal kebaikan.

 

NANANG SUMANANG: Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina

Umat Islam di seluruh dunia kini menghadapi bulan Ramadhan, bulan puasa, bulan yang penuh keberkahandan ampunan. Sama seperti tahun lalu, Ramadhan kali ini juga masih dalam suasana pandemi Covid-19.

Dalam situasi masih pandemi Covid-19, ada orang yang lebih beruntung, tapi banyak juga saudara-saudara kita yang jauh dari keberuntungan diterpa wabah ini. Banyak saudara kita yang usahanya gulung tikar, yang bekerja di PHK karena perusahaannya bangkrut, atau penghasilannya menurun. Seperti Ramadhan yang lalu, kita selalu diingatkan untuk menumbuh-kembangkan rasa cinta kita kepada sesama manusia, terutama orang-orang yang digolongkan dluafa wal masaakiin. Rasa cinta yang kita  tumbuh kembangkan adalah rasa cinta yang universal, sebagaimana Islam itu sebagai Rahmatn lil ‘alamiin. (Rahmat bagi seluruh alam).

Cinta yang universal adalah cinta yang lahir dari cara pandang kita sebagai manusia anggota alam semesta (Kosmoposentrisme), dimana alam semesta ini merupakan “partner” kita dalam menjalani hidup dan kehidupan, bukan sebagai objek untuk memuaskan nafsu kita, yang tidak akan pernah terpuaskan.

Berbicara puasa, shalat atau ibadah apapun dalam Islam bukan hanya bicara tentang pahala, tentang rezeki dalam konsep manusia yang sangat sempit, yang membatasi rezeki  kepada materi semata, tapi juga harus berbicara yang lebih esensi dan luas lagi, yakni efek ibadah kita terhadap sesama manusia dan lingkungan hidup.

Shalat berjamaah tidak hanya tentang pahala yang 27 kali lipat dari shalat sendirian, tapi berbicara bagaimana kita bisa mengetahui keadaan sesama jamaah. Imam sebagai pemimpin shalat berjamaah, akan membalikan badannya apabila selesai shalat sebagai isyarat untuk mengetahui situasi dan kondisi jamaahnya. Apabila ada yang tidak ikut berjamaah, maka Imam akan menanykan bagaimana keadaan si fulan yang tidak ikut berjamaah, apabila sakit, maka sudah selayaknya untuk dijenguk. Apabila masih dalam perjalanan (musafir) maka imam akan menanyakan bagaimana nasib keluarganya yang ditinggalkannya.

Puasa juga demikian, lapar dan haus bertujuan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta kita kepada fakir miskin, mustad’afiiin, dan orang-orang yang tidak punya. Mungkin bagi kita puasa hanyalah suatu kewajiban yang dilakukan sebagai penggugur salah satu rukun Islam saja, dimana sudah terbayang berbagai makanan dan minuman yang sangat nikmat untuk disantap pada berbuka nanti. Nanti bagi sebagian saudara kita, berpuasa bukan Cuma untuk menggugurkan kewajiabn rukun Islam, tetapi karena memang kondisi mereka yang mengharuskan untuk setiap hari mereka berpuasa, bahkan diwaktu berbukapun mereka masih harus “berpuasa” dengan keterbatasan makanan.

Setelah menumbuh kembangkan cinta (loving), maka akan tumbuh empati dengan cara berbagi pada akhir Ramadhan dengan cara mengeluarkan zakat (sharing).  Dalam surat al-Mulk ayat 5, Allah berfirman: “Wa laqad zaiyannas samaaa'ad dunyaa bimasaa biiha wa ja'alnaahaa rujuumal lish shayaatiini wa a'tadnaa lahum 'azaabas sa'iir” Artinya: “Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nya”

Artinya bahwa segala bintang/ planet yang ada itu berada di langit yang pertama. Bumi sebagai plant tempat kita tinggal adalah bagian dari jutaan planet yang ada di bawah langit dunia. Adanya saling ketergantungan, saling tarik menarik, atau hubungan lainnya yang kita sendiri belum pernah tahu di antara planet tersebut, mengakibatkan saling mempengaruhi planet satu dengan yang lainnya, barangkali yang sangat mudah adalah gelombang pasang yang dipengaruhi oleh bulan.

Bila kita melihat planet kita tinggal, bumi, maka kita melihat bahwa dari beberapa planet, maka ukuran bumi lebih besar, semisal bila dibandingkan dengan Venus, Mars, Merkuri dan Pluto.Tapi bila kita membandingkan dengan ukuran matahari, atau planet dalam galaksi Bima Sakti lainnya seperti Jupiter, Saturnus, dan Uranus, maka maka bumi akan terlihat sangat kecil. Apalagi kalau dibandingkan dengan matahari, ukuran bumi hanya 1/330.330 nya matahari. Terasa sangat kecil.

Di luar galaksi kita ada banyak galaksi lainnya seperti Andromeda dan sebagainya. Diluar galaksi kita ada planet-planet yang sangat besar dibandingkan matahari, ada planet Sirlus, Pollux, Arcturus, Rigel, Aldebaran, Betelgeuse & Antares, dimana kalau kita membandingkan matahari dengan planet Antares, maka matahari hanya sebesar debu yang sangat kecil.

Bintang Icarus, yang merupakan bintang terjauh yang diketahui manusia saat ini, jaraknya 9 miliar tahun cahaya (kecepatan cahaya adalah 300.000 km/ detik), pertanda bahwa angkasa yang berada di langit dunia  sangatlah luasnya.

Belum kita membahas langit kedua, dan seterusnya sampai langit ke tujuh, dimana bersemayam arsy Allah SWT. Cerita tentang kematian yang urusannya sudah ada di lauhil mahfudz masih bisa berubah karena kebaikan. Cerita tentang seorang pemuda yang juga murid dari Nabi Ibrahaim AS, barangkali bisa menjadikan inspirasi buat kita semua untuk selalu berbuat baik.

Suatu hari malaikat Izarail, pencabut nyawa mendatangi nabi Ibrahim, dan dia berkata “Wahai nabi Allah Ibrahim, siapa tadi anak muda yang datang ke kamu dan ada keperluan apa dengan kamu?”

Nabi Ibrahim menjawab: “Dia adalah sahabat dan murid saya ya malaikat Izrail. Dia menyampaikan berita bahwa besok dia akan menikah”

Malaikat Izrailpun berkata “Ah sayang sekali wahai nabi Allah Ibrahim, bahwasanya umur sahabatmu tidak akan sampai besok pagi”

Ada keinginan nabi Ibrahim untuk memberitahu hal tersebut kepada sahabat beliau. Tapi beliau akhirnya diam, karena ingin tetap menjadikan kematian sebagai misteri bagi manusia.

Keesokan paginya, Nabi Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut masih hidup dan melangsungkan pernikahannya. Masa ke masa berganti, dan nabi Allah Ibrahim melihat anak muda ini panjang umurnya.

Ketika sahabatnya mencapai 70 tahun, lalu nabi Ibrahim bertanya kepada Malaikat Izrail, “Wahai malaikat Izrail, dulu kau katakan bahwa anak muda sahabatku umurnya tidak akan sampai esok pagi, tapi kenyataannya, kenapa malah berumur panjang dan hingga kini sudah berusia 70 tahun?” 

Malaikat Izrail kemudian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut pada pagi hari, tapi Allah menahannya. “Apa sebab yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”

“Wahai nabi Allah Ibrahim, di malam menjelang perkawinannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Kematian memang di tangan Allah. Justru itu, mempercepat dan memperlambat kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu pada Rasul-Nya, Muhammad bahwa sedekah itu dapat memanjangkan umur. Jadi, sesuatu yang dapat menunda kematian, itu adalah…sedekah”

Melihat gempa bumi, longsor, banjir adanya wabah penyakit atau pandemic COVID-19 seperti sekarang ini, maka akan tidak bijaksana kalau kita mengatakan bahwa ini adalah bencana alam. Karena alam semesta hanya menjalankan perintah/ hukum sunnatullah yang dinamakan hukum alam, dan yang sesungguhnya pembuat aturan atau hukum alam atau sunnatullaah itu sendiri adalah Allah SWT. 

Cerita tetang umur panjang sahabat nabi Ibrahim adalah bahwa niat, perkataan dan perbuatan baik itu, sesungguhnya bisa melintasi alam langit pertama ini, dia bisa melesat menembus alam semesta hingga kepada Allah SWT, bukankah puasa itu untuk Ku kata Allah SWT.

Kita tidak pernah tahu, apakah peristiwa alam seperti gempa bumi, longsong, gunung meletus, pandemic virus dan lain sebagainya juga akibat dari adanya pengaruh antar planet galaksi bumi, dimana ada pergeseran posisi di antara planet tersebut, sehingga mempengaruhi kondisi bumi, Tarik menarik dan sebagainya. Maka dalam Ramadhan ini adalah waktu yang tepat untuk meminta ampun kepada Allah karena barang kali kita sering menyakiti alam semesta untuk sekedar memuaskan nafsu kita, atau  sering abai kepada saudara-saudara kita yang dhuafa dan masakin, terhadap kedua orang, dan orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita.

Dalam Ramadhan ini, mari kita benahi niat baik kita, perbanyak perkataan yang baik, serta banyak bersyukur, dan selalu berbuat baik kepada siapa saja, termasuk alam sekitar kita, sehingga alam juga berbuat baik kepada kita.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat