Marion Koopmans dan Peter Ben Embarek dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan hasil investigasi mereka terkait asal-usul pandemi Covid-19, awal Februari 2021 lalu. | AP/Ng Han Guan

Internasional

14 Negara Ragukan Laporan Covid-19

Dirjen WHO minta hipotesis kebocoran laboratorium tetap didalami.

NEW YORK -- Kelompok yang terdiri dari 14 negara mengungkapkan kekhawatiran mereka atas laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai asal usul virus korona. Kelompok tersebut mengaku skeptic karena laporan itu terlambat dan akses ke data menyeluruh juga terbatas.

Menurut laman Aljazirah, Selasa (30/3), 14 negara itu antara lain AS, Australia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Estonia, dan Israel. Jepang, Latvia, Lithuania, Norwegia, Korea Selatan, Slovenia, dan Inggris turut menandatangani pernyataan tersebut.

Mereka mengatakan, “Sepenuhnya mendukung upaya WHO untuk mengakhiri pandemi. Termasuk memahami bagaimana pandemi Covid-19 dimulai dan menyebar”.

Namun mereka menambahkan, “Penting bagi kami untuk menyuarakan kekhawatiran penelitian para pakar internasional atas sumber virus SARS-CoV-2 tertunda terlalu lama dan akses ke data, sampel dan penelitian menyeluruh sedikit”.

Hasil penelitian tim pakar internasional tentang asal-usul Covid-19 dirilis Selasa. Laporan ini disusun berdasarkan penyelidikan pakar WHO yang mengunjungi Wuhan, Cina, lokasi pertama Covid-19 terdeteksi.

Empat pekan sejak kunjungan itu tim WHO yang berisi 17 pakar dari seluruh dunia menyimpulkan “sangat tidak mungkin” Covid-19 berasal dari kebocoran laboratorium. Laporan itu menyebutkan, para ilmuwan WHO menilai, sangat mungkin virus itu muncul di manusia melalui perantara. Menurut mereka, kemungkinan besar virus itu ditularkan dari hewan ke manusia.  

Jepang menyerukan penyelidikan lebih lanjut mengenai asal usul Covid-19. "Demi mencegah pandemi di masa depan, sangat diperlukan penyelidikan  pakar, yang dilakukan dengan independen, cepat dan tanpa pengawasan, kami khawatir dengan keterlambatan dan lemahnya akses pada sampel virus penyelidikan terbaru," kata Kepala Staf Kabinet Jepang Katsunobu Kato, Rabu (31/3).

Kato mengatakan Jepang penyelidikan dan analisa tambahan serta mendorong WHO untuk mempertimbangkan kembali melakukan penyelidikan tambahan ke Cina. "Kami akan melanjutkan kerja sama dengan negara lain untuk melakukan penelitian tambahan yang masih perlu dilakukan," kata Kato.

Kementerian Cina menyerang balik kritik atas hasil penyelidikan tersebut. Beijing mengatakan mereka telah menunjukkan 'keterbukaan, transparansi dan sikap bertanggung jawab'.

photo
Marion Koopmans dari tim WHO tiba di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hubei pada 1 Februari 2021 lalu. Tim tersebut bertugas meneliti asal mula virus penyebab Covid-19. - (AP/Ng Han Guan)

"Mempolitisasi isu ini hanya akan merusak kerjasama global mengenai asal usul virus, membahayakan kerjasama anti-pandemi dan mengorbankan lebih banyak nyawa," kata Kementerian Cina dalam pernyataannya.

Sementara Uni Eropa menyebut laporkan itu langkah pertama yang membantu dan menyoroti pentingnya “kerja sama lebih lanjut”. Blok tersebut mendesak 'pihak berwenang yang relevan' untuk membantu, tapi mereka tidak menyinggung Cina.

Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) mencurigai bahwa Covid-19 adalah penyakit akibat virus yang bocor dari laboratorium Wuhan. Cina telah membantah keras tuduhan tersebut.

Hipotesis kebocoran

Secara terpisah, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta tim pakar tetap mendalami hipotesis kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya virus.

“Meskipun tim telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis, yang siap saya kerahkan,” kata Ghebreyesus pada Selasa (30/3).

Laporan tim menyebutkan, para peneliti membuat sejumlah skenario berdasarkan  urutan kemungkinan. Mereka menyimpulkan bahwa penularan melalui hewan kedua sangat mungkin terjadi. Mereka mengevaluasi kemungkinan penyebaran langsung dari kelelawar ke manusia. Penyebaran melalui produk makanan "rantai dingin" atau cold chain mungkin terjadi, tapi cukup mustahil.

Kerabat terdekat dari virus penyebab Covid-19 telah ditemukan pada kelelawar, yang diketahui membawa virus korona. Namun laporan tersebut mengatakan, jarak evolusioner antara virus kelelawar ini dan SARS-CoV-2 diperkirakan beberapa dekade. Hal itu menunjukkan adanya hubungan yang hilang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat