Seorang pekerja bersandal jepit melakukan produksi pengecoran logam di PT Bahama Lasakka, Ceper, Klaten. | FOTO ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Safari

Menelusuri Cor Logam di Klaten

Produk pengecoran logam sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Pernah datang atau mendengar sebutan daerah Batur, Ceper?  Bila bertandang ke sana, banyak ditemukan hamparan bangunan besar. Dari sanalah ditemukan pabrik cor logam yang ada di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng).

Tak heran jika Batur dijuluki daerah sentra industri kerajinan tembaga cor logam. Apa saja produk unggulan dari pusat industri kerajinan cor logam ini? Produk yang sangat terkenal ialah tiang lampu hias antik jalan, aneka lampu hias antik, dan masih banyak lagi. Tentu saja semua berhubungan dengan bahan logam. Karena merupakan pusat sentra kerajinan tembaga cor logam, aneka bentuk apa saja bisa dibuat dari logam.

Keberadaan industri cor logam Batur tak luput dari sejarah. Konon, dulu pada zaman keemasan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung, ada empat orang pengembara dari Serang, Banten, datang ke wilayah Mataram. Empat orang bersaudara itu bernama Ki Ageng Serang Kusuma, Ki Ageng Barat Ketiga, Ki Ageng Bang Sri, dan Nyi Ageng Jepara.

Ki Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga membuat tempat hingga tinggal di daerah Batur, Ceper, Klaten. Sebagai cikal bakal desa, makam kedua orang tersebut sampai sekarang masih dimuliakan penduduk Batur.

photo
Seorang pekerja bersandal jepit melakukan produksi pengecoran logam di PT Bahama Lasakka, Ceper, Klaten. - (FOTO ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

Ki Ageng Serang Kusuma hidup sebagai empu cor yang membuat kejen (mata bajak). Sedangkan, Ki Tampir yang membuka Dukuh Tampiran, sebelah Utara Batur, adalah tukang cor abdi dalem Ki Ageng Serang Kusuma.

 

Tanpa upah

Perajin yang tertua tentu saja masih amat sederhana dalam proses produksi. Tungku peleburan besi bernama besalen. Besalen berwujud tobong batu bata berbentuk pipa. Pada dasarnya diberi kowen yang berbentuk cangkir dari bahan tanah yang didatangkan khusus dari Desa Bayat, Kabupaten Klaten. Sebab, pada waktu itu, tanah dari daerah lain tidak bisa dipergunakan untuk membuat kowen (kowi) tersebut.

Sebagai bahan bakar pengecoran berupa arang kayu kesambi. Setelah dibakar, kemudian diembuskan dari ububan yang klepnya terbuat dari kulit kerbau. Bentuk ububan besalen sama dengan ububan pande besi biasa, tetapi posisi tidak berdiri melainkan mendatar. Untuk mencairkan besi cor, dibutuhkan waktu tujuh jam terus-menerus.

Kapasitas pengecoran dalam satu hari, satu dacin atau 62,5 kilogram. Pengecoran dengan menggunakan besalen, berlangsung ratusan tahun. Pada waktu itu, pengecoran dilakukan dengan saling membantu, gotong royong. Siapa yang akan mengecor, membunyikan kentongan, dan seketika masyarakat desa membantu tanpa dibayar upah sama sekali.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda dengan didirikan Pabrik Gula dan Karung Goni, pengusaha cor Batur telah mulai mendapat pesanan komponen pabrik.

photo
Seorang pekerja bersandal jepit melakukan produksi pengecoran logam di PT Bahama Lasakka, Ceper, Klaten. - (FOTO ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

Adapun yang sangat besar pengaruhnya pada zaman Jepang, yakni pengusaha cor logam diperintah secara paksa membuat longsongan granat untuk kebutuhan perang. Waktu itu pengusaha cor banyak yang menyatakan tidak bersedia mengerjakan, tetapi karena terus dipaksa dan diawasi secara ketat, bagaimanapun juga harus bersedia walaupun bertentangan dengan pikiran dan perasaan mereka yang mayoritas memeluk agama Islam.

 

Jadi industri

Tepatnya tahun 1953, mulai ada pesanan alat pertanian masuk ke daerah Batur, Ceper, Klaten. Agar mendapat hasil produksi sesuai pesanan, Dinas Perindustrian memberikan bimbingan modernisasi peralatan ububan berupa blower dengan baling-baling yang digerakkan dengan menggunakan mesin diesel.

Tentu saja, bentuk besalen harus diubah dan disesuaikan dengan pemakaian blower. Maka, terciptakanlan open atau dapur tungkik, suatu modifikasi dapur kupola yang terbuat dari bahan pelat baja berbentuk silinder. Pada bagian dalam dilapisi batu tahan api. Diameter dapur tungkik berkisar antara 65 centimeter (cm) dan tinggi 200 cm.

Dengan modernisasi open atau dapur tungkik, keadaan industri rumah tangga maju selangkah. Kemudian, yang lain ikut berbuat yang sama. Di Batur, Ceper, Klaten, masih ada satu besalen. Sedangkan, umumnya sekarang ini pengusaha cor logam telah memiliki open atau dapur tungkik.

Mulai tahun 1993, beberapa pengusaha cor logam di daerah Batur, Ceper, Klaten, banyak berkembang dan telah menggunakan dapur kupola yang lebih modern. Seperti halnya, Unit Pengecoran Logam yang terletak di Batur, pengusaha 100 persen pribumi. Pemerintah tahun 1973 juga merintis Koperasi Cor Logam Prasodjo yang mewadahi 103 pengusaha.

Rintisan selanjutnya, pemerintah membentuk PT Mein Contractor yang memproduksi kaki mesin jahit. Dalam hal ini pemerintah berusaha mengawinkan pengusaha cor logam sebagai produsen kaki mesin jahit dengan asosiasi pabrik mesin jahit. Dalam kesempatan itu, proyek menitikberatkan segi pemasaran dan hasil produksi.

Waktu telah berjalan, kini produk cor logam Batur mengikuti perkembangan zaman. Semakin modern dan canggih. Malah, berani memproduksi komponen otomotif. Sebanyak 180 industri pengecoran logam yang tergabung dalam Koperasi Industri Pengecoran Logam Batur Jaya Ceper siap untuk memberikan dukungan terhadap pengembangan industri mobil.

Disadur dari Harian Republika edisi 21 April 2013 dengan reportase Edy Setyoko.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat