Tentara Israel berjalan di dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Jumat, 10 Oktober 2025, setelah Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan perang. | AP Photo/Emilio Morenatti

Internasional

Israel Ngotot Caplok Gaza Lewat Garis Kuning

Israel enggan mundur sepenuhnya dari Gaza.

GAZA – Niat Israel mencaplok Jalur Gaza terungkap. Garis kuning imajiner  yang membagi Gaza berdasarkan rencana gencatan senjata Donald Trump diklaim sebagai “perbatasan baru” bagi Israel. 

Hal ini berdasarkan kata panglima militer negara itu kepada tentara yang dikerahkan di wilayah tersebut. Kepala Staf Umum, Eyal Zamir, mengatakan Israel akan mempertahankan posisi militernya saat ini. 

Ini artinya Israel mencaplok lebih dari separuh wilayah Gaza dan memenjarakan warga di wilayah sisanya. Ini termasuk sebagian besar lahan pertanian dan perbatasan dengan Mesir. 

“'Garis kuning' adalah garis perbatasan baru, yang berfungsi sebagai garis pertahanan terdepan bagi komunitas kami dan garis aktivitas operasional,” kata Zamir saat mengunjungi pasukan cadangan Israel di Gaza utara, dilansir the Guardian, Selasa. 

Zamira juga mengunjungi reruntuhan kota Beit Hanoun dan Jabaliya di Palestina. “Kita mempunyai kendali operasional atas sebagian besar Jalur Gaza dan kita akan tetap berada di garis pertahanan tersebut,” kata Zamir, menurut transkrip pidatonya dalam bahasa Inggris yang diberikan oleh juru bicara militer. 

photo
Peta garis penarikan pasukan IDF di Jalur Gaza yang diusulkan Presiden AS Donald Trump. Peta itu menunjukkan wilayah Gaza yang menyusut. - (Truth Social)

Warga Palestina terpaksa keluar dari bagian timur Gaza karena serangan Israel dan perintah evakuasi. Hampir seluruh populasi yang bertahan hidup, lebih dari 2 juta orang, kini memadati zona sempit di pesisir pantai.

Komitmen Zamir untuk mempertahankan pasukan di Gaza tampaknya bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada bulan Oktober. Poin perjanjian itu menetapkan bahwa “Israel tidak akan menduduki atau mencaplok Gaza.” 

Rencana 20 poin Trump mengharuskan militer Israel untuk “secara bertahap menyerahkan” wilayah Palestina kepada pasukan keamanan internasional (ISF) sembari mereka “menarik diri sepenuhnya dari Gaza”, kecuali ada batasan keamanan kecil di perbatasan. Pemerintah Israel menolak berkomentar apakah pernyataan Zamir mencerminkan kebijakan resmi. 

Seorang pejabat mengatakan pasukan Israel “dikerahkan di Gaza sesuai dengan garis besar gencatan senjata” dan menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Perjanjian gencatan senjata mengaitkan kepergian pasukan Israel dengan demiliterisasi Hamas, tanpa menetapkan mekanisme atau kerangka waktu terjadinya demiliterisasi. 

photo
Seorang pria Palestina membawa seorang gadis yang terluka ke Rumah Sakit al-Shifa menyusul serangan Israel di Jalur Gaza, Sabtu, 22 November 2025. - ( AP Photo/Yousef Al Zanoun)

Resolusi PBB yang disahkan bulan lalu mengizinkan pembentukan ISF tetapi belum ada negara yang mengerahkan pasukan untuk mendukungnya. Beberapa pihak telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan pasukan penjaga perdamaian, namun tidak ada yang mau mengambil risiko tentara mereka diperintahkan untuk melawan Hamas, meskipun ada tekanan dari pemerintahan Trump.

Tentara Israel telah membangun pos-pos beton baru di sepanjang “garis kuning” untuk memperkuat posisinya dan menyatakannya sebagai perbatasan yang mematikan, meskipun garis tersebut tidak selalu ditandai dengan jelas dan gencatan senjata telah dilakukan. IDF telah berulang kali membunuh warga Palestina yang mereka tuduh melintasinya, termasuk anak-anak kecil. 

Tiang-tiang beton yang dibangun untuk menandai beberapa bagian jalur juga telah digunakan untuk memperluas pendudukan militer Israel di Gaza. Citra satelit menunjukkan bahwa beberapa penanda telah ditempatkan ratusan meter di luar batas yang disepakati dalam peta gencatan senjata. 

Militer AS juga telah merencanakan pembagian jangka panjang Gaza di sepanjang “garis kuning”. Seorang pejabat AS menggambarkan reunifikasi sebagai “aspirasional”. Dokumen Pentagon yang bocor belakangan menggambarkan wilayah tersebut terbagi menjadi “zona hijau” di bawah kendali militer Israel dan internasional, tempat rekonstruksi akan dimulai, dan “zona merah” akan dibiarkan menjadi reruntuhan tanpa batas waktu.

photo
Para pelayat menghadiri pemakaman warga Palestina yang syahid dalam serangan militer Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 4 Desember 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Sepanjang gencatan senjata sejak Oktober lalu, tentara pendudukan Israel terus melancarkan serangkaian serangan udara yang disertai dengan operasi pembongkaran, penembakan artileri, dan tembakan senjata berat yang menargetkan beberapa wilayah di belakang apa yang dikenal sebagai Garis Kuning di Jalur Gaza. 

Menurut Aljazirah, pada Senin pasukan pendudukan Israel melakukan serangan di wilayah penempatan mereka di belakang Garis Kuning di kota Rafah, di Gaza selatan. Media itu juga melaporkan pembongkaran beberapa bangunan di Rafah, sementara tank dan helikopter Israel menembaki sejumlah lokasi di sebelah timur Khan Yunis.

Sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober, pasukan pendudukan Israel terus melakukan operasi pembongkaran dan penghancuran terhadap sisa bangunan di belakang Garis Kuning. Keluarga-keluarga yang kembali ke rumah mereka yang tersisa hidup dalam ketidakstabilan dan ketakutan, akibat tembakan artileri dan tembakan kendaraan militer Israel yang terus-menerus di Gaza timur.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa rumah sakit menerima enam orang tewas dan 17 luka-luka selama 24 jam terakhir. Kementerian mengatakan jumlah korban tewas sejak Israel memulai perangnya di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 70.360 orang, dengan 171.047 orang terluka. 

Sejak dimulainya gencatan senjata terbaru pada 10 Oktober 2025, 373 orang tewas dan 970 luka-luka, selain 624 jenazah yang ditemukan dari bawah reruntuhan.

Tony Blair Didepak

Sementara, Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dilaporkan dicopot dari keanggotaan 'Dewan Perdamaian' untuk Gaza bentukan Presiden AS Donalt Trump. Menurut laporan Financial Times, Tony Blair dikeluarkan dari dewan tersebut menyusul keberatan dari negara-negara Muslim.

photo
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair tiba di KTT Perdamaian Gaza di di Sharm El Sheikh, Mesir , Senin, 13 Oktober 2025, - (AP Photo/Amr Nabil)

Tony Blair adalah politisi dari Partai Buruh yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris pada 1997 hingga 2007. Meski dikenal memiliki peran penting dalam mediasi dan kesepakatan damai yang mengakhiri konflik di Irlandia Utara pada 1998, sosoknya dinilai secara skeptis oleh dunia Arab merujuk pada perannya pada invasi Irak pada 2003.

Sejak Trump mengumumkan 20 poin rencana perdamaian Gaza pada September lalu, nama Tony Blair menjadi satu-satunya figur yang akan memegang peran potensial di Dewan Perdamaian, di mana Trump pernah menyebut Blair sebagai "orang yang sangat baik". Adapun proposal perdamaian Trump untuk Gaza, dikritisi banyak pihak kurang memiliki kerangka waktu yang jelas menuju pada pembentukan negara Palestina.

Proposal Trump juga memicu kekhawatiran bahwa dua elemen Palestina, yakni Jalur Gaza dan Tepi Barat, berisiko tak lagi bisa dibayangkan sebagai satu pemerintahan pada masa depan. Kekhawatiran itu muncul setelah laporan yang menyebutkan adanya pertemuan rahasia antara Blair dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sekitar sepekan lalu yang diduga membahas "waktu setelah perang" Jalur Gaza.

Namun, sebuah sumber yang dikutip oleh Financial Times mengatakan, bahwa Blair masih bisa memainkan sedkit peran. "Dia bisa memiliki peran di kapasitas berbeda, dan itu memungkinkan," kata sumber itu.

"Orang-orang Amerika menyukai dia dan orang Israel juga," kata sumber tadi menambahkan. Sumber itu menginformasikan bahwa Dewan Perdamaian akan berisi para pemimpin dunia dan akan ada dewan eksekutif yang lebih kecil di bawahnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat