Bulan purnama terlihat di langit kawasan Depok, Jawa Barat, Ahad (28/2/2021). Dalam kegelapan malam, permohonan hamba yang menghinakan diri di hadapan Tuhan pasti dikabulkan. | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Tuntunan

Romantisme Malam

Dalam kegelapan malam, permohonan hamba yang menghinakan diri di hadapan Tuhan pasti dikabulkan.

OLEH A SYALABY ICHSAN

Malam menjadi salah satu sarana Allah SWT untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Lewat malam, manusia menjadi sadar jika hidup tak melulu bicara tentang siang nan benderang.

Makhluk-makhluk Allah itu berjalan dengan seimbang di dalam ‘peraturan lalu lintas’ yang diistilahkan sebagai sunnatullah. “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yasin: 40). 

Makhluk-makhluk noktural malu-malu memperlihatkan batang hidungnya. Mereka mencari kehidupan di tengah sendu cahaya rembulan. Di tengah saru suara mereka, manusia beristirahat. Selama 24 jam beraktivitas, maka delapan jam—waktu rata-rata manusia—dimanfaatkan untuk tidur.

Masa hibernasi itu pun kerap dilakukan pada malam hari. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.” (QS ar-Rum: 23).

Malam pun merupakan makhluk yang menjadi objek sumpah Allah SWT dalam Alquran. “Wallaili idzaa yaghsyaa.” Yang artinya: “Demi malam apabila menutupi.” (QS Allail: 1).

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata al-lail dari segi bahasa berarti hitam. Dia pun memadankannya dengan malam dan rambut (yang hitam). Mereka dinamakan sebagai lail. Malam merupakan waktu terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar.

photo
Tempat tidur juga menjadi faktor penting untuk memudahkan kita bangun malam. - (Abdan Syakura/Republika)

Malam demikian panjang, bertingkat-tingkat kepekatan hitamnya—demikian dengan siang dengan kebenderangannya. Ini mengisyaratkan tingkat-tingkat amalan manusia yang baik dan buruk. Ada yang mencapai puncak—kebaikan atau keburukan—dan ada juga yang masih berproses di perjalanan. 

Menurut Quraish, surah ini merupakan salah satu dari sepuluh surah pertama yang turun. Pada masa itu, kegelapan masyarakat kafir Quraisy masih sangat pekat, meski cahaya iman sudah mulai menyingsing. Ayat tersebut menandakan itu.

Prof Salman Harun dalam Secangkir Juz Terakhir menjelaskan, malam dalam ayat ini merupakan malam yang sudah gulita. Tidak ada lagi keramaian di dalamnya. Yang ada, hanyalah suara dengkur manusia. Inilah malam sebagai personifikasi hati manusia yang sudah tertutup rapat. Dia tidak lagi mampu melihat adanya Tuhan dan tidak mengakui kebenaran.

 
Para hamba didorong untuk melecut dirinya agar menyisakan sepertiga waktu istirahat untuk menghadap Allah SWT.
 
 

Untuk ‘melawan’ kegelapan malam, para hamba didorong untuk melecut dirinya agar menyisakan sepertiga waktu istirahat untuk menghadap Allah SWT. Pekatnya malam akan bercahaya dengan usaha mereka dalam melawan kantuknya. Mereka memilih jalan menantang untuk merasakan dinginnya air saat berwudhu dan menggelar sajadah. Dia bersujud dalam sunyi. 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS adz-Dzariyat: 15-18).  

Lantas, mengapa Allah menganjurkan para wali-Nya agar bangun pada sepertiga malam terakhir? Saat di mana kebanyakan orang-orang terlelap? Bukankah tidur merupakan kebutuhan utama untuk beristirahat? Mengapa seorang Muslim perlu menggabungkan pekerjaan siang yang berat dengan bangun malam yang menyulitkan?

Sallamah Muhammad Abu al-Kamal dalam Mukjizat Shalat Malam menjelaskan, berdoa pada malam hari merupakan ibadah paling utama. Dalam kegelapan malam, permohonan seorang hamba yang menghinakan diri di hadapan Tuhannya yang Mahamulia pasti dikabulkan.

Manusia pun membutuhkan lebih sekadar istirahat fisik yang melelahkan akibat bekerja keras sepanjang siang. Manusia butuh kekuatan spiritual untuk memulihkan kelelahan sehingga lebih bugar dan lebih siap secara mental untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Cara paling efektif adalah shalat malam. Shalat ini menjadi kekuatan ruhaniah yang luar biasa yang pemiliknya ditakuti golongan jin dan setan.

 
Cara paling efektif adalah shalat malam. Shalat ini menjadi kekuatan ruhaniah yang luar biasa yang pemiliknya ditakuti golongan jin dan setan.
 
 

Saat manusia sudah terlatih dalam shalat malam, mereka tak akan canggung lagi dalam menghadapi momentum istimewa. Waktu mulia yang sebentar lagi akan menyapa kita.

Dialah Lailatul Qadar. Kado terbesar yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya pada Ramadhan yang istimewa. Di sana, manusia-manusia yang beruntung akan memperoleh ganjaran yang lebih baik dari seribu bulan. Sudah sepatutnya sejak Sya’ban ini kita bersiap untuk meraihnya.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat