Ilustrasi beribadah yang pahalanya dihadiahkan untuk orang lain |

Khazanah

Beramal tapi Pahalanya untuk Orang Lain, Bisakah?

Tidak semua ibadah pahalanya dapat dihadiahkan untuk orang lain

OLEH ALI YUSUF 

Boleh jadi, ada sebagian Muslim yang pernah berniat melakukan suatu amalan,seperti sedekah, shalat sunah, dan lainnya tapi pahala amalan itu dilimpahkan untuk orang lain. Misalnya, untuk anaknya agar sianak mendapat pekerjaan, segera mendapat jodoh, atau untuk orang tuanya, dan lainnya. Nah, apakah ajaran Islam membolehkan hal ini?

Menurut Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis), KH Jeje Zainuddin, ada berbagai pandangan dan penafsiran para ulama terkait hal ini. Di antaranya dalam Alquran surah an-Najm ayat 39 yang artinya, "Dan sesungguhnya tidaklah seseorang akan memperoleh pahala kecuali apa yang diusahakannya."

Kiai Jeje mengatakan, usaha seseorang itu ada yang bersifat langsung dan ada yang bersifat tidak langsung. Ada yang dapat diwakilkan dan ada pula yang tidak dapat diwakilkan. Adapun usaha atau amal seseorang yang bersifat langsung, misalnya, seseorang yang menunaikan kewajiban shalat, puasa,atau sedekah untuk dirinya sendiri, tentu tidak bisa ia meniatkan pahalanya untuk orang lain ataupun meminta orang lain mewakili dirinya.

Sementara, amal yang tidak langsung, misalnya, seorang yang membangun masjid untuk shalat atau menyediakan makan minum untuk sahur dan berbuka puasa orang lain. Maka, selain memperoleh pahala karena bersedekah membangun masjid dan menyediakan makanan, ia juga memperoleh bagian pahala dari orang-orang yang shalat di masjid yang ia bangun dan bagian pahala dari orang yang berpuasa dengan makan sahur dan buka yang ia sedekahkan.

Dalam konteks ini, kata Kiai Jeje, bukan berarti si pembangun masjid dapat pahala dari amal shalat orang lain, tetapi pahala yang senilai dengan pahala shalat. Sebab, ia memberi sarana untuk shalat dan puasa tersebut.

"Maka,ia memperoleh pahala shalat dari shalat orang lain yang menggunakan sarana yang ia sediakan itu," katanya.

photo
Ustaz Jeje Zainuddin - (DOK Pribadi)

Hal ini, kata dia, sesuai dengan yang disabdakan Nabi Muhammad SAW. "Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia memperoleh pahalanya dan pahala dari orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari pahala mereka sedikitpun.” (HR Imam Muslim).

Demikian juga sabda Nabi bahwa pahala amal anak Adam terputus manakala ia meninggal, kecuali pahala ilmu yang dimanfaatkan, sedekah jariyah, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.

Lebih lanjut, iamenerangkan, seseorang mendapatkan pahala dari perbuatan orang lain bukan karena orang lain itu meniatkan menghadiahkan pahala amalnya untuk dia, tetapi karena ia telah berusaha atas amal baik orang lain itu secara langsung atau tidak langsung. 

Adapun misalnya, jika seorang ibu atau bapak melakukan shalat sunah atau puasa sunah dengan niat agar anaknya menjadisaleh dan selamat serta sukses, maka tidak tepat shalat dan puasanya diniatkan untuk anaknya itu.

Dalam hal ini, pahala shalat dan puasanya tetaplah bagi dirinya dan dengan amal saleh shalat dan puasa itu membuat dirinya lebih dekat kepada Allah SWT. Karena dekat dengan Allah SWT, sangat memungkinkan doa-doa dia untuk kesalehan dan kesuksesan anaknya dikabulkan.

"Alquran sendiri menyuruh agar memohon pertolongan kepada Allah melalui sabar dan shalat. Dan puasa itu di antara wujud kesabaran.’’

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat