Islam sungguh kaya akan nilai-nilai pendidikan. Banyak ditemukan di Alquran perintah untuk mempelajari dan merenungi kekuasaan Allah. | Antara

Tuntunan

Nilai-Nilai Pendidikan dalam Islam

Islam sungguh kaya akan nilai-nilai pendidikan. Banyak ditemukan di Alquran perintah untuk mempelajari dan merenungi kekuasaan Allah.

 

 

OLEH A SYALABY ICHSAN

Islam sungguh kaya akan nilai-nilai pendidikan. Saat membaca Alquran, kita akan dengan mudah menemukan ayat yang secara tersurat atau tersirat menyuruh kita untuk mempelajari dan merenungi kekuasaan Allah.

Ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW bahkan secara tersurat berisi perintah untuk membaca. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (a’laqah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 

Prof Dr Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi menjelaskan, kata iqra dalam ayat tersebut berarti menghimpun, menggabungkan. Artinya yakni menghimpun huruf-huruf menjadi kata, frasa, dan kalimat.

Terjemahannya adalah membaca. Membaca di sini berarti menghimpun informasi. Menurut Prof Salman, informasi yang sistematis adalah ilmu pengetahuan yang bersifat akumulatif. Artinya, terus berkembang karena kemampuan manusia membaca. 

Konteks “membaca” dalam ayat ini tidak terlepas dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Artinya, membaca dalam upaya untuk mengenali Sang Maha Pencipta. Itulah mengapa perintah membaca tersebut bersifat umum dengan meliputi ayat qauliyah (teks Alquran) dan ayat kauniyah (alam semesta).

photo
Petugas Observatorium Ilmu Falak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) mengamati Gerhana Matahari Cincin (GMC) sebagian dengan mengunakan teleskop Live streeming di Lhokseumawe, Aceh, Ahad (21/6/2020). Banyak ditemukan di Alquran perintah untuk mempelajari dan merenungi kekuasaan Allah. - (ANTARA FOTO/RAHMAD)

Alam yang juga ayat Allah dinyatakan secara eksplisit dalam QS Ali Imran ayat 190-191: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tidak hanya menyuruh kita membaca, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk menanamkan pendidikan karakter yang kuat dalam keluarga. Salah satunya yakni ayat yang mengetengahkan tentang ketetapan Allah SWT kepada manusia untuk menyembah-Nya dan berbuat baik kepada orang tua.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya.” (QS al-Isra: 23).

Allah Taala meletakkan orang tua setelah Diri-Nya sebagai objek pengabdian. Hal itu menunjukkan tingginya kedudukan orang tua dalam hal sasaran pengabdian itu. Pengabdian kepada Allah dengan menyembah-Nya dan berbuat baik karena-Nya, sementara pengabdian kepada orang tua dengan berbuat baik kepada keduanya.

 
Berbuat baik yang dibahasakan sebagai ihsana dijelaskan sebagai memberi lebih dari kewajiban dan mengambil kurang dari hak.
 
 

 

Berbuat baik yang dibahasakan sebagai ihsana dijelaskan sebagai memberi lebih dari kewajiban dan mengambil kurang dari hak. Artinya adalah mendahulukan kepentingan pihak yang lebih pantas didahulukan. Dalam hal ini adalah kepentingan orang tua daripada kepentingan diri sendiri. 

Aspek pendidikan jasmani tidak luput dari perhatian Alquran. Kita bisa melihatnya dari QS Hud ayat 52: “Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhan kalian lalu bertobatlah kepada-Nya. Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian. Dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa.’” 

Ayat ini ditafsirkan bila mereka meminta ampun atas dosa-dosa mereka dan tidak melakukan kembali dosa-dosa itu, Allah menjamin akan mencurahkan nikmat-Nya kepada mereka. Nikmat itu dalam bentuk curahan rezeki dari langit, terutama hujan untuk masa itu yang sesuai dengan mata pencaharian mereka, yakni bertani.

Di samping itu, Allah menjanjikan kekuatan rohani sebagai tambahan terhadap kekuatan fisik mereka. Apalah arti kekuatan fisik suatu bangsa bila tanpa disertai kekuatan rohani, yakni akhlak, seperti kejujuran, disiplin, dan sebagainya.

photo
Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa sambil mengenakan masker saat hari pertama dimulainya kembali pembelajaran tatap muka di SDN 82/I Serasah, Batanghari, Jambi, Senin (22/2/2021). Banyak ditemukan di Alquran perintah untuk mempelajari dan merenungi kekuasaan Allah. - (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Hikmah dan ilmu

“Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Yusuf ayat 22).

Kedewasaan (syidd, jamaknya asyuddah) adalah kematangan fisik dan mental. Para ahli berbeda pendapat mengenai batas mulai kedewasaan. Ada yang menyatakan 20, 30, 33, dan 35 tahun. 

Akhir kedewasaan itu dimaknai 40 tahun. Setelah itu, manusia menginjak usia tua yang ketika itu kesempurnaan fisik dan mental akan mulai menurun. Saat Yusuf menginjak usia dewasa itu diberi Allah hukm (hukum). Kata itu berasal dari hikmah yang secara harfiah berarti mengendalikan.

Hikmah adalah kemampuan mengendalikan diri karena pikirannya sudah matang. Artinya, hikmah adalah kemampuan berpikir, memilah, menganilisis, dan memilih (memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk).

 
Hikmah adalah kemampuan mengendalikan diri karena pikirannya sudah matang. 
 
 

 

Yusuf juga diberi-Nya ‘ilm (‘ilmi) yang berarti ilmu, yaitu transfer ilmu pengetahuan yang benar. Pengetahuan itu tentu mendalam mengenai Tuhan, manusia dan alam. Karena itu, rohaninya kaya dan matang. Orang yang kaya rohaninya akan mempraktikkan ilmu yang dimilikinya. 

Alam yang juga ayat Allah dinyatakan secara eksplisit dalam Ali Imran ayat 190-191: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.” 

Ayat tersebut secara harfiah artinya tanda, yaitu tanda adanya Tuhan Yang Mahakuasa. Alquran dan alam merupakan tanda adanya Allah Yang Mahakuasa itu. Hal itu karena kekukuhan dan kebenarannya. Alquran amat kukuh dan benar bahasanya, strukturnya, isinya, dan sebagainya yang tidak akan mungkin dijiplak apalagi ditandingi manusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat