Tenaga pengajar melakukan registrasi untuk pengambilan sampel tes usap/ SWAB di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Yogyakarta, Rabu (29/7). Dinas Kesehatan Sleman mengambil sampel tes SWAB untuk 100 tenaga pengajar di Ponpes Sunan Pandanaran | Wihdan Hidayat / Republika

Khazanah

Kemenag: Banyak Pesantren Berhasil Atasi Covid-19

pemusatan komando diperlukan untuk menekan alur regulasi penanganan covid-19 di lingkungan pesantren.

JAKARTA – Di tengah pandemi ini, sejumlah pesantren dan santri terpapar Covid-19. Meski demikian, sebagian besar pesantren tersebut dinilai berhasil mengatasinya. 

Menurut Ketua Satgas Covid-19 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kemenag, Ali Ghozi, sekitar 98 persen kasus Covid-19 di kalangan santri bisa diatasi dengan baik. Artinya, hanya sedikit santri yang masih dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. 

Sementara itu, dari ribuan pesantren di Tanah Air, hanya sekitar 43 pesantren yang terpapar Covid-19. Dari jumlah itu, sekitar 35 pesantren sudah bisa menyelesaikan masalah paparan Covid-19.

"Ini (Covid-19 di pesantren) menjadi perhatian serius menteri agama dan wakil menteri agama, mereka memerintahkan Satgas Covid-19 turun langsung ke lapangan,’’ ujar Ali. 

Ia menjelaskan, ketika Kemenag menerima laporan adanya kasus Covid-19 di pesantren, Satgas Covid-19 Ditjen Pendis langsung terjun ke pesantren untuk memberikan pendampingan. Kemenag akan memastikan pesantren tersebut menerapkan protokol kesehatan dengan baik sambil menjajaki kasusnya.

"Ketika ada kasus (Covid-19 di pesantren), langsung yang positif dikarantina, ketika ada kasus langsung kita dampingi," ujar Ali kepada Republika, Senin (9/11). 

Kemenag juga langsung koordinasi dengan berbagai pihak yang bisa bekerja sama untuk membantu pesantren. Misalnya, berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan, RSUD, masyarakat, ormas setempat, dan pihak-pihak terkait lainnya. 

Di pesantren juga langsung dibuat dapur umum untuk melayani santri yang dikarantina di lingkungan pesantren. Dengan begitu, para santri terpenuhi kebutuhan nutrisi dan gizinya sehingga imun tubuh mereka kuat. Kemenag juga memberikan bantuan berupa masker, penyanitasi tangan (hand sanitizer), sabun tangan, desinfektan, dan suplemen herbal, seperti madu, wedang jahe, serta lainnya. 

Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 PBNU, Dokter Makki Zamzami mengatakan, tantangan terbesar dalam menangani covid-19 di lingkungan pesantren adalah dukungan, baik secara moril maupun materil. Menurutnya, miskomunikasi tak jarang terjadi antara pesantren dan pihak luar, akibat bertabrakannya niat pihak luar dengan norma yang diterapkan oleh pesantren.

 

 

Kami juga melakukan asistensi dengan pesantren yang sudah lulus karantina covid. Jadi kami memfasilitasi mereka untuk bisa melakukan asistensi sesama pesantren. Sekaligus memberikan bantuan berupa masker, vitamin, desinfektan dan lainnya

 

DOKTER MAKKI ZAMZAMI, Ketua Satgas NU Peduli Covid-19
 

"Kadang kala ada beberapa pihak luar pesantren yang tidak mengetahui norma yang ada di pesantren sehingga menabrak norma pesantren sehingga terjadilah miskomunikasi, misalnya yang awalnya ingin membantu memberikan sosialisasi dan penanganan covid, tapi ditolak karena berbenturan norma yang berlaku di pesantren, maka solusinya adalah membentuk komunikasi yang baik," jelas dokter Makki saat dihubungi Republika, Senin (9/11).

Selain itu, pemusatan komando atau kebijakan juga diperlukan untuk meminimalisir alur regulasi saat proses penanganan covid-19 di lingkungan pesantren, mengingat ada beberapa pesantren yang memiliki lebih dari satu pemimpin (kyai), baik karena jumlah asramanya yang terlalu banyak atau lokasinya yang berjauhan.

photo
Para santri dan warga di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) El Bayan, Desa Padangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, bisa merasa lega. Sebanyak 497 santri yang sebelumnya dipastikan positif Covid 19, saat ini sudah dinyatakan sembuh seluruhnya. - (Republika/Eko Widiyatno)

"Dengan menetapkan satu komando maka bisa membantu mempercepat penanganan karena kebijakan yang dibuat satu pimpinan ini dapat diterapkan secara merata dan akan lebih efektif dibandingkan harus melalui beberapa step dari satu kyai ke kyai lain," ujarnya.  

Adapun peran Satgas Covid-19, kata dokter Makki adalah untuk membantu melakukan pendampingan dan asistensi pesantren dalam pelaksanaan strategi penanganan covid-19, menyusul berbedanya strategi penanganan setiap pesantren. Selain pendampingan, Satgas juga membantu mengkomunikasikan kasus ini ke pihak terkait seperti Pemda, tim satgas daerah, maupun provinsi untuk turut membantu menangani covid-19, kata dia.

"Kami juga melakukan asistensi dengan pesantren yang sudah lulus karantina covid. Jadi kami memfasilitasi mereka untuk bisa melakukan asistensi sesama pesantren. Sekaligus memberikan bantuan berupa masker, vitamin, desinfektan dan lainnya," sambungnya.

Dia mengimbau seluruh pesantren untuk lebih proaktif dalam mencari tahu strategi penanganan covid-19, sekaligus terbuka untuk mencari solusi penanganan. Pesantren, kata dia, juga dapat mengikuti pelatihan yang digelar Tim Satgas Covid-19 PBNU, sehingga pesantren yang telah terdampak covid dapat berkonsultasi dan diberikan strategi penangannya oleh tim.

"Misalnya dia (pesantren) tidak ingin terlalu terekspos maka bisa ajukan asistensi ke satgas covid kemudian bisa ikuti pelatihan yang sering kami adakan, sehingga pesantren yang belum terdampak covid, maka bisa lebih siap siaga, dan pesantren yang sudah terdampak maka akan kami berikan strategi penanganannya dan akan kami bantu proses penanganannya," ujarnya.

Kasus kesembuhan santri el-Bayan

photo
Santri mengenakan masker saat mengikuti kegiatan di lingkungan pesantren - (ANANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

kesembuhan total 497 santri Pondok Pesantren (Ponpes) El Bayan, Desa Padangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang sebelumnya positif Covid-19 disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 PBNU, Dokter Makki Zamzami, kekebalan tubuh santri yang mayoritas anak-anak membuat virus dapat lebih cepat hilang.

"Selama dia (santri) tidak mempunyai penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, obesitas dan paru-paru kronis, insya allah sehat dan akan cepat sembuh karena rata-rata anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap virus," jelasnya saat dihubungi Republika, Senin (9/11).

Kegiatan di lingkup pesantren yang aktif juga dapat mendorong santri untuk terus beraktivitas sehingga kemungkinan untuk sembuh menjadi lebih tinggi, ujar dokter Makki. Dia bahkan menyebut pesantren sebagai tempat karantina pasien covid-19 yang efektif dan bagus, mengingat sudah banyaknya pesantren yang memiliki tempat yang luas dan fasilitas yang lengkap.  

Adapun waktu penyembuhan atau isolasi bagi setiap pesantren berbeda-beda, kata dokter Makki. Menurut dia, jika santri sebuah pesantren lebih dari seribu maka metode isolasi yang diterapkan juga berbeda dengan pesantren yang jumlah santrinya lebih sedikit.

"Idealnya, masa isolasi bagi seseorang, jika mengikuti Kemenkes minimal dua minggu, disertai pemantauan dan pemeriksaan, tapi di pesantren cukup berbeda apalagi jika yang diisolasi adalah ratusan orang atau bahkan ribuan. ketika ribuan, maka metode isolasi bisa dengan isolasi bertahap, misalnya asmara satu dulu lalu disusul asrama dua, tiga dan seterusnya. bisa juga isolasi serentak. biasanya membutuhkan waktu paling lama lima pekan. tapi kalau santrinya dibawah seribu, sebetulnya dua hingga tiga pekan sudah cukup untuk isolasi," jelasnya.

Pertimbangan letak geografis pesantren juga berpengaruh, katanya. Jika letak pesantren bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar, maka strategi penanganan Covid-19 harus lebih ketat. Sedangkan pesantren yang tertutup letak geografisnya, hanya memiliki satu akses pintu masuk dan tidak bersinggungan langsung dengan masyarakat, maka akan lebih mudah penanganannya, sambungnya.  

Ketua Ponpes El Bayan, Firdaus Subky, mengatakan Covid-19 di pesantrennya pertama kali teridentifikasi pada akhir September 2020. Saat itu, ada beberapa santri yang mengalami gejala demam, batuk ringan, dan kehilangan indra penciuman. Setelah dilakukan swab massal, ternyata ada ratusan warga pesantren yang positif. ''Alhamdulillah, saat ini seluruh warga pesantren yang positif, sudah sembuh seluruhnya,'' katanya.

Meski semua santri sudah dinyatakan sembuh, Firdaus menegaskan, protokol kesehatan di lingkungan Pesantren El Bayan tetap diberlakukan secara ketat. Bahkan pihak pesantren, telah melakukan sejumlah langkah dengan menyediakan masker, memperbanyak tempat cuci tangan, dan melakukan penyemprotan desinfektan secara rutin.

Selain itu, pihak pesantren juga menyediakan ruangan khusus untuk kunjungan orang tua/keluarga santri. Ruangan ini dibatasi dengan kaca, agar santri tidak melakukan interaksi langsung dengan orangtua/keluarga santri.

''Kasihan para santri kalau tidak boleh bertemu dengan orangtuanya. Kita tetap izinkan, tapi protokol pencegahan juga harus diterapkan. Kunjungan orang ini juga dijadwal agar tidak terlalu banyak orang berkumpul,'' katanya.

Pemerintah Daerah Cilacap telah melakukan tes swab massal terhadap 1.030 orang di lingkungan pesantren tersebut. Mereka terdiri dari santri, pengasuh, keluarga pengasuh, asatidz dan keluarga asatidz. Dari hasil tes PCR, sebanyak 497 orang terkonfirmasi Covid-19.

''Dari ratusan santri yang terpapar Covid-19, sebagian besar tak bergejala atau OTG. Hanya 16 santri yang bergejala ringan dan sedang, seperti demam, batuk dan kehilangan indra penciuman,'' jelasnya.

Mereka yang tanpa gejala, kemudian dirawat di fasilitas karantina. Sedangkan bagi orang yang bergejala, dirawat di RSUD Majenang dan RSU Duta Mulya. ''Alhamdulillah, seluruhnya sekarang sudah sehat,'' katanya.

Kini para santri dan warga di sekitar sana merasa lega. Sebanyak 497 santri yang sebelumnya dipastikan positif Covid 19, saat ini sudah dinyatakan sembuh seluruhnya.

Penyebab Covid-19 di pesantren

photo
Sejumlah santri mengikuti kegiatan doa Istighosah di Pondok Pesantren An-Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Kamis (22/10/2020). Kegiatan tersebut digelar untuk memperingati Hari Santri Nasional dengan tema Santri Sehat, Indonesia Kuat yang jatuh pada hari ini - (ANTARA FANTARA FOTO/Fauzan)

Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil membeberkan dinamika penyebaran COVID-19 dari kluster pesantren yang salah satunya penyebanya dikarenakan aktivitas para tenaga pengajar, serta orang luar yang sering berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan pesantren.

"Mayoritas kasus pesantren datang dari mereka mereka yang keluar masuk ke komplek pesantren. Salah satunya adalah gurunya atau dari pemasok atau pihak ketiga yang melakukan kegiatan di pesantren. Itu akan dijadikan prioritas dalam pengetesan," kata Kang Emil di Kota Bandung.

Pihaknya mengingatkan supaya para pengurus pesantren tetap taat dalam menerapkan protokol kesehatan di lingkungannya."Yang pertama klaster pesantren ini, sama seperti yang lain, karena Covid-19 ini kan tidak memilih-milih. Penyakit ini akan menulari di mana, mau di kampus, mau di sekolah, mau di pesantren selama protokol kesehatan tidak dilaksanakan maka potensi ada," kata dia.

Salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang terdapat kluster pesantren ialah Kabupaten Kuningan dan Kota Tasikmalaya. Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum menekankan pentingnya keterbukaan pimpinan dan pengelola pondok pesantren (ponpes) dalam mengantisipasi penyebaran kasus COVID- 19 di pesantren. Kang Uu pun menginstruksikan para pimpinan dan pengelola ponpes untuk segera berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 atau Dinas Kesehatan setempat jika di lingkungan ponpes ditemukan adanya gejala penularan virus ini.

"Jika terjadi gejala, diharapkan para kiai dan pimpinan ponpes untuk tidak segan melapor kepada Gugus Tugas setempat," kata Kang Uu dalam acara "Silaturahmi Pimpinan Pondok Pesantren se-Kota Tasikmalaya dalam rangka Peningkatan Kewaspadaan Pondok Pesantren dalam Menghadapi Covid-19" di Gedung Dakwah Kota Tasikmalaya, beberapa waktu lalu. "Pimpinan ponpes jangan menyembunyikan kalau di lingkungannya ditemukan kasus positif," tegasnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat