Keluarga jenazah pasien Covid-19 menghadiri prosesi pemakaman di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Rabu (2/9). | Republika/Thoudy Badai

Kisah Dalam Negeri

‘Kami Sudah Lelah, Makin Banyak Korban Covid-19 Berguguran’ 

Pemakaman korban Covid-19 di DKI Jakarta mulai penuh.

OLEH ZAINUR MAHSIR RAMADHAN, AKHMAD NURSYEHA, MEILIZA LAVEDA 

Seperti tak ada hentinya, sirene ambulan di Jalan Benda Raya, Kalideres, Jakarta Barat, terus berbunyi silih berganti. Sebagian menuju ke lahan seluar 5,4 hektare di salah satu sudut Tempat Permakaman Umum Tegal Alur. Makam itu adalah salah satu yang dijadikan pemakaman dengan protokol khusus untuk jenazah yang tertular Covid-19 maupun yang diduga dijangkiti penyakit tersebut.

Selain sirene itu, suasana kuburan sunyi. Hanya tampak beberapa penggali kubur dengan alat pelindung diri (APD) lengkap bergantian bekerja di bawah terik mentari Ibu Kota. "Ini ibadah," ujar salah satu penggali kubur TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Epeng (54 tahun) kepada Republika selepas menguburkan jenazah dengan protokol kesehatan, Rabu (2/9).

Epeng bekerja sebagai penggali kubur TPU Tegal Alur sejak 2014. Ia menuturkan, frekuensi pemakaman dengan protokol Covid-19 belakangan semakin lekas dan padat. Baru lima menit melepas APD, bersamaan dengan lantunan azan Zhuhur dari masjid terdekat, gawainya berbunyi.

Riuh pemberitahuan ada kiriman jenazah lain yang harus dikuburkan dengan protokol Covid-19. Menenggak air mineral kemasan sejenak, ia bersama tiga rekannya kembali mengenakan APD bersiap melakukan pemakaman. 

 
photo
Sejumlah keluarga jenazah Covid-19 saat menghadiri prosesi pemakaman di TPU Tegal Alur, Jakarta, Rabu (2/9). - (Republika/Putra M. Akbar)

Di TPU Tegal Alur terdapat dua lahan terpisah di kawasan unit Islam. Lahan-lahan Covid-19 itu tampak berbeda karena sudah dibersihkan dari rerumputan. Kedua lahan yang masing-masing luasnya lebih dari satu hektare itu dipisahkan jalan raya. 

Lahan permakaman di sebelah utara lebih dulu digunakan sejak Maret kala Covid-19 mula-mula merebak di Jakarta. Sejak beberapa waktu lalu, lahan itu sudah sepenuhnya ditutupi patok-patok nisan berwarna putih. Saat disambangi Republika, tak ada lagi prosesi pemakaman di lahan tersebut.

Karena lahan awal sudah penuh, digunakanlah lahan pemakaman Covid-19 di bagian selatan jalan raya. Dari pantauan Republika, dalam kurun satu jam, sudah tiga mobil jenazah yang mengantar jenazah protokol Covid-19 di lahan yang baru. Sekitar 70 persen dari lahan baru itu juga sudah ditutupi nisan-nisan. 

Koordinator gali kubur TPU Tegal Alur, Asep (40 tahun), tak bisa menjawab dengan yakin apakah penambahan lahan nantinya bisa menampung jenazah yang terus berdatangan. "Kalau dilihat sih enggak cukup, dan kalau lahan di titik ini sudah tidak cukup menampung, itu nanti kebijakan dinas mau geser ke mananya," kata dia.

Ia mengatakan, dalam sehari setidaknya ada 20 makam dengan protokol khusus yang digali. Ironisnya, orderan gali makam ini selalu bertambah, bukannya berkurang. ‘’Paling sedikit belasan lubang kubur, paling banyak untuk Covid-19 ada di bawah 30 lubang sehari,’’ kata Asep di lokasi.

photo
Petugas menggali kubur untuk pemakaman pasien COVID-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta, Rabu (2/9). - (Republika/Thoudy Badai)

Apakah banyaknya gali pemakaman ini normal di hari sebelum pagebluk? Asep menjawab tidak. Kepadatan jumlah makam di wilayah khusus itu sudah di luar kenormalan pemakaman pada umumnya. “Beberapa kali lokasi pemakaman protokol (Covid-19) di sini juga dipindah-pindah,’’ tambah dia sambil menunjuk beberapa lokasi.

Sekitar 50 kilometer dari TPU Tegal Alur, situasi di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, juga serupa. Di TPU tersebut terdapat lahan khusus untuk pemakaman dengan protokol Covid-19. Salah seorang penggali kubur, Maman (47), mengatakan, ia harus berjaga selama 24 jam sehubungan banyaknya jenazah yang datang. 

Hanya sehari, Maman yang telah bertugas sebagai penggali makam sejak 1989 itu, mendapat jatah libur. Dia tinggal di Halim bersama empat anak dan istrinya. 

Ia menceritakan, dalam sehari, jumlah jenazah yang datang tidak seragam. Terkadang ada 20 jenazah dan paling banyak 34 jenazah. Belakangan, Maman kerap merasa sedih. Selain terus melihat keluarga almarhum yang tak bisa mengucapkan perpisahan terakhir, frekuensi kedatangan juga bertambah. "Sebetulnya sudah pada lelah. Di hati kecil saya, kok makin banyak orang yang berguguran?" ujar dia. 

Maman menyayangkan masyarakat yang belum juga sepenuhnya mematuhi protokol kesehatan sehubungan kematian yang terus bertambah itu. "Sebenarnya kesehatan kan buat dia sendiri, untuk keluarga dia. Kenapa pas keluar dan kumpul enggak pakai masker? Jaga jarak juga enggak," ujar dia. 

Selama sebulan belakangan, Maman menguburkan setidaknya 180 jenazah. Ia menyaksikan lahan pemakaman khusus Covid-19 seluas sekitar 2 hektare di Pondok Rangon kian hari kian sempit. Hanya tersisa untuk sekitar seribu jenazah lagi. 

Angka tersebut tampaknya banyak. Meski begitu, harus diingat bahwa hingga akhir Agustus lalu tercatat 1.197 kematian pasien positif Covid-19 di DKI. Selama Agustus, sebanyak 365 warga Jakarta berpulang terkait Covid-19. Sementara, yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 bukan mereka yang tertular saja. Mereka yang dalam pemantauan dan pengawasan juga kerap dikubur dengan protokol Covid.

Pihak Pemprov DKI Jakarta, khususnya Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI sejauh ini tak memberikan jawaban soal kondisi keterisian makam Covid-19 di DKI. Ketika disambangi Republika di kantor mereka di Jakarta Barat, para pejabat juga tutup mulut dan justru beranjak pergi.

photo
Suasana pemakaman COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Rabu (2/9). Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan adanya peningkatan jumlah kasus kematian pasien COVID-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir sebesar 24,4 persen - (Republika/Thoudy Badai)

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kasus kematian akibat covid yang masih tinggi di Indonesia menjadi salah satu tantangan besar saat ini. Jumlah kasus kematian di Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-19 besar dunia dari 215 negara lainnya.

“Kita harus bekerja keras menekan angka kematian karena Indonesia masih peringkat 19 dari 215 (negara) untuk kasus kematian atau 7.505 kasus kematian,” ujar Wiku dalam konferensi pers, Rabu (2/9). Kasus kematian terkini di Indonesia tercatat mencapai 7.505 kasus atau 4,2 persen dari kasus konfirmasi. Sedangkan, rata-rata tingkat kematian dunia sebesar 3,32 persen. Sehari sebelumnya, Wiku juga mengungkapkan terjadinya lonjakan kasus meninggal dalam sepekan sebesar 24,4 persen. 

Menjelang kemarin sore, tampak  jenazah korban Covid-19 yang datang ke TPU Tegal Alur masih silih berganti. Salah satu yang berpulang adalah seorang perempuan berusia 76 tahun. 

"Almarhumah 76 tahun, sempat kena tetanus sebelumnya. Tapi, waktu sakit disebut RS Tarakan (Jakarta Pusat) positif Covid-19. Tiga hari setelah dibawa ke RS, beliau meninggal dan disebut karena Covid-19. Heran," kata Muniroh (46) yang ikut mengantar sekaligus ketua RT tempat tinggal korban.

Perempuan yang dimakamkan tersebut, kata Muniroh, tinggal di Kecamatan Gambir dan tak punya satu pun sanak saudara di Jakarta.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat