Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat menunggu pasien di ruang isolasi Rumah Sakit Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Selasa (14/7). | ADENG BUSTOMI/ANTARA FOTO

Nasional

IDI Minta Dinkes Siaga

Dinkes diminta siaga mengantisipasi terus membeludaknya pasien.

JAKARTA – Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan, rumah sakit (RS) yang menangani pasien Covid-19 sejauh ini masih terisi 60 persen dari kapasitas maksimal. Namun, situasi ini dinilai belum aman lantaran tambahan kasus positif harian dalam sepekan terakhir selalu berada di kisaran 2.000 kasus baru.

Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengatakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) di masing-masing daerah selalu siaga untuk mengantisipasi terus membludaknya pasien, dengan menghitung pertambahan kasus baru, kapasitas RS yang terisi, dan tempat tidur yang tersisa. Sebab, setiap hari tambahan kasus baru masih relatif banyak.

“Ini memang belum mengkhawatirkan tetapi harus ada langkah antisipasi karena kasusnya bertambah lebih dari 2.000 (kasus) per hari dan kalau konsisten terjadi maka dalam sebulan bisa bertambah 70 ribu kasus baru,” kata dia saat ditemui Republika di kantornya, Jakarta, Senin (24/8).

Dia mencontohkan, di beberapa daerah yang terjadi banyak kasus Covid-19 seperti DKI Jakarta, harusnya menghitung berapa pertumbuhan kasusnya, berapa total kapasitas kamar dan ruangan yang masih tersisa. Dinkes masing-masing daerah juga harus memetakan yang berpotensi masuk RS berapa. 

Upaya penghitungan ini, menurut dia, harus dilakukan untuk antisipasi penuhnya ruangan pasien. Jika dihitung ternyata ada kelebihan kapasitas, Dinkes perlu membuat beberapa skenario. 

Di antaranya, ruangan di RS yang sudah menangani pasien Covid-19 dimodifikasi supaya ditambah kapasitas ruangannya, alat, dan pemerintah daerah ikut membantu menyediakannya. “Kalau set up membuat rumah sakit baru tentu berat,” ujar dia.

Daeng menambahkan, hingga Senin (24/8), sebanyak 86 dokter di Indonesia meninggal terpapar Covid-19. IDI khawatir kondisi ini dan meminta pemerintah melengkapi pengaman para tenaga kesehatan, seperti alat pelindung diri (APD). “Ini ibarat kata polisi sudah 86 (siaga),” ujar dia. Dokter yang meninggal dari berbagai spesialisasi, mulai dari dokter paru, dokter bedah, hingga masih menjalani pendidikan. 

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mencatat, 40 persen dari total sekitar 1.800 fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) nonpemerintah siap menjadi tempat perawatan pasien Covid-19. Kendati demikian, saat ini baru 20 persen RS swasta merupakan tempat perawatan pasien yang terinfeksi virus itu.

“Hanya saja, di beberapa daerah menetapkan rujukan pasien Covid-19 itu ke rumah sakit pemerintah,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) ARSSI Ichsan Hanafi. Dia menyebut, 20-30 persen RS swasta telah menangani pasien Covid-19. RS tersebut telah mendapatkan surat keputusan (SK) dari pemerintah daerah setempat.

Di sisi lain, Hanafi mengeluhkan, hampir 40 persen klaim penanganan pasien Covid-19 di RS swasta masih dispute atau belum dibayar. “Padahal, kami membutuhkannya untuk kelancaran cashflow kami. Apalagi kami tidak seperti RS pemerintah yang mendapatkan bantuan, seperti dana alokasi khusus (DAK) kesehatan,” katanya.

Bantuan alkes

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengirimkan bantuan alat-alat kesehatan untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Termasuk di dalam bantuan yang dikirimkan dengan menggunakan pesawat khusus itu, satu juta masker kain yang disumbangkan Presiden Joko Widodo.

Presiden dijadwalkan akan berkunjung ke provinsi paling barat Indonesia itu pada hari ini, Selasa (25/8). Presiden akan memantau langsung penanganan Covid-19 di Aceh, sekaligus menyerahkan bantuan. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menjelaskan, bantuan alat kesehatan merupakan permintaan Pemprov Aceh. 

“Presiden secara khusus menyumbangkan 1 juta masker kain untuk dipergunakan masyarakat. Satgas menambahkan dengan mengirimkan 10 ribu masker N-95 dan 10 ribu masker KN-95 untuk para dokter, di samping 200 ribu masker medis untuk para perawat, dan 10 ribu pelindung muka,” kata Doni.

Untuk penanganan kesehatannya sendiri, Satgas mengirimkan lima ventilator untuk dipakai di rumah sakit bagi penderita yang membutuhkan bantuan pernapasan. Selain itu, dikirimkan 1.000 jeriken penyanitasi tangan yang masing-masing berisi 4 liter.

Doni menyampaikan terima kasih atas kerja sungguh-sungguh pemda di Aceh dalam penanganan virus korona. Secara khusus, Doni mengapresiasi Wali Nanggroe Aceh Darussalam Tgk Malik Mahmud yang mengajak masyarakat Aceh untuk menaati protokol kesehatan, seperti selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir.

“Peran serta pimpinan daerah untuk mengampanyekan perubahan perilaku merupakan hal yang penting dan dibutuhkan untuk memutuskan penularan covid-19. Apalagi, Wali Nanggroe yang menyampaikan ajakan itu melalui televisi,” kata Doni yang berharap langkah seperti itu dilakukan pimpinan di daerah lain.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat