Syekh KH Muhadjirin Amsar Addary tampak sedang mengajar para santrinya. Ulama Betawi ini mendirikan Pondok Pesantren An-Nida al-Islamy di Bekasi, Jawa Barat. | DOK MUI DKI

Khazanah

Pesantren, Pejuang, dan Pemimpin Bangsa

Santri di pesantren dibiasakan memimpin teman-temannya dan memberdayakan masyarakat dengan kearifan.

 

 

Sejak dulu pesantren menjadi tempat penggemblengan pemimpin bangsa. Di dalamnya santri dibiasakan memimpin diri sendiri, kemudian adik kelas, bahkan kakak kelas juga. Selanjutnya mereka akan dilatih berdakwah di masyarakat dengan mengedepankan kearifan.

Hal ini sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu. Para wali dan syekh yang mendakwahkan Islam adalah alumni pesantren. Begitu juga para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan, adalah santri yang belajar ilmu kepada kiai. Contoh tokoh bangsa yang berasal dari kaum santri adalah HOS Tjokroaminoto (1882-1934). Dia adalah guru Sukarno (1901-1970) dan para pejuang kemerdekaan. Tjokroaminoto adalah keturunan cendekiawan sekaligus pejuang masyhur KH Hasan Besari yang hidup pada abad ke-18. 

Wakil Ketua MPR RI Syarif Hasan menyebut pondok pesantren sebagai tempat pelatihan untuk menjadi warga negara yang baik. Selain menuntut ilmu dunia dan akhirat, menurut Syarief, para santri juga dibekali pengetahuan menjadi pemimpin dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. “Jadi, saya sering mengatakan, kalau ingin melihat warga negara yang baik, datanglah ke pesantren,” kata Syarief Hasan dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (21/8). 

Dalam kunjungannya ke pesantren Radhatul Islamiyah pada Rabu lalu, para santri terbukti mengetahui tentang Empat Pilar MPR. Para santri paham bahwa empat Pilar MPR adalah Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, Wakil Ketua MPR dari Partai Demokrat ini juga menguji pengetahuan tentang Pancasila, dan juga bisa dijawab dengan benar sila-sila Pancasila. “Empat Pilar di pondok pesantren ini sudah mantap,” ujar Politikus Partai Demokrat ini. 

Maka itu, Syarief menegaskan, kalau ada yang mengatakan hati-hati terhadap pesantren, maka anggapan itutidak benar. Anggapan itu muncul karena mereka tidak pernah datang ke pesantren. "Pondok pesantren adalah tempat pelatihan untuk menjadi warga negara yang baik. Sebab, di pesantren para santri menuntut ilmu dunia dan akhirat,” ujar dia.

photo
Wakil Ketua MPR Syarif Hasan (tengah) - (ANTARA)

Kalau ingin mendapatkan ilmu dunia dan akhirat, datanglah ke pondok pesantren. Ia menilai pondok pesantren menjadi tempat untuk mempersiapkan dan mencetak pemimpin di masa depan. Pondok pesantren mencetak orang-orang yang bertanggungjawab kepada Tuhan, masyarakat, bangsa dan negara.

Syarief Hasan juga meminta pemerintah untuk memperhatikan pondok pesantren. Sebab, banyak pondok pesantren yang dikelola secara sukarela, mandiri, dan swadaya. 

“Di tengah keterbatasan keuangan negara, saya pikir pemerintah juga harus memperhatikan pondok pesantren karena kebanyakan pesantren masih dikelola secara mandiri, sukarela, dan swadaya. Saya kira pemerintah harus memberikan lebih banyak perhatian kepada pesantren,” ujar dia menambahkan. 

 

 

 

Pemerintah harus memberikan lebih banyak perhatian kepada pesantren.

 

SYARIF HASAN, Wakil Ketua MPR
 

 

Tes swab untuk santri

photo
Sejumlah santri baru mengikuti olahraga saat menjalani isolasi mandiri sebelum masuk ke asrama di gedung SMP Pondok Pesantren Al Aqobah 1, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (6/7/2020). Menurut pengasuh Ponpes Al Aqobah, ada ratusan santri yang sudah tiba di pesantren tersebut secara bertahap dan langsung menjalani isolasi mandiri selama dua pekan sebelum masuk ke asrama - (SYAIFUL ARIF/ANTARA FOTO)

National Hospital bekerja sama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU dan Asosiasi Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (ARSINU) meluncurkan program Swab Murah dan Gratis for Spiritual Heroes di Rumah Sakit Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Medika, Jombang, Jawa Timur, Kamis (20/8). 

Adapun yang menjadi sasaran dari program ini adalah para kiai, ustaz, dan santri di pondok pesantren di Jombang. "Pesantren merupakan area yang vital di Indonesia. Diharapkan dengan diluncurkannya program ini, proses screening Covid-19 di pesantren bisa berjalan baik dan proses pendidikan bisa berjalan baik," ujar CEO National Hospital Hananiel Prakasya Widjaya.

Pada peluncuran tersebut diserahkan pula bantuan berupa mesin tes swab atau tes usap PCR (polymerase chain reaction) dari National Hospital kepada RMI PBNU. Hananiel mengatakan, pihaknya tidak hanya menyerahkan bantuan berupa mesin tes PCR, tapi juga alat-alat teknis hingga reagen-nya. Bahkan, reagen akan terus diberikan secara gratis setiap bulan.

"Tujuan utamanya bagaimana kita bisa memberikan dampak bagi masyarakat. Jombang menjadi daerah yang spesial di Indonesia karena dari sana muncul spiritual heroes yang mewarnai sejarah bangsa ini," ujar Hananiel.

 

 

Selama ini, akses elemen pesantren terhadap tes swab PCR Covid-19 sangat terbatas.

 

 

KH ABDUL GHOFARROZIN, Ketua RMI PBNU
 

 

Ketua RMI PBNU KH Abdul Ghofarrozin menyambut baik bantuan yang diberikan National Hospital tersebut. Dia pun mengungkapkan hal yang membuat Jombang menjadi sasaran pertama. Menurut dia, Jombang merupakan pusat pesantren. Selain itu, Jombang juga menjadi daerah tempat lahirnya NU.

Ia menilai bantuan itu sangat penting. Sebab, selama ini, akses elemen pesantren terhadap tes swab PCR Covid-19 sangat terbatas. "Akses pesantren terhadap tes ini sejauh ini sangat terbatas," ujar Kiai Ghofarrozin.

Ada beberapa hal yang menyebabkan akses pesantren terhadap tes PCR sangat terbatas. Faktor utamanya, kata dia, bisa jadi karena keterbatasan biaya. Bisa juga karena ada kepercayaan bahwa terpapar Covid-19 adalah aib. ‘’Faktor lainnya adalah kurangnya kepercayaan terhadap hasil tes dan ketakutan akan di-Covid-kan,’’ kata dia. 

Sejauh ini, berdasarkan data yang dimiliki RMI PBNU, ada laporan 24 kasus penularan Covid-19 di pesantren. Bahkan, tujuh di antaranya masuk dalam kategori klaster. Namun, lanjut dia, tak tertutup kemungkinan kasus-kasus Covid-19 tersebut hanya yang terdeteksi atau dilaporkan saja. Artinya, bisa saja yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak dari itu.

"Insya Allah, hari ini diatasi. Kita bisa mempersembahkan kepada para kiai, para ustaz, untuk bisa mengakses swab secara gratis atau terjangkau," ujar Kiai Ghofarrozin. Dia mengingatkan agar semuanya berkomitmen saat program tersebut dijalankan. Tentunya dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) dan tempat yang memadai.

Mesin tes PCR tersebut akan ditempatkan di RS Unipdu Medika, Jombang. "Insya Allah akan memberi manfaat untuk bangsa. Bukan untuk NU saja, tapi untuk bangsa Indonesia. Kami berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini, tapi berkelanjutan," ujar Ketua Umum ARSINU Zulfikar As'ad.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat